Rabu, 22 Maret 2017

Bait-Bait Rindu Tak Hingga

Yah, setangkup rindu malam ini bertamu...
Betapa sekian banyak bait-bait terlerai hanya pada kata rindu.
Dengan do'a pada rindu itu setia ada, Yah.

Rindu pada kekar tubuh yang sekian zaman terbakar lelah untuk anak-anaknya...
Rindu menyalami tangan Ayah saat pulang ke rumah.
Rindu menawarkan secangkir kopi hangat yang menemani kerja lembur Ayah.
Rindu akan cerita petualang hebat Ayah mengarungi kerasnya hidup semasa dulu.
Rindu petuah bijaksana Ayah...
Rindu genggamam tangan erat saat menyebrang jalan.
Rindu perjalanan bersama dengan celoteh tak henti-henti, lalu ayah selalu menjadi pendengar yang baik dengan anggukan, senyuman, atau sesekali berkomentar.
Rindu ke Mesjid bersama Ayah.
Rindu berkreatifas bersama Ayah, menata taman,  mendesain warna rumah, membuat layangan, serta yang lain.
Ah....kuantitas rindu yang tak hingga.

Ayah...
Rindu sangat malam ini...
Semoga rindu ini sampai pada Ayah yang membuat Ayah selalu tenang disana bahwa kelak kita akan berkumpul lagi di Rumah Syurga.
Semoga Allah memperkenan do'a...
Amin

Dialog Guru dan Murid

Saya tersentuh dengan potongan dialog yang dimuat dalam Buku "Find Your Best Teacher" karangan Bambang Achdiyat ini:

Murid: Guru, adakah nasihat untuk saya yang sedang mencari jati diri?

Guru: Pertama, bergurulah pada guru yang terbaik di bidang yang kamu ingin pelajari. Kedua, secepatnya kamu tiru semua hal yerbaik dari dirinya dan jadilah setara dengan dirinya.

Murid: tiru? Bukankah saya harus jadi diri sendiri?

Guru: murid yang lebih cepat unggul dari gurunya adalah yang kebih cepat setara dengan gurunya. Karena setelah engkau otomatis engkau lebih baik.

Murid: mengapa otomatis?

Guru: Karena prestasi itu fungsi waktu. Jika engkau mendapatkan kualitas guru-gurumu di usia muda artinya engkau lebih baik dari mereka, karena mereka dulu di usiamu yang sekarang belum sehebat sekarang.

Murid: kalau saya sudah setara dengan mereka, lalu nanti apa bedanya dengan probadi mereka, usianya sajakah?

Guru: Dalam proses peniruan yang terbaik dari guru-gurumu, engkau akan menemukan pribadimu yang kelak tidak bisa lagi ditiru oleh orang lain, itulah pribadi aslimu. Engkau akan mendengar atau melihat kadang-kadang kalimat, tulisan, termasuk sikap saya yang mirip dengan guru-guru saya, itu artinya bahwa saya sedang menduplikasi kualitas mereka dan butuh waktu untuk bisa vatiasi menemukan yang baru dari kualitas terbaik guru-guru saya. Tapi tidak ada yang salah dengan meniru sikap terbaik dari yang terbaik.

    Sungguh membaca dialog tersebut sungguh menyentak saya setelah itu saya merasa amat perih. Rasa sakit atas ketidaktahuan itu sungguh menjengkelkan. Betapa banyak kesempatan untuk belajar dari orang terbaik yang telah saya lewatkan. Kesadaran akan singkatnya hidup di dunia  dan betapa berartinya singkatnya waktu itu untuk meraih keuntungan akhirat mengharus saya untuk tidak lagi membiarkan detik-detik berlalu tanpa bekas.

Kita mesti berbuat dan melangkah menjadi lebih baik. . .!

Semangat sholiha....

Sang Pendidik

Pembelajaran sebelum abad 21, khususnya di negri tercinta, Indonesia, masih kentara dengan makna transfer ilmu pengetahuan. Sehingga realita yang terjadi ketika itu seorang siswa akan dikatakan sukses jika memiliki kualitas nilai yang baik dan guru yang sukses jika mampu mencetak siswa-siswa yang mumpuni dalam ilmu pengetahuan. Agaknya, pergeseran definisi pembelajaran menggiring pada makna yang baru tentang kesuksesan  siswa (saat ini disebut peserta didik) dan guru (saat ini lebih menonjol dengan kata pendidik). Temuan-temuan yang lebih segar mengenai psikologi pendidikan, neurologi, dan aspek sosiokultural mendefisikan kembali makna pembelajaran sebagai proses interaksi antar 3 faktor peserta didik, pendidik, dan sumber belajar yang melakukan segenap aktifitas pengembangan potensi peserta didik secara holitik, yakni pengetahuan, sikap, dan keterampilan. Sehingga evaluasi kesuksesan pendidik dan peserta didik tidak hanya dari poin pengetahuan saja.

Dengan tuntutan pendidikan yang semakin deterministik saat ini, akan sangat diharapkan lahir pendidik yang bekualitas. Pendidik yang berkualitas boleh dikatakan adalah pendidik yang menginspirasi bukan yang hanya sekedar mengajar. Sedang peserta didik yang berkualitas bukanlah yang sebatas memiliki keunggulan intelektual melainkan peserta didik yang bersungguh-sungguh dalam belajar lagi tak putus semangat untuk terus memperbaharui pengetahuan, pemahaman, keterampilan, dan sikap menjadi lebih baik dari sebelumnya.

Maka pembelajaran yang berkualitas adalah pembelajaran yang dirancang sedemikan rupa untuk memproduksi peserta didik yang berkualitas. Sebagaimana yang telah dipaparkan sebelumnya. Tentu kesuksesan dari pembelajaran sangat ditunggangi oleh kualitas pendidik. Untuk itu, kesadaran pendidik akan begitu penting dirinya bagi dalam menentukan kesuksesan peserta didik akan membantu pendidik untuk sedemikian rupa berupaya untuk mengasah jiwa kependidikannya dan melatih diri untuk terus belajar sepanjang hayat. Pada akhirnya, terbentulah siklus kausalitas yang harmoni  dalam sistem pendidikan. Yakni kesungguhan pendidik untuk menempah dirinya penjadi pendidik yang berkualitas dalam rangka mengahdirkan untuk bangsa ini generasi creator peradaban emas. 

*kumpulan tulisan " kontribusi untuk negri" page 3

Senin, 20 Maret 2017

Memupuk Potensi Generasi Emas Anak Bangsa

Oleh: Sulastriya Ningsi, S.Si

Kepesatan arus globalisasi telah menggeser pola kehidupan masyarakat dari agraris dan perdagangan tradisional kepada masyarakat industri dan perdagangan modern. Jelas hal ini memicu tuntutan yang lebih besar pada dunia pendidikan untuk mentransformasi penduduk khususnya di usia produktif menjadi sumber daya manusia yang memiliki kompetensi dan keterampilan. Memang fakta  sedemikian menjadi ancaman sekaligus tantangan besar yang harus diselesaikan bersama mulai dari lapisan pemerintah hingga lapisan lingkungan keluarga.

Dalam masyarakat modern saat ini, kompetensi dan keterampilan abad 21 sangat memiliki fungsi urgentif untuk dapat bertahan dalam dunia  pergaulan yang kian mengglobal. Anak-anak usia produktif yang berada di jenjang pendidikan mulai dari SD hingga perguruan tinggi perlu difasilitasi segenap wahana untuk memupuk potensi dalam dirinya. Sesuai dengan tujuan pendidikan nasional yang tertera dalam Undang-Undang  No.20 Tahun 2003,  bahwasanya esensi pengembangan potensi peserta didik yakni, agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa. Jelas sekali bahwa  tentang deskripsi pendidikan tidak boleh lepas dari penanamam nilai ketauhidan. Separasi intelektual dan spiritual seakan dapat mengikis potensi besar yang sebenarnya bertengger pada setiap diri peserta didik. Hal tersebut tentu mengacam masa depan anak yang diharapkan kelak menjadi generasi emas yang mampu membangun peradaban besar di Bangsa Indonesia tercinta ini.

Saat ini, sistem pendidikan sudah sangat terbantu dalam penanaman nilai-nilai spiritual dengan implementasi dari Kurikulum 2013. Dalam kerangka dasar maupun struktur kurikulum telah dirancang bentukan sistem pendidikan berdasarkan kebutuhan kontekstual. Untuk itu, dalam sistem pembelajaran maupun penilaian aspek sikap (afektif) telah dirangkum menjadi satu kesatuan bersama aspek pengetahuan(kognitif) serta aspek keterampilan (psikomotorik). Jika segenap pendidik dapat memanfaatkan kondisi pembelajaran dengan pendekatan saintifik dan penilaian autentik untuk mengoptimalkan potensi fitrah dalam peserta didik maka dapat diyakinkan bahwa pendidikan telah menjadi lumbung besar dalam memproduksi generasi emas itu.

Jika  fenomena pendidikan dan tujuannya dikembalikan pada muaranya, dapat di ambil keterangan faktual dan terpercaya dari firman Allah tersebut:

  Allah SWT berfirman:

الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا وَكَانُوْا يَتَّقُوْنَ 
"(Yaitu) orang-orang yang beriman dan senantiasa bertakwa."
(QS. Yunus: Ayat 63)

Allah SWT berfirman:

لَهُمُ الْبُشْرٰى فِى الْحَيٰوةِ الدُّنْيَا وَفِى الْاٰخِرَةِ  ؕ  لَا تَبْدِيْلَ لِـكَلِمٰتِ اللّٰهِ  ؕ  ذٰلِكَ هُوَ الْفَوْزُ الْعَظِيْمُ 
"Bagi mereka berita gembira di dalam kehidupan di dunia dan di akhirat. Tidak ada perubahan bagi janji-janji Allah. Demikian itulah kemenangan yang agung."
(QS. Yunus: Ayat 64)

Relevansi ayat tersebut terhadap tujuan pendidikan dan efeknya pada bangsa Indonesia sangat terang, bahwa mendidik anak bangsa untuk mengembangkan potensinya agar menjadi bertakwa akan secara otomatis dengan ini Tuhan Semesta Alam yang akan merekontrusi masa depan mereka sehingga  lebih produktif, kreatif, dan inovatif, fakta ini tertera dalam janji Allah yakni 'kabar gembira pada kehidupan dunia'. Beruntungnya, rekontruksi masa depan anak Indonesia pun terjamin hingga kehidupan dunia ini berakhir.

Untuk itu, program integrasi nilai-nilai spiritual dalam segenap lini khazanah ilmu pada dunia pendidikan  menghimpun peran masif dalam optimalisasi potensi fitrah sumber daya manusia usia produktif di  Indonesia. Demi terlahirkannya generasi emas bangsa ini yang siap dan kokoh jiwa dan tapak langkahnya untuk mengukir sejarah peradaban Bangsa yang Bermartabat dan Mulia bukan hanya dalam pandangan dunia juga dalam pandangan penduduk langit.

*kumpulan tulisan "Kontribusi untuk Negri"  page 2 yang insyaAllah akan dirangkum dalam 1 buku

Sabtu, 11 Maret 2017

Ridho-Nya dan Jannah-Nya

Pada suatu malam  bumi tengah dikunjungi sang hujan begitu ramai. Wanita dengan kerja lemburnya  itu , terpaksa harus mengikhlaskan tubuhnya bersama deras bulir air nan jatuh ke bumi membelah jalan menuju pulang.

Seperti biasa, malam-malam begini lelaki separuh abad itu dengan koran dan secangkir kopi hangat akan duduk santai di ruang tamu. Sambil melihat jam dan menoleh keluar pintu, seolah menanti seseorang yang akan datang. Frekuensi udara kian ricuh dengan dentum-dentum hujan di atas rumahnya. Samar-samar terdengar suara motor masuk pekarangan rumah. Lelaki itu dengan sigap menyambut wanita itu dengan penuh kehangatan kasih sayang seorang Ayah yang tak pernah ditampakkan selain dengan pengorbanan.

Wanita itu langsung mengabil tangan lelaki separuh abad tadi. Dengan gigil yang masih parah ia minta izin untuk ganti pakaian dan rehat.

Sudah hampir menunjukkan pukul 00.00 wib, namun wanita itu masih belum bisa terlelap. Di intipnya dari celah pintu, Sang Ayah masih asik dengan buku bacaannya. Maka ia memutuskan keluar untuk mencari kantuk.

Kenapa Ayah belum tidur? Tanya putri kesayangnnya itu.

Sang Ayah tersentak dari bacaannya, menangkap sumber suara itu. Sambil tersenyum dan mempersilahkan wanita itu untuk menemaninya.

Nak, ada hal pada orang se usia seperti Ayah akan sulit dipahami untuk seusia mu. Namun, apa-apa yang di alami anak-anak seusiamu akan mudah dipahami oleh orang seusia ayah ini.

Wanita itu tersenyum dan mengerti maksud Sang Ayah
Yah, lelaki seperti apa yang Ayah dambakan untuk menjadi pengganti Ayah kelak untukku, tanya wanita itu sambil tertunduk.

Kini, Sang Ayah yang tersenyum, dengan senyuman aneh bagi wanita itu. Sebab tak pernah didapati senyum sebegini sebelumnya.

Nak, peran utama sang ayah bagi keluarga adalah melindungi keluarganya dari sentuhan api neraka. Maka seseorang yang akan menggantikan Ayah kelak adalah seseorang yang wajib melindungi mu dari sentuhan api neraka. Selanjutnya, peran utama sang ayah dalam keluarga adalah membawa keluarganya pada keridhoan Allah dan Syurga-Nya. Maka, seseorang yang kelak menggantikan posisi Ayah wajib membawa mu pada keridhoan Allah dan Syurga-Nya.

Kelak mintalah seseorang yang mengantikkan posisi Ayah membaca sesering mungkin Surat Luqman. Karena disana banyak pengajaran tentang seorang ayah terhadap anak-anaknya. Agar ia mengerti, bahwa menjadi lelaki harus memiliki seluas-luasnya sabar untuk mampu memperbaiki kebengkokkan wanitanya tanpa perlu dikeraskan dan tidak pula dibiarkan begitu.

Jika ada lelaki yang kelak telah menggantikan posisi Ayah, ingatkan ia bahwa sebaik-baik lelaki adalah yang paling baik pada wanitanya. Semoga dengan itu kelak, anak Ayah lebih mudah untuk mengerjakan kebaikan dalam peran sebagai seorang yang di langkah-langkahnya tersemat syurga.

Wanita itu menatap lekat Sang Ayahnya. Tetiba dilihatnya Sang Ayah kian menjauh hingga tak tampak.

Lalu Wanita itu tersentak, saat bangun dari mimpinya.

Kamis, 09 Maret 2017

Semangat Menulis

Menulislah maka namamu akan dicatat sejarah ��

Ada beberapa orang yang menganggap kegiatan menulis adalah hal sepele yang tidak perlu diupayakan dalam keseharian. Sayangnya, paradigma sedemikian telah terbantahkan dengan temuan-temuan empirik terkait keajaiban menulis. Diantaranya adalah mengasah kecerdasan emosional dan kecerdasan berfikir.

Secara kecerdasan emosional, kegiatan menulis dapat menghibur perasaan yang tengah terhimpit, getir, atau galau. Sebab beban pikiran tersebut ditransmisi dalam runtutan tulisan yang sedemikian rupa menjadi wadah penumpahan beban dihati. Metode ini sangat ampuh untuk mengedukasi setiap diri agar lebih menjaga problematika yang tengah dihadapi (mungkin dirasa berat dan menyesakkan)  tanpa perlu diceritakan kepada yang lain.

Disisi kecerdasan berfikir, hal ini sudah banyak dirasakan langsung bagi para penulis. Menulis sangat membantu seseorang dalam berfikir secara teratur (jika sudah terbiasa). Disamping itu, keterampilan menulis akan berdampak pada keterampilan berkomunikasi. Sebab seseorang yang dapat menulis dengan baik jelas seseorang yang memiliki banyak pembendaharan kata, kalimat, istilah, dan linguistik sehingga sangat meringankan otak disaat diperintah untuk menjalankan proses komunikasi.

Maka mulailah dengan menulis hal-hal yang kecil tentang keseharian mu yang menjemukan atau menggembirakan itu di diari digital mungkin.

Semangat menulis, semangat berbagi, semangat bermanfaat, semoga Bahagia !!! ��

Rabu, 01 Maret 2017

Menghabiskan Lelah Bersama mu

Malam melankolia, berupa aksiomatis.
Maka jangan kau tanya sebab ini telah begini adanya.

Lelah...
Maukah kau mengikuti jalan mendaki nan terjal lagi sarat rintang?
Aku ingin menuju kesana.
Jika kau begitu, bersedialah menghabiskan lelah bersama.
Hanya jalan itu yang bisa memberikan peristirahatan nan menawan dan penuh suka cita.
Mari kuatkan langkah...

Lelah...
Maukah kau bertahan dalam getir menyemat ketaatan dibawah terik fitnah akhir zaman?
Aku ingin bertahan sekuat mampu imanku.
Jika kau begitu, bersedialah menghabiskan lelah bersama.
Dengan tetap menahan kesabaran, mudah-mudahan Allah tetapkan pula keberuntungan agung untuk diperoleh diperistirahatan kelak. 
Mari kokohkan jiwa...

Mungkin cerita kita bukan tentang menghabis waktu, namun tentang mengisi waktu untuk menghabiskan lelah bersama sampai batas waktu yang telah ditetapkan Allah. Disanalah kita akan rehat bersama sebab  ikatan keimanan, Taman Keindahan Abadi, Syurga.