Apa kamu sudah tahu, bahwa ada seseorang yang diam-diam memperhatikanmu. Hampir setiap dari kegiatan yang kamu lakukan atau ingin kamu lakukan maka ia selalu bertekad menjadi orang yang dapat mengetahuinya. Agar kelak, jika ada kehendak langit untuk mengamini do'anya maka ia dapat mengkondisikan diri terhadap aktifitas sehari-harimu. Ah, itu hanya pikirnya saja. Lantas kamu belum tahu, kan?
Bagaimana jika ada satu waktu yang telah direncanakannya, membuat kamu jadi tahu akan perasaannya selama ini . Sedang kamu tidak pernah mengharapkannya dan tidak mau sampai tahu tentang perasaannya terhadapmu. Apakah kamu mengizinkannya? Karena ia hanya ingin mempertanggungjawabkan rasanya itu dan tidak ingin lebih.
Wajar saja jika kamu akan merasa terganggu dengan sikapnya yang berbeda itu. Keberaniannya membuat kamu malah menjadi takut. Bukan, sebenarnya kamu hanya belum siap, bisa jadi begitu. Terlebih dia belum pernah ada dalam hatimu bahkan terbersit sepermili detik pun tidak. Namun, kenyataannya dia akan memperjuangkanmu dengan apa pun yang dia miliki. Apakah kamu mengizinkan? Sebab, ia tak mau bertele-tele tentang perasaannya padamu.
kondisi seperti ini akan menjadi pertimbangan yang cukup berat bagimu. Walau dia tak ada niat untuk membuatmu menjadi terbebani seperti ini. Dia hanya memperjuangkan perasaannnya yang telah ada selama ini. Tidak salah kan?. Lantas kamu tidak punya kuasa untuk menebas perasaan itu karena itu adalah haknya serta dia tidak meminta apa-apa atas perasaan itu melainkan jawaban tegas darimu. 'Iya atau tidak'. Cukup. Apapun yang kamu putuskan maka itu adalah konsekuensi yang mesti ditelannya mentah-mentah.
Bagaimana jika hari itu adalah sekarang. Apa kamu sudah siap untuk menjawabnya? Jika hari ini adalah hari perencanaan untuk bertemu denganmu. Meski pertemuan tidak pernah sanggup memastikan takdir . Dia hanya berkeyakinan bahwa pertemuan daoat mengobati rasa penasaran tentang kepastian.
Ah, tidak tahu apa-apa itu lebih baik ketimbang dipaksa kondisi untuk mengetahui tentang apa yang dia rasakan selama ini.
Ini rumit sekali...
Kamu akhirnya memutuskan mengambil wudhu, menggelar sajadah, dan mengeheningkan hati di atasnya. Berharap ada bisikan pada hati yang akan menguatkan salah satu keputusan untuk di ambil di hari itu.
Lalu kamu akan tersadar bahwa kelak telah banyak cara yang diupayakan itu tidak memiliki jalan untuk mengubah arah kembali. Kamu tidak dapat memutar balik ke titik semula. Teranglah keputusan yang pernah kamu buat akan membentuk takdirmu kedepan . Dan untuk hal-hal yang seperti itu, kamu hanya butuh membanyak sabar dan memperkuat iman. Meski untuk menjalaninya kamu akan letih dan tertatih. Bisa jadi akan meluangkan banyak pahala yang akan kamu terima di yaumul akhir.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar