Aku masih percaya bahwa kita memiliki keyakinan yang sama.
Sudah agak lama kebekuan hati ini ada , kini perlahan mencairkan diri dengan keyakinan itu.
Tentang keyakinan aku, kau, kita.
Kita yakin bahwa segala sesuatu dalam kehidupan ini mutlak milik Allah, termasuk kita.
Kita adalah milik-Nya, Dia yang mengatur, mengawasi, dan mendesain setiap yang ada pada kita dan kehidupan kita.
Daripadanya, kita sama-sama tenang tuk merebahkan hati ini utuh pada-Nya saja dan pada segenap ketetapan yang Dia ridhoi bagi kita.
Memang melelahkan dalam fase perjuangan ini, aku mengerti dan kau pun juga merasakannya, bukan?
Kita mesti menyearahkan langkah menuju tujuan yang sama, walau sebegitu banyak aral dan arus yang siap membuat diri kita kehilangan arah tujuan itu.
Semestinya kita tenang saja.
Allah selalu menjadi yang Maha Baik bagi hamba-Nya yang taat. Jangan khawatir, bila Allah yang aku dan kau tuju maka kita pasti tiba di titik yang sama.
Tentang keyakinan aku, kau, kita.
Kita yakin rasa sabar yang kita jaga bukan semata diperjuangkan untuk menciptakan damai, namun dengan sabar itu kita bisa lebih dekat dengan Allah dan Allah ridho dengan kita.
Dengan kedekatan dan ridho-Nya maka kedamaian adalah bonus bagi kesabaran yang kita pelihara setia itu.
Semakin kita dekat dengan Allah dan Allah ridho pada kita, disana penuh keberkahan bagi pertemuan tuk meneguh iman.
Allah Maha Penyantun bagi hamba-Nya yang tak kenal lelah memperjuangkan ridho-Nya.
Tentang keyakinan aku, kau, kita.
Kita yakin bahwa kebersamaan adalah seni menikmati suka duka dan seni menghiasi tangis dengan tawa. Menikmati kebersamaan sebagai jalan merengut syurga dan membentengi diri dari neraka. Maka dalam kebersamaan kelak kita meski menjadikan tauhid sebagai landasan urgentif bagi dua insan yang telah berikrar menggenapkan agamanya bersama dan bertekad untuk saling mengokohkan keimanannya. Begitulah yang akan ditempuh, cara kita menikmati kebersamaan bisa jadi tidak dengan mendapatkan dan menerima hal-hal yang indah lagi penuh bahagia , mungkin kita akan menikmatinya dengan melewati suka duka, kelelahan dan ketertatihan dalam menyeimbangkan perbedaan.
Tentang keyakinan aku, kau, kita.
Kita sama-sama yakin bahwa penyatuan kelak merupakan ruang bagi kita agar dapat mengasah iman dan kedewasaan, tempat kita tuk belajar bersabar dalam ujian dan tekanan. Setiap kita akan diuji pada titik terlemah diri masing-masing. Mudah-mudahan kita tak lupa tuk saling mengingatkan dan menguatkan, menikmati ujian dengan iman dan kesabaran. Menikmati karuniaNya dengan iman dan kesyukuran. Mari kita Pahamkan dan persiapkan diri, sebelum kita benar-benar bertemu.
Tentang keyakinan aku, kau, kita.
Kita sama-sama yakin bahwa ada masanya kita tidak lagi berjalan sendiri-sendiri. Saat itu, kita akan mencoba menyamakan langkah. Mungkin agak canggung untuk kita yang telah terbiasa melangkah dalam jalan masing-masing. Sebelumnya, kita telah terbiasa dengan cara sendiri dalam melakukan perjalanan. Tapi kedepan, perjalanan yang akan kita tempuh adalah kebersamaan kita menuju tujuan yang sama. Maka kita perlu menenggelamkan ego untuk saling mengerti agar dapat menyesuaikan ritme. Tentu untuk menyamakan ritme kita butuh latihan yang tak sebentar. Tak perlu berlari. Kita akan menyelesaikan perjalanan itu dengan pelan-pelan saja, yang kita kehendaki adalah tetap bersama, bukan?
Kita berada pada keyakinan yang sama. Maka kita harus yakin kesabaran kita akan menyatupadukan rindu pada tempat yang tengah kita cari tahu dan waktu yang sedang kita selami bersama.
Teruslah bersabar, jika aku atau kau tak mampu bersabar bisa jadi kita tak bertemu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar