Aku masih menunggunya, setahuku perempuan itu tidak pernah datang terlambat. Ini tidak seperti biasanya. Sedang gemuruh dihati atas perasaan ini sudah tak tahan untuk ditumpahkan padanya. Jika di kota ini ada laut, tepiannya adalah ruang lega untuk melepas jeritan terhebat sepanjang sejarah hidupku. Kemana perempuan yang setia dengan mushafnya itu, pikirku.
"Wa, Assalamu'alaikum."
Frekuensi suara itu lumayan meredam didihan di hati ini. Akhirnya, perempuan itu datang. Kali ini aku tak melihat mushaf dalam genggamannya. Kian aku selidiki, kali saja dalam tasnya. Tapi ia tak menyandang ransel coklat kesayangannya itu. Mulai terbersit kecurigaan yang bertemali dengan kedatangannya yang sudah terlambat hampir satu jam.
"Alhamdulillah, kamu datang juga"
"Iya maaf aku telat parah kali ini, semoga tak mengurangi keseruan silaturahim kita ya, Wa"
Aneh, aku tak mendapatkan penjelasan kenapa ia terlambat dan wajahnya begitu setia dengan senyum nan aduhai itu. Melihat aura wajahnya sudah cukup membuat aku tersiram tenang tanpa harus meminta solusi.
"Tumben kamu telat?", tanyaku penuh selidik.
"Eumh, kamu ngundang aku ke kafe ini cuma buat nanyain kenapa aku telat, haha". Ia menyeringai sekedarnya.
Aku memesan beberapa menu sebelum memulai perbincangan hangat kami.
"Kamu tahu gak, proses aku sama Jaz gak bisa diteruskan karena tetiba dia sudah memutuskan pilihan dengan yang lain, tanggal pernikahan mereka pun sudah ditetapkan. Trus, kamu tahu gimana rasanya jadi seorang aku?" . Ungkap ku meledak padanya dengan sesegukan isak yang sudah satu jam lalu ku tahan.
Aku langsung to do point, karena aku kenal Ia bukanlah tipe yang suka dengan statement berbelit-belit. Ia menanggapiku dengan seulas senyum dan menatap lekat mataku. Lalu angkat suara.
"Bersyukurlah, kamu tidak ada urusan dengan keputusannya memilih yang lain. Karena urusan mu hanya antara kamu dengan Allah. Laki-laki itu hanya sebatas ujian. Cukup. Baik sekali bahwa ia telah memberimu waktu untuk menjadi lebih baik. Karena kamu terlalu baik baginya dan dia bukan baik untukmu menurut Allah. Penangguhan waktu itu akan penuh kebaikan jika kamu mampu membuatnya menjadi berkah. Al-Qur'an adalah sumber keberkahan bagimu.
Bersyukur, karena Allah menginginkan anakmu kelak akan lahir dari seorang Ibu yang memiliki banyak hafalan Qur'an lagi luas pemahaman Qur'annya, agar dengan itu Allah akan semakin berkahi keluarga yang akan kamu bina kelak.
Percayalah, pernikahan itu tidak seperti tayangan sinetron di TV atau sinema film layar lebar. Di dalamnya ada amanah besar untuk menjadi seorang istri dan ibu. Do'a yang kamu langitkan terlampau hebat. Maka untuk do'a itu di ijabah kamu harus melewati proses yang hebat pula. Bisa jadi waktu penangguhan itu adalah jalan terbaik menuju pengabulan do'a yang kamu pinta pada Allah di sepanjang sujud malam-malam itu.
Ini adalah waktu terbaik untuk kamu lebih dekat dengan al-Qur'an. Kamu tahu fenomena sekarang. Zaman dimana tumpah ruah wanita yang khawatir dan sibuk dengan cerita jodoh dan imamnya kelak. Namun, mereka abai akan al-Qur'an. Lalu, mereka mengatakan ingin menikah di jalan dakwah! Huh, itu terlalu picik. Sedang mereka sadar bahwa amunisi dan ruh dakwah adalah al-Qur'an dan as-Sunnah.
Semestinya, kesibukan kita tidak semata perkara jodoh. Namun kesibukan kita adalah dengan al-Qur'an. Bayangkan betapa bahagianya anak-anak mu kelak akan memiliki seorang ibu yang penghafal Qur'an bahkan shohibul Qur'an. Yang semasa akhwatnya terus sibuk dengan belajar dan mengajarkan al-Qur'an. Jika ia ingin berdendang, maka dendangannnya adalah al-Qur'an, jika ia ingin mendengar lagu, maka lagunya adalah muratal Qur'an, jika ia ingin berucap maka makna kata-katanya sarat akan nilai-nilai Qur'an. Apa itu tidak lebih menggiurkan untuk dipersiapkan?"
Aku tak dapat berucap sepatah kata pun . Dada ku mulai terasa sesak oleh sesal. Betapa banyaknya waktu yang kuhabisnya hanya untuk perkara yang tidak membuat do'a-do'a itu di ijabah. Aku merunduk dalam istighfar bertalu-talu.
Saat aku angkat pandangan, ternyata perempuan itu telah menghilang entah kemana.
"Wanita akhir zaman terlampau sibuk tentang perkara jodoh dan Imam baginya, namun abai akan al-Qur'an", kalimat ini menancap kuat dalam pikiran dan hatiku.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar