Siang ini terik sangat. Seperti keringatnya menuju titik optimal membasahi pakaian perempuan itu. Ia menyekat dahinya yang tengah diguyur keringat. Mushaf berwarna coklat terang dengan perpaduan kuning tak pernah absen dari jemarinya. Hari ini perempuan itu menggunakan gamis polos merah muda dengan hijab lebar bermotif bunga, tampak begitu serasi dengan gamis yang ia kenakan. Ia Duduk di taman depan perpustakaan pusat kampus, sesekali ia membuka mushaf itu lalu menutupnya kembali dengan gerakan bibir yang seperti ada makna dalam pada bacaannnya itu. Aku memperhatikannya dari kejauhan.
Wajahnya menyemburatkan air muka yang bergairah. Entah kenapa, aktifitasnya yang sangat padat seolah tak mendatangkan lelah sedikitpun bagi perempuan itu. Sinar sengatan mentari siang ini pun tak sanggup mengurungkan langkahnya untuk menuju ke tempat dimana perempuan itu belajar Tahfidz Qur'an nanti sore. Padahal aku sangat hafal bahwa dari jam 03.30 wib ia sudah keluar kos. Memangl Perempuan itu, selalu menghabiskan waktu-waktu mustajabnya di salah satu mesjid dekat kos-kosan yang kami tempati. Alhamdulillah, mesjid tersebut memang sengaja mulai dibuka pukul 03.00 wib untuk memfasilitasi jama'ah yang ingin tahajud.
Hari ini aku tahu bahwa ada jadwal kuliahnya di pasca jam 07.00 wib pagi tadi. Tapi berangkat dari rumah sejak jam 03.30 wib. Ia selalu begitu, katanya "Saya tidak punya waktu untuk menghafal selain sebelum berangkat kuliah". Aku hanya mengangguk malu pada diri sendiri.
Aku mengenal perempuan itu selama 1 semester ini, Leha. Perempuan yang selalu membawa al-Qur'an dalam lisan, tindakan, dan hatinya. Begitulah yang dapat aku deskripsikan padanya. Leha memiliki impian menjadi 'Shohibul Qur'an'. Seorang yang selalu ingin dekat dengan al-Qura'n. Berjuang untuk belajar dan mengajarkan Al-Qur'an dalam sisa umur yang masih Allah berikan. Sekarang ia tengah berupaya menyelesaikan hafalan 30 juznya. Ia tak pernah henti untuk mengajakku mengulang hafalan dan memotivasi untuk menambah hafalan. Baginya, menghafal Qur'an adalah harga mati bagi seorang da'i yang tulus ingin mengorbankan diri dalam mencapai keridhoan Allah. MasyaAllah.
Walau menghafal sambil menyelesaikan program magister, tidak membuatnya berhenti berjuang. Bahkan guru tahfidznya adalah setiap santri tahfidz yang ada di mesjid itu. Baginya, al-Qur'an lah yang akan menjadikannya dimuliakan Allah dan sebab bersama al-Qur'an lah ia akan mendapat penuh keberkahan dalam menjalani kehidupan di dunia ini. Leha berhasil membuktikan bahwa dengan menghafal Qur'an tidak menghalanginya mencapai prestasi maksimal di kampus. Hasil IP nya semester sangat memuaskan dan aku menjadi saksi nyata begitu penuh berkah hidupnya bersama al-Qur'an.
Kali ini aku tak menyapanya, perempuan pecinta Qur'an itu tengah asik dengan hafalannya. Hanyut dalam kenikmatan saat berdialog dengan Allah melalui surat cinta-Nya.
Sangat menakjubkan. . .
Tidak ada komentar:
Posting Komentar