Tetap berkarya
walaupun pernah mengalami kegagalan, terus berkarya meskipun telah berhasil,
jangan bosan berkarya mesti dalam keadaan lelah. Bahwa manusia telah ditakdirkan sebagai khalifah, bersama itu telah diinstalisasi sekian potensi akbar yang menjadi suport system untuk mengeksekusi amanahnya. Insan yang produktif, sangat mengkhawatirkan waktu yang berlalu tanpa bekas karya. Waktu yang ada bahkan tidak cukup baginya untuk menuntasakas segenap kerja yang ingin digelarnya.
Manusia itu makhluk potensial. Potensi-potensi
menakjubkan itu dapat dimekarkan dengan ketekunan, kedisiplinan, kesungguhan,
dan kekhusyukkan hati pada Ilahi Rabbi. Kita sebaiknya berupaya untuk selalu
hadir dalam segenap ruang dan waktu yang tengah dihadangkan. Memang keberadaan
tak selalu membawa kehadiran. Adanya diri dalam shalat misalnya, juga berpotensi hanya sekedar menaruh keberadaan
diri dihadapan Allah namun tak menghadirkan hati untuk-Nya. Hadirnya hati itu
identik dengan presence dalam istilah meditasi, lebih ringan bahasanya
dikatakan khusyuk untuk kontekstual shalat.
Dalam shalat esensinya setiap
diri itu telah dilatih untuk dapat hadir dalam keberadaanya. Agar mereka dapat
menyelesaikan segala sesuatu di luar shalat dengan penuh kesungguhan atas
kehadirannya. Misalnya saat belajar di kelas, keberadaan memang tengah
mengikuti alur pembelajaran tapi tak jarang terjadi mental (kognisi) diri tidak
tertempah pada proses pembelajaran yang tengah disajikan karena hanyut pada
teater pikiran yang lain. Melatih diri untuk hadir dalam keberadaan menjadi
suatu kebaikan yang patut diharuskan bagi siapapun yang ingin layak
kehidupannya di masa kini maupun yang mendatang.
Bila diri itu bisa berkompromi
dengan kesadaran akan waktu, jelas lantunan istighfar tak pernah henti
terlafadzkan. Sebab dari sekian banyaknya waktu yang berlalu, entah sudah
seberapa perbekalan untuk menghadap-Nya. Detik yang melintas tak pernah lagi
melintas dalam kembali, hanya sekali, lalu berlalu tanpa kembali. Betapa nikmat
bila kemampuan diri akan menjadi insan produktif kian dicetuskan dan didawamkan
dalam hari-hari. Mungkin salah satu variabel yang dapat menjadi support
systemnya adalah ‘hadir dalam keberadaan’. Belajar untuk benar-benar
menyelesaikan satu hal dengan kesungguhan untuk beranjak pada hal lain dengan
kesungguhan lagi.
“Manusia telah ditetapkan keberadaannya di bumi, tapi bagi mukmin
hatinya telah tinggal di syurga.”
Melatih diri untuk mendalami makna agar mampu menjadi yang bermakna. Belajar dengan kesungguhan untuk menebar manfaat sebagi insan terbaik di sisi-Nya, mengangkasa dengan karya sebagai rasa syukur seorang hamba atas nikmat kesempatan untuk memanfaatkan karunia-Nya menjadi sesuatu yang berguna.

Tidak ada komentar:
Posting Komentar