Senin, 30 Januari 2017

Single VS Couple

Huaammmm uhuk uhuk....

Pengen nulis, ya udah nulis aja ntar sambil ngetik dapat inspirasi.

Ngantuk, tunggu dulu harus disampaikan sebelum mata mengatup, ini tentang single dan couple.

Kamu masih single? Trus udah usia di atas 23 tahun? Nah, kalau berkunjung kemana-mana pada ditanyain gak sih, "Kapan nih?" trus kamu bakal tanggapin gimana?" Hahahaha, "gitu?

Kamu udah couple? Trus udah pajang foto ala kekinian orang-orang pasca nikah gak? Statusnya udah pake "gue luph dia". Atau udah bikim rayuan-rayuan ke pasangan trus dipublish ke citizen? Bahagia kamu udah diketahui banyak orang belum? Trus akhirnya kamu jadi bener-bener bahagia?

Krik krik krik.....
Suhu masih lumayan dingin, sedingin hati dalam menyelami kasus "single vs couple". Wkwkwkwk

Minggu ini baru dapet curcol emak-emak sholihah tentang pasca nikah (para couple yang usia pernikahan dari 2 tahun hingga 21 tahun bercerita).  Tentang perayaan cinta yang hanya sementara selang waktunya, tentang pudarnya kecantikan cleopatra sebab rumput tetangga, tentang godaan keimanan, tentang laki-laki yang tak peka, tentang laki-laki yang gak mau menemani istri belanja, tentang laki-laki yang tak bersedia mendengarkan cerita, tentang anak-anak, tentang lelahnya menghadapi ujian bersama dia (yang dulu dikira akan berjuta rasanya), Tentang perbedaan psikologi aku dan kau nan konon katanya spektrum yang tak saling mengindahkan kerap menyemburatkan konflik-konflik para couple *fiuuh lap keringat di dahi*. Hal yang membuat seorang aku rada-rada horor saat cerita itu mulai menganga pada cerita P***GAM*. Afwan (Maaf) bukan anti yang gituan nih,  namun perkara sedemikian lumayan membuat para single akan lebih asik dengan dunia sendirinya. *plintir bulu mata*. Abaikan !

Pada akhirnya, kita akan lebih memahami bahwa fase-fase perjuangan ini menjadi penentu ruang yang akan kita tempati kelak saat bersama.

Aku masih percaya, bahwa sekian dari mereka yang mengeluhkan tentang  cerita 'couple'nya masih ada daei mereka yang merasakan hal yang sama namun memilih untuk menyimpan dan mencoba untuk saling memperbaiki celah satu sama lain, karena keluhan tidak akan menjadi solusi melainkan menambah masalah baru. Kadang, Ini juga berlaku pada kasus Bapak-bapak yang jenuh dengan penampilan sang pujaan hatinya sebab tak pernah memberikan performa yang indah di depan mata, rasanya mencari pemandangan yang lebih indah bukanlah solusi melainkan menambah masalah baru di dunia dan akhirat *saya nulis gak pake emosi kok Pak, emot nyengir*. Syukuri yang ada dengan membuatnya menjadi lebih indah (itu solusi  emak-emak). Aku mah setuju-setuju banget. Hihi. Maksudnya gini lo, ah udah deh ntar salah jelasin. Aku yakin kamu ngerti dah makna yang disampaikan. Sekian hal ini akan membuat kita sadar bahwa menikah bukan sekedah seni merajut bahagia namun terlebih bagaimana agar segenap suka duka yang dilalui bersama menjadi ladang ibadah dan berbuah pahala melimpah yang diridhoi Allah. (Inget nih besok ya diri sendiri)

Bukan itu saja, euforia yang ditampakkan para couple yang baru sehari, seminggu, dan sebulan itu tidak semestinya membuat niat perjuangan ini menjadi rancu atau mengahadirkan ketergesaan. Tenang dan tetap dalam ikhtiar yang terarah (Tingkatkan takwa dan jadilah yang istiqamah dalam ketaatan). Kebahagiaan kita tidak diukur dari penilaian orang lain. Jika semasa single kita telah menjadikan penilaian orang lain sebagai tolok ukur kebahagiaan, wajar-wajar saja jika sudah couple butuh pengakuan orang banyak untuk dapat merasakan bahagia. Itu capek tau...haha

Beginilah jadinya, saat sekian silaturahim terus meruncing pada suasana tegang dengan topik "kapan nih?". Ujian minimalis  para single Lillah. Senyumin aja, hati tetap istiqamah berdo'a yang terbaik. Jangan tergoncang dengan sulutan yang menyesatkan niat. Yakinlah pada janji Allah !

Menikah itu baik, tapi belum menikah bisa jadi dapat menjadi yang lebih baik di sisi Allah.

Hidup ini hanya fase-fase yang berulang, berpindah dari kesabaran satu kepada kesabaran lain yang lebih kokoh.

Sabar ya sholihah ^_^

Jumat, 27 Januari 2017

Bersama al-Qur'an itu Sempurna

Al-Qur'an, kalam Ilahi Rabbi nan telah terjamin menjadi pedoman kehidupan. Segala aspek kehidupan mutlak sempurna dirangkum didalamnya, mulai dari ibadah, muamalah,  aqidah, shirah, hingga berita masa depan. Sudah keniscayaan bahwa hidup bersama al-Qur'an adalah menjalani kehidupan dalam kesempurnaan fitrah sebagai manusia.

Namun, al-Qur'an akan memfilter hati dan jiwa yang bersih untuk dapat membersamainya. Makanya, tak sedikit kita dapati kasus bahwa setiap dari kita lebih banyak menghabiskan waktu bersama gadget dan yang lain ketimbang bersama al-Qur'an. Bukan karena kita tengah sibuk namun karena al-Qur'an tak suka dibersamai oleh hati-hati yang lalai.

Jika ada teman yang pasti memberi kebahagiaan dunia dan akhirat tentulah kita akan setia padanya bukan? Tapi manusia itu tidak akan mampu menjadi untuk dapat setia memberi kita kebahagiaan sepanjang waktu. Lantas al-Qur'an telah menjanjikan bagi sahabatnya berupa kebahagiaan, keberkahan, dan kedamaian setiap detik yang dilalui bersamanya.

Semoga kita tidak tergolong hati yang lalai *nunjuk diri sendiri*

Bersama al-Qur'an itu Sempurna

Al-Qur'an, kalam Ilahi Rabbi nan telah terjamin menjadi pedoman kehidupan. Segala aspek kehidupan mutlak sempurna dirangkum didalamnya, mulai dari ibadah, muamalah,  aqidah, shirah, hingga berita masa depan. Sudah keniscayaan bahwa hidup bersama al-Qur'an adalah menjalani kehidupan dalam kesempurnaan fitrah sebagai manusia.

Namun, al-Qur'an akan memfilter hati dan jiwa yang bersih untuk dapat membersamainya. Makanya, tak sedikit kita dapati kasus bahwa setiap dari kita lebih banyak menghabiskan waktu bersama gadget dan yang lain ketimbang bersama al-Qur'an. Bukan karena kita tengah sibuk namun karena al-Qur'an tak suka dibersamai oleh hati-hati yang lalai.

Jika ada teman yang pasti memberi kebahagiaan dunia dan akhirat tentulah kita akan setia padanya bukan? Tapi manusia itu tidak akan mampu menjadi untuk dapat setia memberi kita kebahagiaan sepanjang waktu. Lantas al-Qur'an telah menjanjikan bagi sahabatnya berupa kebahagiaan, keberkahan, dan kedamaian setiap detik yang dilalui bersamanya.

Semoga kita tidak tergolong hati yang lalai *nunjuk diri sendiri*

Sabtu, 21 Januari 2017

Let's Start the Advanture to Paradise

You know, marriage is not about happiness but this of adventure to paradise.
With you, someday together we can do it.

Bismillah....
Selepas tepian dermaga, segenap mereka akan melambaikan haru bahagia melegakan bahtera kita melaju menuju lautan lepas.
Mungkin, kita akan tersenyum beberapa saat merayakan bahagia bersama mereka yang  masih tampak ditepian itu.

Lalu,
Lambat laun kita akan sadar bahwa mereka tak selamanya ada untuk kita.
Saat  menghadang badai dan menantang batu karang di tengah lautan lepas yang tersisa hanyalah kita.
Kau dan aku...

Mengerti bahwa perjalanan ini bukanlah cerita yang sepenuhnya bahagia.
Namun kita menempuh ini demi ibadah untuk akhir cerita yang bahagia.
Kelak disebuah taman yang kita rancang bersama.
Itulah Taman Syurga.

Impian Saya

Suatu waktu saya ingin mendirikan 'Kampung Penduduk Syurga', dimana disana ada banyak hal yang membuat setiap diri merasa bahwa sejatinya kampung kita adalah syurga. Dengan itu setiap yang masuk kedalamnya akan semakin bersemangat mengejar syurga.

Begini visualisasi yang ada didalamnya, yang jelas Ada rumah saya juga ^_^ , next:

1. Rumah Tahfidz Qur'an
2. Rumah Shiroh Nabi, Sahabat Nabi dan Shahabiyah
3. Taman Tadabbur Ayat kauniyah
4. Islamic Mall Centre
5. Mesjid (Banyak program kajian dan program santri)
7. Museum pejuang Islam sepanjang sejarah
8. Ada Islamic Sport Centre (didalamnya ada juga  Program kemiliteran dan olah fisik muslim spt berkuda, memanah, dll)
9. Ada Sekolah Sains Rabbani (Lumbung Ilmuan Muslim Peradaban Emas) 

Ini impian hebat yang akan saya wariskan. Allahu Akbar !!!

Jumat, 20 Januari 2017

Menjadi Uwais

Duh, sesak benar sesal bila bercermin padamu hai, Uwais al-Qarni.
Aku yang tak mampu menumpah bakti kecuali hanya sebutir debu bahkan lebih kecik dari itu.
Apa Syurga masih layak bagi anak yang begini.

Jarak syurga itu tak lah jauh, sungguh ada di rumah kita.
Syurga itu adalah IBU.

Semoga di sisa usia yang masih Allah izinkan untuk di dunia ini, dapat Dia beri pertolongan menjadi anak yang penyejuk hati bagi orang tuanya, bagi 'Syurga' nya.

Jagalah 'Syurga' hamba ya Rabb dalam keberkahan, keridhoan, dan rahmat Mu yang luas dan melimpah.

Madrasah Terbaik

Kepada nama yang tertangguhkan oleh takdir.
Untuk diri yang saling bersiap menuju ketetapan terbaik.
Hujan fitnah terasa kian menderas menumpahi, mudah-mudahan payung iman mampu membedung hati dari kekuyuban.
Bersabarlah sejenak, ini akan reda...
Allah Yang Maha Baik tahu yang tengah kita kecap, katanya ini ujian.
Fase setiap insan yang tengah berjuang menghadapi tantangan keimanan untuk memenangkan Allah yang pertama dan titik akhir tujuan.

Memang ini belum waktunya untuk menerima sebuah  amanah agung itu.

Percayalah, bahwa Allah Maha Bijaksana atas segala keputusan-Nya.
Dia akan mempertemukan jika memang baik dan siap untuk bertemu.

Tentang cita-cita mu itu,
cita-citamu yang ingin menjadi madrasah terbaik.
Pada waktunya, Allah akan menjadikan dirimu  salah satu yang terbaik diantara ibunda penerus generasi ulama dan mujahid.
Atas izin-Nya, dari dirimu akan lahir  pemimpin berjiwa Rabbani untuk membawa negri ini kepada ketauhidan.
Dari pertolongan-Nya, kelak dari rahim mu lah lahir generasi yang sangat besar kecintaan-Nya kepada Allah dan Allah pun mencintainya, lagi mereka rela mengorbankan segala yang ada untuk meraih keridhoan Allah.

Cita-cita mu itu  sangat hebat maka Allah akan memberimu waktu untuk mempersiapkan dirimu menjemput cita-cita itu.
Teguhkan hatimu pada keimanan, terus istiqamah dalam ketakwaan, dan bersahabatlah dengan Al-Qur'an.
Jadikan Allah yang pertama dan muara dari segala tujuan.

Sebab dirimu akan menjadi syurga bagi anak-anakmu kelak.
Persiapkanlah dengan sebaik-baiknya.

Pada mu Impian

Hai impian, aku akan datang menghampirimu.
Duhai keraguan, maaf kau akan kucampakkan jauh-jauh ke dasar lautan terdalam.

Setiap kita tercipta dengan potensi yang luar biasa dan tidak ada alasan untuk berhenti berjuang menjadikan diri lebih baik di masa depan.

Hai jiwa muda, aku memanggilmu tuk berlaga di medan terik kehidupan fana.
Temani aku bersama semangat terarah yang ingin ku tuju.

Siap hidup, siap berjuang, siap menantang cobaan.
Bersama kekuatan besar dari Rabb Yang Maha Besar.

Allahu Akbar !!!

Rabu, 18 Januari 2017

Wanita Akhir Zaman

Aku masih menunggunya, setahuku perempuan itu tidak pernah datang  terlambat. Ini tidak seperti biasanya. Sedang gemuruh dihati atas perasaan ini sudah tak tahan untuk ditumpahkan padanya. Jika di kota ini ada laut, tepiannya adalah ruang lega untuk melepas jeritan terhebat sepanjang sejarah hidupku. Kemana perempuan yang setia dengan mushafnya itu, pikirku.

"Wa, Assalamu'alaikum."
Frekuensi suara itu lumayan meredam didihan di hati ini. Akhirnya, perempuan itu datang. Kali ini aku tak melihat mushaf dalam genggamannya. Kian aku selidiki, kali saja dalam tasnya. Tapi ia tak menyandang ransel coklat kesayangannya itu. Mulai terbersit kecurigaan yang bertemali dengan kedatangannya yang sudah terlambat hampir satu jam.

"Alhamdulillah, kamu datang juga"
  "Iya maaf aku telat parah kali ini, semoga tak mengurangi keseruan silaturahim kita ya, Wa"

Aneh, aku tak mendapatkan penjelasan kenapa ia terlambat dan wajahnya begitu setia dengan senyum nan aduhai itu. Melihat aura wajahnya sudah cukup membuat aku tersiram  tenang tanpa harus meminta solusi.

"Tumben kamu telat?", tanyaku penuh selidik.

"Eumh, kamu ngundang aku ke kafe ini cuma buat nanyain kenapa aku telat, haha". Ia menyeringai sekedarnya.

Aku memesan beberapa menu sebelum memulai perbincangan hangat kami.

"Kamu tahu gak, proses aku sama Jaz gak bisa diteruskan karena tetiba dia sudah memutuskan  pilihan dengan yang lain, tanggal pernikahan mereka pun sudah ditetapkan. Trus, kamu tahu gimana rasanya jadi seorang aku?" . Ungkap ku meledak padanya dengan sesegukan isak yang sudah satu jam lalu ku tahan.

Aku langsung to do point, karena aku kenal Ia  bukanlah tipe   yang suka dengan statement berbelit-belit. Ia  menanggapiku dengan seulas senyum dan menatap lekat mataku. Lalu angkat suara.

"Bersyukurlah, kamu tidak ada urusan dengan keputusannya memilih yang lain. Karena urusan mu hanya antara kamu dengan Allah. Laki-laki itu hanya sebatas ujian. Cukup. Baik sekali bahwa ia telah memberimu waktu untuk menjadi lebih baik. Karena kamu terlalu baik baginya dan dia  bukan baik untukmu menurut Allah. Penangguhan waktu itu akan penuh kebaikan jika kamu mampu membuatnya menjadi berkah. Al-Qur'an adalah sumber keberkahan bagimu.

Bersyukur, karena Allah menginginkan anakmu kelak akan lahir dari seorang Ibu yang memiliki banyak hafalan Qur'an lagi luas pemahaman Qur'annya, agar dengan itu Allah akan semakin berkahi keluarga yang akan kamu bina kelak.

Percayalah, pernikahan itu tidak seperti tayangan sinetron di TV atau sinema film layar lebar. Di dalamnya ada amanah besar untuk menjadi seorang istri dan ibu. Do'a yang kamu langitkan terlampau hebat. Maka untuk do'a itu di ijabah kamu harus melewati proses yang hebat pula. Bisa jadi waktu penangguhan itu adalah jalan terbaik menuju pengabulan do'a yang kamu pinta pada Allah di sepanjang sujud malam-malam itu.

Ini adalah waktu terbaik untuk kamu lebih dekat dengan al-Qur'an. Kamu tahu fenomena sekarang. Zaman dimana tumpah ruah wanita yang khawatir dan sibuk dengan cerita jodoh dan imamnya kelak. Namun, mereka abai akan al-Qur'an. Lalu, mereka mengatakan ingin menikah di jalan dakwah! Huh, itu terlalu picik. Sedang mereka sadar bahwa amunisi dan ruh dakwah adalah al-Qur'an dan as-Sunnah.

Semestinya, kesibukan kita tidak semata perkara jodoh. Namun kesibukan kita adalah dengan al-Qur'an. Bayangkan betapa bahagianya anak-anak mu kelak akan memiliki seorang ibu yang penghafal Qur'an bahkan shohibul Qur'an. Yang semasa akhwatnya terus sibuk dengan belajar dan mengajarkan  al-Qur'an. Jika ia ingin berdendang, maka dendangannnya adalah al-Qur'an, jika ia ingin mendengar lagu, maka lagunya adalah muratal Qur'an, jika ia ingin berucap maka makna kata-katanya sarat akan nilai-nilai Qur'an. Apa itu tidak lebih menggiurkan untuk dipersiapkan?"

Aku tak dapat berucap sepatah kata pun . Dada ku mulai terasa sesak oleh sesal. Betapa banyaknya waktu yang kuhabisnya hanya untuk perkara yang tidak membuat do'a-do'a itu di ijabah. Aku merunduk dalam istighfar bertalu-talu.

Saat aku angkat pandangan, ternyata perempuan itu telah menghilang entah kemana.

"Wanita akhir zaman terlampau sibuk tentang perkara jodoh dan Imam baginya, namun abai akan al-Qur'an", kalimat ini menancap kuat dalam pikiran dan hatiku.

Selasa, 17 Januari 2017

Perempuan Pecinta al-Qur'an

Siang ini terik sangat.  Seperti  keringatnya  menuju titik optimal membasahi pakaian perempuan itu. Ia menyekat dahinya yang tengah diguyur keringat. Mushaf berwarna coklat terang dengan perpaduan kuning tak pernah absen dari jemarinya. Hari ini perempuan itu menggunakan gamis polos merah muda dengan hijab lebar bermotif bunga, tampak begitu serasi dengan gamis yang ia kenakan. Ia  Duduk di taman depan perpustakaan pusat kampus, sesekali ia membuka mushaf itu lalu menutupnya kembali dengan gerakan bibir yang seperti ada makna dalam pada bacaannnya itu. Aku memperhatikannya dari kejauhan.

Wajahnya menyemburatkan air muka yang bergairah. Entah kenapa, aktifitasnya yang sangat padat seolah tak mendatangkan lelah sedikitpun bagi perempuan itu. Sinar sengatan mentari siang ini pun tak sanggup mengurungkan langkahnya untuk menuju ke tempat dimana perempuan itu belajar Tahfidz Qur'an nanti sore. Padahal aku sangat hafal bahwa dari jam 03.30 wib ia sudah keluar kos. Memangl Perempuan itu, selalu menghabiskan waktu-waktu mustajabnya  di salah satu mesjid dekat kos-kosan yang kami tempati. Alhamdulillah, mesjid tersebut memang sengaja mulai dibuka pukul 03.00 wib untuk memfasilitasi jama'ah yang ingin tahajud.

Hari ini aku tahu bahwa ada jadwal kuliahnya di pasca jam 07.00 wib pagi tadi. Tapi berangkat dari rumah sejak jam 03.30 wib. Ia selalu begitu, katanya "Saya tidak punya waktu untuk menghafal selain sebelum berangkat kuliah". Aku hanya mengangguk malu pada diri sendiri.

Aku mengenal perempuan itu  selama 1 semester ini, Leha. Perempuan yang selalu membawa al-Qur'an dalam lisan, tindakan, dan hatinya. Begitulah yang dapat aku deskripsikan padanya. Leha memiliki impian menjadi 'Shohibul Qur'an'. Seorang yang selalu ingin dekat dengan al-Qura'n. Berjuang untuk belajar dan mengajarkan Al-Qur'an dalam sisa umur yang masih Allah berikan.  Sekarang ia tengah berupaya menyelesaikan hafalan 30 juznya. Ia tak pernah henti untuk mengajakku mengulang hafalan dan memotivasi untuk menambah hafalan. Baginya, menghafal Qur'an adalah harga mati bagi seorang da'i yang tulus ingin mengorbankan diri dalam mencapai keridhoan Allah. MasyaAllah.

Walau menghafal sambil menyelesaikan program magister, tidak membuatnya berhenti berjuang. Bahkan guru tahfidznya adalah setiap santri tahfidz yang ada di mesjid itu. Baginya, al-Qur'an lah yang akan menjadikannya dimuliakan Allah  dan sebab bersama al-Qur'an lah ia akan mendapat penuh keberkahan dalam menjalani kehidupan di dunia ini. Leha berhasil membuktikan bahwa dengan menghafal Qur'an tidak menghalanginya mencapai prestasi maksimal di kampus. Hasil IP nya semester sangat memuaskan dan aku menjadi saksi nyata begitu penuh berkah hidupnya bersama al-Qur'an.

Kali ini aku tak menyapanya, perempuan pecinta Qur'an itu tengah asik dengan hafalannya. Hanyut dalam kenikmatan saat berdialog dengan Allah melalui surat cinta-Nya.

Sangat menakjubkan. . .

Perempuan dan Mushafnya

Aku masih berdiri di pintu masuk akhwat sebuah mesjid di kampus. Mata ini masih terus melekat pada perempuan berhijab lebar itu. Sudah sejak 10 menit tadi perempuan itu berdiri di pelataran mesjid sambil komat-kamit dengan  menggendong balita dalam dekapannya. Tangan kirinya mengelus-elus balita dipangkuannya dan tangan kanannya memegang mushaf al-Qur'an. Ah, pemandangan ini sangat menakjubkan.

Tetiba ada laki-laki  kira-kira usia 30 an memanggil sambil melambaikan tanggannya pada  perempuan itu dengan panggilan 'umi'. Perempuan itu menoleh sambil melempar senyum  pada laki-laki  yang baru keluar dari pintu mesjid bagian ikhwan. Lalu laki-laki itu menghampiri perempuan bersama anak dipangkuannya

"Kok Umi nunggu di luar", tanya laki-laki itu
"Umi kira abi udah keluar", perempuan itu menyeringai.
"Dapat muraja'ah berapa halaman barusan", Tanya laki-laki itu sambil menyambut anak kecil di pangguan perempuan itu
"Hanya 3 halaman bi", jawab perempuan itu masih dengan senyumnya yang aduhai.
"Nanti abi simak yang sisanya di mobil ya". Balas laki-laki itu dengan nada lembut.

Mereka berlalu, berjalan bersama menuju parkiran. Entah, apa pembicaraan mereka selanjutnya. Perempuan itu tetap memegang mushafnya. Aku masih termangu, hanyut dalam tasbih, tahmid, dan takbir menyaksikan pemandangan barusan.

Berdo'a dan penuh harap  dapat menjadi aktor dalam adegan itu kelak.
Mungkin akan bersama kamu.
Kamu yang tengah mempersiapkan diri dalam perbaikan yang lebih baik menuju Allah.
Kamu yang tengah menyibukkan diri dengan al-Qur'an
Kamu yang tengah dan terus belajar agar kelak dapat menjadi jembatan kokoh yang akan mengantarkan keluargamu ke taman syurga terindah yang diridhoi Allah.
Semoga selalu dalam keridhoan Allah. . .

Amin

Senin, 16 Januari 2017

Keberkahan Bersama Al-Qur'an

Saya tuh pengen cerita, bahwa semakin kita merapatkan diri dan hati pada al-Qur'an maka keberkahan pun akan semakin mengitari hidup kita. Misal saja perkara kuliah kali ini, saya merasa begitu banyak pertolongan Allah melalui tangan-tangan manusia. Ingat banget deh, selama semester ini saya merasa upaya belajar tidak begitu maksimal. Kerjaan saya hanya pulang pergi ke mesjid buat menenangkan diri dengan tilawah,   muraja'ah atau menambah hafalan. Gitu aja mulu'. Lantas keluar nilai ip semester ini 3,79 dan hasil tes toefl dengan skore 500. Alhamdulillah wa syukurillah. Benar-benar tak menyangka. Saya merasa semua itu mutlak atas pertolongan Allah dan do'a ibu yang tak putus-putus di sepanjang shalat malamnya.

Keberkahan bersama Qur'an mendatangkan banyak kebaikan. Saya sangat merasakannya. Terlebih menghadirkan ketenangan. Sebab Ketenangan itu dari dari Allah dan Allah yang mengizinkan kita untuk memilikinya jika kita banyak mengingat Allah. Semakin banyak mengingat Allah semakin ketenangan itu meliputi hari-hari kita. Kian banyak maksiat, makin jauh dari Allah, makin sedikit intensitas mengingat Allah pasti hidupnya tidak tenang sekalipun hidupnya bergelimpangan harta dan kenikmatan dunia.

Orang-orang yang banyak mengingat Allah mirip banget dengan orang yang tawadhu' dan orang yang sedikit mengingat Allah kembarannya orang yang sombong.

Semoga istiqamah hatinya tulus bersama Qur'an ya sholihah...

Minggu, 15 Januari 2017

Belajar Mencintai Al-Qur'an

Betapa sulit melawan arus keinginan itu. Saat ingin untuk menumpahkan perasaan-perasaan yang tengah terlakoni, maka semua meski ditempatkan pada ruang tunggu yang telah disediakan hati. Sebab ketidaktegasan terhadap diri sendiri akan berakibat fatal kepada kebaikan masa depan yanh ingin dicapai.

Misalnya hari-hari libur begini. Satu persatu silaturahim  selama 1 semester kemarin yang  sempat longgar ingin  kembali dipererat dalam waktu liburan behini.  Tak ayal, kegiatan-kegiatan semacam silaturahim kerap mencuarkan baper-baper yang tidak penting. Akhirnya, jadi menulis lagi tentang melankolia jiwa. Ah, riweuh mah yang beginian.

Padahal sejak bulan Agustus kemarin sudah membulatkan tekad untuk lebih mencintai al-Qur'an. Untuk lebih banyak mengabiskan waktu bersama Qur'an saja. Yah, kalau mau menulis selalu mengajarkan atau tengah menceritakan kegiatan pembelajaran bersama al-Qur'an. Sudah menjadi rencana dalam untuk 2 tahun kedepan tidak berselancar di medsos seperti IG, FB, Tumbrl, dan sejenisnya kecuali blog. Tetep aja melawan arus keinginan itu bak berjalan menuju tempat yang jalannya tengah dihalau badai tornado. Beraaaat.....Fiuh...! Sesekali terjebak jua dalam pelanggaran rencana baik itu. Astaghfirullah.

Begitu saat kita telah bertekad menjadi pembelajar Qur'an. Medan magnetik setan ke arah distorsi pencapaian itu jelas akan semakin kuat. Ada-ada saja godaan yang ditayangkan dalam keinginan itu.  Namun, jangan menyerah. Ingat diantara manusia-manusia itu ada orang-orang yang berjuang mendapatkan keridhoan Allah (Hikmah Q.S al-Baqarah: 207). Semoga bisa termasuk bagian dari mereka yang memperjuangkan ridho Allah. Berjuang melawan semua arus yang tidak mengantarkan mu menjadi pembelajar dan pecinta  Qur'an sejati misalnya.

This worldly Life has a end, huh? Semoga waktu luang tidak membuat diri terlena. Sebab masih banyak ayat-ayat al-Qur'an yang belum dihafal. [T.T]  bahkan masih sedikit sekali yang baru dapat diamalkan. Liburan tinggal sedikit lagi, jangan lewatkan tanpa muraja'ah hafalan.

Jangan lelah belajar al-Qur'an ya sholihah. Ingat, bagi pemuda yang ingin berkiprah menjadi bagian dari pejuang ridho Ilahi maka kedekatan dengan al-Qur'an adalah harga mati. Jangan berhenti belajar mencintai al-Qur'an.

Perbedaan

Aku berharap, entah seperti apa caranya kamu dapat membaca tulisan ini.
Kamu yang entah menjadi takdir atau memang tidak ada sama sekali.

Kelak, aku  menyadari sepenuh hidupku akan sangat  berbeda dari sebelumnya.  Kamu juga. Setelah kita berkomitmen  mengikat ikrar untuk  mengarungi samudra lepas bersama.
Kita akan hidup dalam ruang perbedaan. begitulah kenyataan yang akan kita hadapi. Maka, percayalah kita akan benar-benar saling mengenal, saat kita dapat melihat keindahan satu sama lain dalam setiap kesedihan yang menerpa, memandang keindahan itu pada keterbatasan kita masing-masing. Maka, untuk mu aku akan menjadikan kekurangan adalah prioritas yang akan kucintai darimu, sedang kelebihanmu adalah bonus dari Tuhan atas rasa cinta yang kutanamkan pada celah kurang yang ada padamu. Kuharap kau mampu begitu pula padaku.

Kita tak perlu bersikap, bertindak, dan berkelakar untuk meyakinkan hati satu sama lain tentang perasaan tulus yang menyeringai di hati. Kita hanya perlu melakukan segala sesuatu untuk membuat Allah ridho pada sikap, tindakan, dan kelakar yang kita mainkan bersama.  Aku akan mencintaimu atas keimanan karena Allah yang darinya akan kudapatkan ridho-Nya dengan menjadi penyejuk hati bagimu. Semoga aku dapat menjadi  seperti apa yang kau do'akan pada Allah disepanjang sujud sepertiga malam itu. Tetaplah aku hanya wanita akhir zaman, yang memohon pertolongan pada Allah agar dengan mu aku dapat menjadi lebih baik di sisi-Nya.

Untuk saling jatuh cinta berkali-kali padamu itu tidak mudah, Namun karena itu telah menjadi kewajiban maka akan selalu kuupayakan setiap waktu. Kita sama-sama mengerti, kan? bahwa cinta datangnya dari Allah. Maka untuk menjaga cinta itu maka kita harus selalu mendekatkan diri kepada Yang Maha Cinta. Jika cinta diantara kita memudar, bisa jadi hubungan kita dengan Allah sudah mulai longgar. Itu cukup menjadi alarm cinta kita.

Bagaimana? Kamu ada tanggapan?

Apakah kamu Mengizinkan?

Apa kamu sudah tahu, bahwa ada seseorang yang diam-diam memperhatikanmu. Hampir setiap dari kegiatan yang kamu lakukan atau ingin kamu lakukan maka ia selalu bertekad menjadi orang yang dapat mengetahuinya. Agar kelak, jika ada kehendak langit untuk mengamini do'anya maka ia dapat mengkondisikan diri terhadap aktifitas sehari-harimu. Ah, itu hanya pikirnya saja. Lantas kamu belum tahu, kan?

Bagaimana jika ada satu waktu yang telah direncanakannya, membuat kamu jadi tahu akan perasaannya selama ini . Sedang kamu tidak pernah mengharapkannya dan tidak mau sampai tahu tentang perasaannya terhadapmu. Apakah kamu mengizinkannya? Karena ia hanya ingin mempertanggungjawabkan rasanya itu dan tidak ingin lebih.

Wajar saja jika kamu akan merasa terganggu dengan sikapnya yang berbeda itu. Keberaniannya membuat kamu malah menjadi takut. Bukan, sebenarnya kamu hanya belum siap, bisa jadi begitu. Terlebih dia belum pernah ada dalam hatimu bahkan  terbersit sepermili detik pun tidak. Namun, kenyataannya dia akan memperjuangkanmu dengan apa pun yang dia miliki. Apakah kamu mengizinkan? Sebab, ia tak mau bertele-tele tentang perasaannya padamu.

kondisi seperti ini akan menjadi pertimbangan yang cukup berat bagimu. Walau dia tak ada niat untuk membuatmu menjadi terbebani seperti ini. Dia hanya memperjuangkan perasaannnya yang telah ada selama ini. Tidak salah kan?. Lantas kamu tidak punya kuasa untuk menebas perasaan itu karena itu adalah haknya serta dia tidak meminta apa-apa atas perasaan itu melainkan jawaban tegas darimu. 'Iya atau tidak'. Cukup. Apapun yang kamu putuskan maka itu adalah konsekuensi yang mesti ditelannya mentah-mentah.

Bagaimana jika hari itu adalah sekarang. Apa kamu sudah siap untuk menjawabnya? Jika hari ini adalah hari perencanaan untuk bertemu denganmu. Meski pertemuan tidak pernah sanggup memastikan takdir . Dia hanya berkeyakinan bahwa  pertemuan daoat mengobati rasa penasaran tentang kepastian.

Ah, tidak tahu apa-apa itu lebih baik ketimbang dipaksa kondisi untuk mengetahui tentang apa yang dia rasakan selama ini.

Ini rumit sekali...

Kamu akhirnya memutuskan mengambil wudhu, menggelar sajadah, dan mengeheningkan hati di atasnya. Berharap ada bisikan pada hati yang akan menguatkan salah satu keputusan untuk di ambil di hari itu.

Lalu kamu akan tersadar bahwa kelak telah banyak cara  yang  diupayakan itu  tidak memiliki jalan untuk mengubah arah kembali. Kamu  tidak dapat memutar balik  ke titik semula. Teranglah  keputusan yang  pernah kamu  buat akan membentuk takdirmu kedepan . Dan untuk hal-hal yang seperti itu, kamu hanya  butuh  membanyak  sabar dan memperkuat iman. Meski untuk menjalaninya kamu akan letih dan tertatih. Bisa jadi akan meluangkan banyak pahala yang akan kamu terima di yaumul akhir.

Kamis, 12 Januari 2017

Teladan Wanita Era Modernisasi

*"Mencari Model Muslimah Modern"* Pelajaran dari Bunda Yoyoh Yusroh

_assalaamu’alaikum wr. wb._

Sabtu dini hari, 21 Mei 2011, anggota Komisi I DPR dari Fraksi Partai Keadilan Sejahtera, Yoyoh Yusroh, menghembuskan napas terakhirnya setelah mengalami kecelakaan lalu lintas di Cirebon. Dalam waktu singkat, kabar duka itu menyebar ke seluruh negeri. Beragam tokoh dari lintas komunitas menyampaikan belasungkawanya. Ust. Hilmi Aminuddin, Ketua Majelis Syuro PKS, bahkan mengatakan bahwa wafatnya Yoyoh Yusroh adalah kehilangan yang dialami oleh dakwah internasional.

Ruhut Sitompul dari Fraksi Partai Demokrat dan Tantowi Yahya dari Fraksi Partai Golkar termasuk di antara hadirin yang menyampaikan rasa kehilangannya pada hari itu. Dari dunia internasional, tak kurang dari Prof. Dr. Muhammad Badie, orang nomor satu di Al-Ikhwan Al-Muslimun Mesir yang menyampaikan pesan duka citanya. Belasungkawa juga disampaikan oleh berbagai komunitas lainnya, antara lain dari masyarakat Gaza, yang mengenal almarhumah sebagai salah seorang tokoh yang konsisten memperjuangkan hak-hak mereka.

Yoyoh Yusroh adalah sebuah pribadi yang menghentak kesadaran semua orang. Sebagai da’i perempuan, jadwal kegiatan dakwahnya tidak pernah kosong. Terlebih lagi semenjak ia diamanahi jabatan sebagai wakil rakyat. Namun di antara seluruh amanah yang dibebankan di pundaknya, Yoyoh telah menerima amanah sebagai ibu dari 13 orang anak.

Yoyoh adalah 1 dari 5 orang perempuan yang termasuk dalam 50 orang pendiri Partai Keadilan (PK). Saat PK baru berdiri, ia diangkat sebagai Ketua Departemen Kewanitaan. Setahun sesudahnya, ia mundur dari jabatannya di Departemen Kewanitaan untuk kemudian menerima amanah di Majelis Pertimbangan Partai (MPP).

Ketika ia diminta untuk menggantikan rekannya dalam periode PAW di DPR, Yoyoh segera mengontak Hidayat Nur Wahid, Ust. Rahmat Abdullah (alm) dan Ust. Hilmi Aminuddin untuk menanyakan alasan pengangkatannya, sebab ia merasa khawatir tak mampu menjalankan tugas lantaran punya banyak anak. Akan tetapi, jawaban dari ketiganya tetap sama: hal itu adalah keputusan jamaah (ittifaq jama’i).

Di luar kegiatannya sebagai anggota DPR, setumpuk amanah dan prestasi lainnya telah diukir oleh beliau. Aktif sebagai anggota Dewan Pakar ICMI (2005-2010) bidang Pemberdayaan Perempuan, Anak dan lansia, penerima tanda jasa dari International Muslim Women Union (IMWU) dan Mubaligh Nasional dari Departemen Agama Pusat tahun 2001. Namun kiprah paling heroiknya yang dikenang oleh masyarakat Islam internasional pastilah keikutsertaannya dalam rombongan Viva Palestina yang dikoordinir oleh Komite Nasional Rakyat Palestina (KNRP) yang telah melalui perjuangan berat hingga akhirnya mampu menembus Gaza dengan kawalan tentara Mesir.

Di tengah kesibukan yang luar biasa padatnya, Yoyoh tidak pernah meninggalkan kewajibannya sebagai seorang Muslimah, seorang istri dan seorang ibu. Mempresentasikan suatu kajian sambil mengasuh anak adalah pemandangan yang biasa bagi mereka yang kerap menyaksikan ceramah-ceramah beliau. Padatnya kegiatan juga tidak mengurangi kemesraan beliau dengan Budi Darmawan, suaminya. Sejak awal, seluruh amanah yang diembannya diterima dengan dukungan kuat suaminya, dan ditanggungnya bersama-sama. Ibadahnya pun tidak kendur, sehingga ia dikenal sebagai Muslimah yang selalu mengisi waktu senggangnya dengan tilawah, membaca tafsir, atau menghapal al-Qur’an.

Begitu kuatnya interaksi Bunda Yoyoh – demikian sebagian orang memanggilnya – dengan al-Qur’an, sehingga ia sendiri menetapkan kewajiban tilawah harian hingga tiga juz per hari. Salim A. Fillah, seorang tokoh penulis muda, pernah ‘memergoki’ Yoyoh bersama suaminya tengah bergantian menyimak dan saling mengoreksi hapalan al-Qur’an-nya di sela-sela kesibukan. Bagi beliau, aneka ragam persoalan yang semakin banyak dihadapinya dari hari ke hari justru merupakan alasan penguat untuk mempertinggi intensitas interaksi dengan al-Qur’an, bukan sebaliknya.

Sederet kesaksian lainnya diberikan oleh para tokoh. Lili Nur Aulia, misalnya, menjelaskan berbagai sifat keutamaan dalam diri beliau, antara lain selalu tersenyum, meski dalam keadaan paling kecewa sekalipun, tidak pernah mengeluh ketika menerima tugas-tugas dakwah, konsistensi dalam kesederhanaannya, selalu berbicara dengan kata-kata yang dalam dan sarat makna, ‘keras’ dalam membina diri sendiri namun ‘fleksibel’ dalam membentuk dan membina objek dakwahnya.

Tidak diragukan lagi, umat Islam telah kehilangan seorang tokoh Muslimah yang begitu perkasa, bahkan ia pantas untuk menjadi ikon keperkasaan seorang Muslimah di era modern. Kehilangan semacam ini mungkin yang pertama kalinya dialami oleh umat Islam Indonesia sejak era Cut Nyak Dhien.

Tidaklah berlebihan jika nama Yoyoh Yusroh diucapkan pada tarikan napas yang sama dengan penyebutan nama-nama harum lainnya seperti Zainab al-Ghazali, tokoh Muslimah Mesir yang bukan hanya mencicipi intimidasi karena kegiatan dakwahnya, melainkan juga hingga siksaan fisik. Yoyoh telah membuktikan bahwa identitas dirinya sebagai Muslimah dan da’iyyah tidak sedikit pun menjadi penghalang untuk berprestasi, sedangkan prestasinya tidak terbatas pada pengajuan wacana di mimbar-mimbar belaka, melainkan hingga pembuktian secara nyata di lapangan. Berapa banyakkah tokoh nasional – laki-laki atau perempuan – yang berani menerjunkan dirinya ke wilayah rawan konflik seperti Gaza?

Kisah hidup Bunda Yoyoh adalah sebuah kesaksian panjang tentang keperkasaan seorang perempuan yang membaktikan hidupnya untuk Islam. Perempuan tidaklah lemah, hanya saja ia memiliki kekuatan yang berbeda dengan kaum lelaki. Untuk membangkitkan keperkasaan yang hanya dimiliki oleh perempuan itulah Islam menggariskan ajarannya, yang diikuti dengan sangat baik oleh Bunda Yoyoh.

Ketika beliau diminta untuk menjadi anggota DPR, itu adalah karena keputusan jamaah. Partailah yang telah memutuskan bahwa kehadirannya di gedung wakil rakyat sangat dibutuhkan, bukannya semata-mata untuk memenuhi kuota jumlah anggota legislatif perempuan sebagaimana tuntutan kaum feminis. Begitu besar kepercayaan partai pada kapabilitas dirinya, sehingga amanah tersebut tidak dimundurkan barang seinci pun meski melihat kenyataan bahwa ia adalah ibu dari 13 orang anak!

Untuk eksis di segala lini, Yoyoh tidak pernah harus menggadaikan agamanya sendiri. Ia tidak pernah merasa perlu untuk tunduk pada standarisasi kaum lelaki hidung belang yang menghendaki para Muslimah untuk membuka auratnya masing-masing atas nama ‘kebebasan’ atau sekedar ‘tuntutan pekerjaan’. Yoyoh hidup dalam keadaan senantiasa memelihara kehormatannya, kemudian wafat dalam keadaan yang sangat terhormat pula.

Muslimah, berjilbab, menutup aurat dengan sempurna, sibuk luar biasa, aktif di dalam dan di luar rumah, ibu dari 13 orang anak, istri yang berdedikasi tinggi, pecinta al-Qur’an yang sulit dicari tandingannya, pembelajar yang tangguh, wakil rakyat yang sederhana, fungsionaris partai yang kehadirannya sangat signifikan, da’iyyah yang senantiasa sibuk dengan agenda dakwah, perempuan dengan segunung prestasi, mujahidah dengan keberanian yang telah dibuktikan di daerah-daerah konflik, dan intelektual yang kata-katanya senantiasa didengar orang. Tidak diragukan lagi, Bunda Yoyoh adalah mimpi buruk dari segala wacana yang dikumandangkan oleh kaum feminis-liberalis. Dengan kehidupannya, Bunda Yoyoh telah membuktikan bahwa seorang Muslimah tak mesti mengabaikan keluarga untuk menjadi seorang aktifis, tidak perlu merasa terkekang dengan kewajibannya mengurus anak, tidak perlu merasa lemah hanya karena ia perempuan, tidak perlu mengajukan batas kuota agar diakui pantas menduduki jabatan yang terhormat, dan seterusnya.

Selamat jalan, Bunda Yoyoh. Sungguh kami merasa begitu kehilangan ditinggal olehmu. Kami adalah saksi betapa engkau telah memenuhi kewajiban-kewajibanmu dengan baik, dan sebaik-baik istirahat adalah di sisi Allah, Dzat yang tak mungkin menzalimimu.

_wassalaamu’alaikum wr. wb._

9 Januari 2017
(Akmal Sjafril)

Tentang Keyakinan Kita

Aku masih percaya bahwa  kita memiliki keyakinan yang sama.
Sudah agak lama kebekuan hati ini ada , kini perlahan mencairkan diri dengan keyakinan itu.

Tentang keyakinan aku, kau, kita.
Kita yakin bahwa segala sesuatu dalam kehidupan ini mutlak milik Allah, termasuk kita.
Kita adalah milik-Nya, Dia yang mengatur, mengawasi, dan mendesain setiap yang ada pada kita dan kehidupan kita.
Daripadanya, kita sama-sama tenang tuk merebahkan hati ini utuh pada-Nya  saja  dan pada segenap ketetapan yang Dia ridhoi bagi kita.
Memang melelahkan dalam fase perjuangan ini, aku mengerti dan kau pun juga merasakannya, bukan?
Kita mesti menyearahkan langkah menuju tujuan yang sama, walau sebegitu banyak aral dan arus yang siap membuat diri kita kehilangan arah tujuan itu.
Semestinya kita tenang saja.
Allah selalu menjadi yang Maha Baik bagi hamba-Nya yang taat. Jangan khawatir, bila Allah yang aku dan kau tuju maka kita pasti tiba di titik yang sama.

Tentang keyakinan aku, kau, kita.
Kita yakin rasa sabar yang kita jaga bukan semata diperjuangkan untuk menciptakan damai, namun dengan sabar itu kita bisa lebih dekat dengan Allah dan Allah ridho dengan kita.
Dengan kedekatan dan ridho-Nya maka kedamaian adalah bonus bagi kesabaran yang kita pelihara setia itu.
Semakin kita dekat dengan Allah dan Allah ridho pada kita, disana penuh keberkahan bagi pertemuan tuk meneguh iman.
Allah Maha Penyantun bagi hamba-Nya yang tak kenal lelah memperjuangkan ridho-Nya.

Tentang keyakinan aku, kau, kita.
Kita yakin bahwa kebersamaan adalah seni menikmati suka duka dan seni menghiasi tangis dengan tawa. Menikmati kebersamaan sebagai jalan merengut syurga dan membentengi diri dari neraka. Maka dalam kebersamaan kelak kita  meski menjadikan tauhid sebagai landasan urgentif bagi dua insan yang telah berikrar menggenapkan agamanya bersama dan bertekad untuk saling mengokohkan keimanannya.  Begitulah yang akan ditempuh, cara kita  menikmati kebersamaan  bisa jadi tidak dengan mendapatkan dan menerima hal-hal yang indah lagi penuh bahagia , mungkin kita  akan menikmatinya dengan melewati suka duka, kelelahan dan ketertatihan dalam menyeimbangkan perbedaan.

Tentang keyakinan aku, kau, kita.
Kita sama-sama yakin bahwa penyatuan kelak  merupakan  ruang bagi kita agar dapat  mengasah iman dan kedewasaan, tempat kita tuk belajar bersabar dalam  ujian dan tekanan.  Setiap kita akan diuji pada titik terlemah diri masing-masing. Mudah-mudahan kita tak lupa tuk saling mengingatkan dan menguatkan, menikmati ujian dengan iman dan kesabaran.  Menikmati karuniaNya dengan iman dan kesyukuran. Mari kita Pahamkan dan persiapkan diri, sebelum kita benar-benar bertemu.

Tentang keyakinan aku, kau, kita.
Kita sama-sama yakin bahwa ada masanya kita tidak lagi berjalan sendiri-sendiri. Saat itu, kita akan mencoba menyamakan langkah. Mungkin agak canggung untuk kita yang telah terbiasa melangkah dalam jalan masing-masing. Sebelumnya, kita telah terbiasa dengan cara sendiri dalam melakukan perjalanan. Tapi kedepan, perjalanan yang akan kita tempuh adalah kebersamaan kita menuju tujuan yang sama. Maka kita perlu menenggelamkan ego untuk saling mengerti agar dapat menyesuaikan ritme. Tentu untuk menyamakan ritme kita butuh latihan yang tak sebentar. Tak perlu berlari. Kita akan menyelesaikan perjalanan itu dengan pelan-pelan saja, yang kita kehendaki  adalah tetap bersama, bukan?

Kita berada pada keyakinan yang sama. Maka kita harus yakin kesabaran kita akan menyatupadukan rindu pada tempat yang tengah kita cari tahu dan waktu yang sedang kita selami bersama.

Teruslah bersabar, jika aku atau kau tak mampu bersabar bisa jadi kita tak bertemu.

Pagi dan Rindu

Malam itu tak dapat dihentikan, padahal 'dia' sudah berupaya datang sebelum datangnya malam. Sayang, Dewi Malam telah mengambil tahta untuk mengomando sang langit. Tirai kelam telah menjuntai ke bumi, 'dia' tak ada daya upaya lagi. Harus menunggu anggun di luar sana. Sembari menahan rasa sabar dengan kondisi gulitanya gelap malam ini. Hanya sendiri terpaku di luar tanpa ada kekuatan untuk menyapa. Sudah terlanjur malam, mungkin butuh istirahat dan 'dia' sangat hati-hati kepadanya. Agar tak ada prasangka yang mengotori.
Biar sajalah...
Masih ada pagi dan 'dia' yakin akan janji Tuhan bahwa waktu pagi itu akan menjelang.
-----------------------
Pagi esok jangan lupa  buka jendela dan coba lihat keluar sana.
Ada 'dia'.
Mungkin telah ditikam suhu dingin semalam, terkurung diluar sebab tak bisa masuk. Jika tak dapat jua tampak oleh mu.  Coba lihat di atas tanamanmu mungkin dia hinggap disana, menjadi embun yang ingin menyegarkan pagimu. 'dia' adalah rinduku.
Kamu punya jendela kan ?
Jangan lupa dibuka besok ya?

Sabtu, 07 Januari 2017

Imijinasi

Saya selalu butuh ruang untuk menabur imiginasi. Tempat disana saya bebas berperan dan menjadi siapa pun yang saya inginkan. Tempat yang sesuka saya pula untuk menyeting ornamen keadaan seperti apa yang sesuai dengan keinginan. Sempurna....saya pengendali penuh jalan cerita dalam dunia imijinasi itu.

Seperti halnya, beberapa tahun lampau. Saat saya mengikuti sebuah kompetisi menulis. Selama proses menyelesaikan naskah tulisan, saya selalu menabuh imijinasi bahwa saya adalah pemenang dalam kompetisi tersebut lalu saya perkuat bubuhan rasa suka citanya menerima hadiah dan penghargaan pada hari pengumuman. Hal yang menggelikan dan sekaligus membuat adrenalin saya berbalapan dengan sistem tubuh untuk menyelesaikan naskah itu sebaik dan sesuai dengan keinginan dewan hakim berdasarkan rubrik peniliaian. Alhasil, kegagalan demi kegagalan pun terus mengitari saya dalam mengikuti kompetisi menulis. Imijinasi itu hanya menjadi sebatas imijinasi dan semua yang ada di dalamnya belum berhasil saya bawa ke dunia real.

It's not bad to me, life must go on, huh ?
Setidaknya saya telah berhasil melakukan yang terbaik bersama imijinasi itu. Bagi saya imijinasi sahabat terbaik dan terhebat yang sekiranya dapat  membantu dalam mewujudkan target yang ingin saya  dicapai.  It is like Pretending Sucess

Karena, di dunia ini kita bebas untuk menjadi apa saja dan siapa saja. Terlebih Allah telah meyakini manusia adalah hamba terpilih di sisi-Nya sebagai khalifah-Nya di muka bumi. Lantas, dunia ini sudah terlalu dipadati oleh arus pemikiran yang mampu menenggelamkan setiap diri pada sekulurisme, kapitalisme, liberasisme, dan 'isme' sejenis lainnya. Arus itu nyaris menggeser fitrah manusia dari hakikat  keunggulannya sebagai manusia. Lalu apa temalinya dengan tabur imijiasi ?

Di  14 abad silam, informasi penting terkait  dunia imijinasi yang  saya senangi itu  disampaikan. Sebutannya adalah  TAMAN SYURGA. Mungkin akan berbeda dengan imijinasi remeh saya sebelumnya yang hanya sebatas prestise dan prestasi. Perjalanan kehidupan semakin banyak menyadarkan saya, bahwa ada imijanasi yang lebih indah dan ceritanya dikabarkan dalam al-Qur'an. Imijinasi ini bukan untuk memenangkan kompetisi menulis atau apalah itu. Namun untuk memenangkan syurga yang luasnya seluas langit dan bumi  bersama keridhoan Tuhan Semesta Alam. It's  amazing, huh?.

Maka saya harus melawan arus. Terus sekuat yang dibisa untuk Menentang setiap arus yang menghalangi saya untuk menggapainya. Salah satu karya yang dapat dipersembahkan untuk memenangkan kompetisi itu,  Make  the World for the Better Place. Menjadi jalan manfaat bagi sebanyak-banyak manusia untuk menuju  tempat yang lebih baik, Syurga.

*tulisan ini diketik jam 0:26 jadi rada-rada gak nyambung, setengah sadar setengah mau gak sadar,'Zzzzzzzz

Rabu, 04 Januari 2017

Memperbaharui Kesyukuran

Ya Rabb...
AlhamdulillahiRabbil 'Alamin

Ketika mulai merebahkan diri di atas dipan, tetiba saya diseret pada sebuah perenungan tentang BERSYUKUR. Kasur empuk yang aman lagi nyaman untuk  saya jadikan lapisan tebal peristirahatan malam ini, kamar kos yang gak ada nyamuk, suhu kamar yang sejuk tanpa ac dan kipas angin, kamar kecil yang ada dalam kamar, bantal, selimut, lebih-lebih tubuh yang sehat wal 'afiat ini tak mampu menghasilkan rasa syukur yang saya lafadzkan dalam tahmid menjadi setara dengan semua perhatian dan kasih sayang Allah yang dikarunikan pada saya malam ini.

Terbayang dengan nasib saudara-saudari  seiman di palestina, myanmar, syiria, dan lainnya yang jangankan untuk berbantal bahkan beratap pun tidak tidurnya. [T.T] Apatah lagi mengingat mereka yang di rumah sakit, ya Allah....betapa nikmat yang diberikan membuat saya malu.

Saya mengerti bahwa rasa syukur dapat diwujudkan  dengan ketaatan pada Allah. Hamba yang senang bersyukur maka secara otomatis dapat menjadikannya sebagai hamba yang kuat ketaatannya pada Allah.  Sayangnya...saya masih jauh dari idealitas bersyukur itu.

Malunya...

Semoga Allah beri pertolongan agar menjadi ahli syukur....
Allahumma amin

Tausiyah

Pokok hikmah kajian Tauhid bersama Aa Gym, ba'da isya 04-01-17 @Daruut Tauhid

1. Kita tidak dapat melakukan apa-apa selain atas pertolongan Allah. Kita bisa berbicara baik karena Allah yang memberi pertolongan lisan dapat berbicara baik sehingga dapat menggugah dan mengubah yang mendengar,  tidak ada yang kita harap dari berbicara baik selain ridho Allah bukan untuk dipuji, dikagumi dan dikatakan orang baik tapi agar ridho Allah atas apa yang kita bicarakan.

2. Kita tidak punya apa-apa selain apa yang Allah titipkan. Jadi jangan pernah bangga dengan jabatan, prestasi, harta, pasangan hidup, dan anak. Mudah bagi Allah untuk mengambil apa yang telah dititipkan kepada hamba-Nya. Tugas kita atas titipan itu adalah menjaganya dengan cara mensyukurinya. Bentuk kesyukuran itu adalah meningkatnya ketaatan pada Allah.

3. Kita tidak punya ilmu sedikitpun selain apa yang telah Allah amanahkan untuk kita pelajari dan agar dapat diamalkan. Jangan sombong dengan pengetahuan yang hanya secuil itu, apalagi menganggap kecil orang yang belum memahami ilmu  yang kita miliki.

4. Yang kita punya hanya dosa. Nah, ini yang penting dan harus banyak-banyak di tafakuri. Bisa jadi dosa-dosa itu yang membuat sekat terjal antara kita dengan Allah. Sehingga berat mengerjakan kebaikan, sulit untuk ikhlas, payah untuk ibadah, malas berinteraksi dengan al-Qur'an (sebenarnya al-Qur'an lah yang malas berinteraksi dengan hati yang kotor), enggan untuk bertholibul ilmy, dan terhijab dari menerima kebenaran. Na'udzubillah.

Semoga istiqamah dan mengistiqamahkan ��

Selasa, 03 Januari 2017

Libur Telah Tiba

Bagi sebagian besar mahasiswa liburan sebentuk ruang lepas dari penyekangan muatan-muatan pelajaran ke dalam kepala. Sekiranya, statement ini saya dapatkan setelah berkontemplasi beberapa hari ini. Alhamdulillah hari keempat libur semester, hari yang tidak ada lagi chat grup yang berisi caution or assign for something. Hahahaha. Benar kan? Bahwa kini otak telah berada di rest area setelah menempuh perjalanan melelahkan selama satu semester.

Sampai-sampai saya tidak ada diberi nafas untuk menulis. Setiap jengkal waktu dalam ritme teratur menyelesaikan tumpukan analisis jurnal internasional, sintesis, membuat RPP based of Korea Curriculum, nyusun proposal thesis, makalah, persentasi, bedah buku models of teaching yang tahu kan tebelnya bisa sekaligus dijadiin pillow bobok. ^_^ and et al dah.

Syukur banget jari ini sudah bisa kembali menari di tas tut tut layar sentuh gadget.

Ada hal yang melegakan di liburan ini  yakni saat bisa muraja'ah  Qur'an tanpa mikirin DL assigment dari Dosen.

Alhamdulillah...
Semoga cepat kelar ya sholehah...