Jumat, 26 Juni 2015

Kehilangan

Sepatutnya Ia tidak perlu merasa kehilangan.
Karena memang tidak pernah memiliki.
Kebahagian itu bukan miliknya.
Hanya titipan sementara.
Jika yang Pemberi Bahagia telah ingin mencabut darinya.
Maka tak sewajarnya Ia merasa kehilangan.
Ia sangat  anggun jika menyerahkan kebahagiaan itu dengan  tulus. Hingga Tuhan menaruh pandangan lebih mulia padanya.
Toh jika Tuhan berkehendak kebahagiaan itu sangat mudah untuk  diberikan kembali.
Bahkan dengan kapasitas kebahagiaan yang lebih mencetarkan jika Ia mau bersabar saat kebahagiaan yang sebentar di dunia ini diambil.

©ningsi_afj

#perjalanan_untuk_sebuah_mimpi

Masalah

Ia menatap langit-langit dengan kosong.
tenggelam dalam lamunannya .
Masalah sudah menyerah membuatnya menangis.
Tak bisa lagi, atau mungkin sudah tak ada lagi yang patut ditangiskan.
Karena air matanya sudah beku.
Didinginkan oleh lapisan-lapisan istighfar.
Bila hampir mencair, cepat-cepat ia dinginkan lagi.
Bibir hatinya terus bergeming, menyuarakan Istighfar.
Terus...dan tak mau berhenti, khawatir kesedihannya mencair kembali.
Maka masalah pun angkat bicara, " kau telah temukan cara untuk memperisai diri dari ku !"

©ningsi_afj

#perjalanan_untuk_sebuah_mimpi

Siapa Mereka

Rasanya mau berputus asa.
Tapi tak boleh !
Karena berputus asa adalah  sikap mencerca rencana Tuhan.
Karena berputus asa adalah sikap durhaka sebagai hamba.
Karena berputus asa adalah sikap yang bisa jadi membuat Tuhan semakin murka.

Ada alasan mengapa masalah itu  diciptakan untuk nya.
Ada alasan mengapa harus Ia yang dipilih menjalani.
Ada sesuatu yang ingin Dia lakukan melalui tangan kecilnya, melalui akalnya , melalui hatinya.

Di sisi lain, saat Ia bertanya tentang alasan hidup . Dan mengapa Ia  harus bertahan sejauh ini. Sementara Ia  sibuk mencari alasan. Bisa jadi ada orang yang diam-diam menaruh harap padanya , hidupnya  adalah alasan mereka untuk terus melanjutkan hidup . Bertahan sejauh ini. Walaupun Ia masih rancu tentang  siapa mereka. Karena Ia masih belum   bisa merasakannya. Mungkin  hatinya sedang sibuk mengurusi luka.

Mungkin lusa  Ia akan tahu, siapa-siapa orang yang dijadikan  sebagai alasan hidupnya. Tidak hari ini, hari ini Ia  sedang sibuk pada diri sendiri. Sibuk pada keegoisan dalam memikirkan keadaannya. Hanya butuh waktu untuk mengenali pada dirinya siapa-siapa saja mereka. Nanti Ia akan tahu. Kini Ia dalam usaha   mencari tahu tentang mereka. Iya....Ia akan tahu pada suatu waktu yang telah di rencanakan Tuhan.

©ningsi_afj

#perjalanan_untuk_sebuah_mimpi

Perjalanan

Ada hal-hal yang  unik dari perjalanannya.
Terkadang  ia mengeluh, berpeluh, dan mengaduh.
Perjalanan yang  menjadikannya terkagum-kagum, terheran-heran, bahkan tersedu-sedu.
Lucu.....!
Bisa menjadikannya merenung dalam kehampaan,menikmati sunyi dan mencari tahu jalan  mengubur emosi.
Yang terpenting dari segala hal itu adalah bisa menjadikannya menemukan Tuhan. Lalu membuatnya lega sebab telah mengenali 'sandaran hati'.
Ia sangat yakin langkah saat ini akan melontarkannya pada keadaan yang mungkin jauh lebih baik di masa mendatang, entah esok, minggu depan, atau entah kapanlah itu.
Hanya keyakinan itu yang penting untuk diteguhkannya kuat-kuat.

©ningsi_afj

#perjalanan_untuk_sebuah_mimpi

Kamis, 25 Juni 2015

Orang-Orang Luar Biasa dan Ujiannya

     Adakalanya aku memikirkan tentang mereka. Tentang sosok orang-orang luar biasa.   Faktanya,  orang-orang luar biasa yang aku temui hari ini adalah hasil dari sebuah proses panjang hidup mereka  dan tentang proses itu tidak pernah aku saksikan. Proses hidup panjang yang bisa jadi  pernah menghancurkan hatinya berkeping-keping, namun mereka berhasil merangkainya menjadi utuh kembali . Proses hidup yang menguras air matanya, meresahkan hidupnya sedemikian rupa dan aku tidak pernah tahu tentang itu. Yang kini aku lihat kini mereka luar biasa.

         Kepercayaan berupa kesempatan itu akan menjadi sangat berharga. Tidak masalah ada yang bersedia menyertai atau tidak. Karena kita memang harus tumbuh semakin baik. Tumbuh menyertai segala yang ada dalam diri pada akhir yang memuaskan. Metaformosis hidup manusia berbeda, kita tidak bisa membandingkan chapter A hidup kita dengan orang yang hidupnya sudah sampai di chapter Z. Jangan bersedih, aku juga jangan sedih....*_*

        Berusaha terbaik yang kita mampu hingga waktu usai menyudahi semua usaha itu. Terlebih usaha untuk menjadi pribadi lebih baik setiap harinya. Karena perubahan ke arah kebaikan pasti besar tantangannya.  Itulah yang membuatku sangat berhati-hati. Mari menjalani hari ini dengan kepekaan rasa dalam menilai sudah sejauh mana kita lebih baik dari kemarin. Semoga Allah senantiasa menguatkan kita pada setiap ujian yang datang dalam hari-hari selanjutny  . Karena ujian akan selalu lebih sulit setiap harinya. Dari Ujian itu pula  kita menjadi berkemampuan dalam seni mengendalikan perasaan. Semoga dikuatkan...!

©ningsi_afj

#belajarmoveon
#HikmahRamadhan
#perjalanan_untuk_sebuah_mimpi

Gemericik

Gemericik air memandu pandangannya pada satu hal. Tempat dimana Ia akan terus dapat menyentuh gemericik itu dengan leluasa. Gemericik air yang mengalir dalam sedemikian rupa manfaat, ada aliran madu, aliran susu, aliran khamr yang tak memabukkan, aliran air jernih yang takkan pernah dijumpainya sekarang atau esok-esok, selama masih di bumi ini. Gemericik itu memanggil syahdu, menyuarakan himbauan mesra, namun perjalanan menuju 'nya' penuh liku dan bisa luka-luka, perjalanan menujunya tak segampang yang anak kecil kira, terjal sekali, amat meletihkan. Tapi.....Ia sangat rindu dengam gemericik itu, ingin tau apa bagaimana yang sebenarnya. Sebab gemericik itu adalah gemericik Syurga. Untuk kerinduan padanya, terlebih kerinduan  pada yang Memilikinya. Maka ketika hatinya terluka, Ia menyeka dengan air matanya dengan iman.

©ningsi_afj

#perjalanan_untuk_sebuah_mimpi

Menulis

         Ia kini asyik saja menulis. Entah tentang apalah itu. Ia teruskan saja sekenanya. Karena Ia sedang jatuh cinta. Jatuh cinta pada rumitnya masalah yang dihadapi, pada amarahnya, pada kekhawatirannya. Sehingga ia ikhlas merepotkan diri untuk menuangkan semua menjadi sebuah rekaman kata. Sampai-sampai malam pun disitanya untuk tetap menulis. Mau apa lagi. Karena Ia jatuh cinta. Sesuatu yang mungkin tidak pernah ia lakukan untuk hal-hal lain,  seperti tugas kuliah.

        Biarkan saja kini Ia jatuh cinta pada segala sesuatu yang terjadi dalam hidupnya.  Hingga kelak disuatu hari, Ia membaca tulisannya sendiri. Ketika semua telah berubah, saat hidup berjalan lebih baik, kala pikiran semakin lurus dan jernih. Bisa jadi kelak Ia akan tersenyum membacanya dan menertawakan dirinya sendiri. Menyadari ternyata Ia pernah  begini dan begitu dahulu.

Setelah puas Ia menulis ....

           Biarkan Ia terus berjalan, izinkan Ia mengenal dengan baik kelelahan, kekhawatiran, kegelisahan, ketakutan. Agar Ia tak lagi canggung di kemudian hari. Karena semua itu telah menjadi teman perjalanan yang tidak lagi memunculkan kerisauan.

            Biarkan Ia terus belajar dari apa yang sedang terjadi, dengan demikian Ia akan terus tumbuh menjadi orang yang semakin lengkap pemahaman hidupnya. Agar Ia dimampukan menjadi orang yang lebih bijak setiap kali mengalami masalah yang serupa nantinya.

Tentunya untuk menjadi mekar, Ia perlu waktu. Sabarlah untuk menunggunya mendapatkan kesabaran.…Maukah kamu bersabar?; dan Tuhanmu Maha Melihat. (QS.25:20) Dan sabar itu adalah bertahan, bertahan untuk tidak menceritakan keluhan apapun kecuali pada Allah. Ia sekuat mungkin tengah berupaya untuk ini.

©ningsi_afj

#perjalanan_untuk_sebuah_mimpi

Rumah

Akhirnya Ia singgah kembali ke "rumah".
Setelah roda-roda perjalanannya menderu hebat, meneguk kebersamaan dengan revolusi bumi.
Kini atau sudah beberapa hari ini Ia rehat di "rumah"-nya.
"Rumah" yang telah disediakan Tuhan untuk mensucikan hatinya.
Di "rumah" inilah ia mengacak-acak memori perjalanannya.
Semua dikenang kembali untuk menjadi sinema muhasabah di sepanjang malam-malam mempesona.
Malam yang ditaburi sayap malaikat.
Sengaja di utus ke bumi untuk menebar rahmat untuk seluruh penghuni "rumah itu" .
Apalagi bagi mereka yang benar-benar sudah lelah.
Ia mencoba memperbaiki kembali hubungannya dengan "Pemilik Rumah" itu.
Dengan banyak keinsyafan yang diakuinya sembari tenggorok yang menegang menahan isakan.
Karena "rumah" itu adalah yang sempat dirindui untuk segera tiba disana. Untuk Ia mampu membenahi kembali peta perjalanannya dan memfokuskan tujuannya dengan pasti.
Ah, adakah yang masih bingung apa rumah itu. Ia menyebut Rumah itu Ramadhan.
Pada momentum sebelum memasuki "rumah" itu , sepertinya Allah sedang menggemblengnya dengan beberapa hal berharga dari-Nya secara intensif. yakni;
1. Untuk selalu memenuhi hati dengan sabar, sabar, sabar dan syukur,
2. La tahzan, Allah bersamamu. Memenuhi prasangka dengan segala yang baik kepada Allah. Selepas banyak kesabaran yang dijalani ini ada satu masa Ia terpana dan akan lupa dengan rasanya pedih.
3. Untuk selalu memenuhi pikiran dengan sebuah ide "entah kapan...? Ia pasti akan mati", sehingga Ia mampu lebih menghargai waktu.
3. Dan untuk selalu menjalani kehidupan (hanya) hari ini saja dengan sepenuhnya. Memaksimalkan hari ini yang didelegasikan untuk menghebatkan masa depan.
Ia mendapati, pelajaran di atas dengan sangat ampuh mampu menetralkan hal-hal negatif yang dimiliki oleh pikiran dan perasaannya.Semoga Ia mampu memenangkan peperangan batin yang sengit bersiteru dalam episode hari-hari terbaru. Dengan melontarkan pelajaran tadi Ia berharap dapat bertahan sampai didaun jendela cahaya. Setidaknya di "rumah" ini Ia merasa Lebih lega sebab kerlipan bintang masih menerangi malam dan cahaya mentari masih menghiasi benderangnya "rumah" itu di siang hari.
Ia mengenalnya dengan semburat Nur Ilahi.
Ramadhan rumah bagi hati kembali...

©ningsi_afj
‪#‎bejalarmoveon‬
‪#‎HikmahRamadhan‬
‪#‎perjalanan_untuk_sebuah_mimpi

Jatuh Cinta

Tentang jatuh cinta. . .
Ia ingin jatuh cinta lagi.
Jatuh cinta pada kedamaian.
Rasa yang menghembus semua apa yang ada dari segenap kericuhan batinnya.
Yang Ia tahu kini dia sedang menujunya.
Entah sudah dimana dia sekarang, entah bagaimana cara dia menuju itu. Ia hanya meyakini dia,kedamaian, tengah berupaya menujunya. 
Semoga kedamaian itu segera sampai.
Jika sudah tiba, Ia akan menyambutnya layaknya pujangga yang telah lama merindu.

©ningsi_afj

#perjalanan_untuk_sebuah_mimpi

Sabtu, 20 Juni 2015

Ajari Aku Makna Berserah Diri 2

Tahun sangat tahu bahwa aku bergelut dengannya. Mencandai bulan yang terus berganti, adakalanya bersitegang dengan minggu sebab susunan jadwal yang padat, mungkin bersedih karena hari dengan ketidaksiapan hati menghadapi pemberian Tuhan dalam bentuk ujian hidup. Kadang termangu bersama jam menunggu hal yang membahagiakan hadir. Bisa jadi terpulas bersama menit-menit dengan setumpuk pekerjaan yang dituntut untuk selesai. Kini…. sisa-sisa detiknya ku perindah dengan mencari hikmah untuk apa aku bersama waktu ?. Kita sudah sama-sama tahu bahwa Tuhan mensakralkan sumpah-Nya atas waktu. Rasul saw menyampaikan waktu luang adalah nikmat yang kerap luput dari pengetahuan kebanyakan manusia. Sehingga menghabiskannya pada hal-hal yang tak menghebatkan masa depannya di dunia , tak memuliakan masa akhirnya di akhirat. Pesan-pesan suci ini menghadirkan kekhawatiran dalam diri. Jangan-jangan aku begitu. Mungkin aku belum menemukan untuk menjadi versi terbaik dalam mengolah waktu. mari temukan dalam Firman Petunjuk, Kitab Pembeda, Al-Qur'an. Kata orang shalih semua lengkap disana. Pun ada yang ingin kita tahu lebih dari tuntunan nyaman hidup ini. Maka singgahkanlah mata untuk membaca hadist, persilahkan telinga untuk mendengarkan sabda.Mudah-mudahan kita bukanlah bagian dari kelalaian memanfaatkan waktu.
Karena waktu ini..
Ajari aku makna berserah diri…..

Biarkan aku menggenggam pena….
Agar ku tulis deburan ombak, dentingan nada, desahan angin, hingga hujan yang turun.
Semoga kau mengerti artinya.
Biarkan aku menggunakan kuas dan berikan aku kanvas.
Agar ku lukis megahnya senja, anggunnya bebukitan, kokohnya gunung, pagi yang berembun, sampai angkasa membentang.
Semoga kau melihat maknanya
Lalu, Ajari aku makna berserah diri….
Bisakah aku menghilang dari segala kebisingan. Sebab aku hanya mau menjadi bagian dari solusi. Bukan orang-orang yang suka mencaci maki, memberi protes tak bertanggung jawab, mengajukan sikap yang mengundang amarah. Aku hanya ingin menjadi bagian dari solusi. Solusi yang menerpa negri ini. Solusi yang menerpa banyak divisi di ibu pertiwi. Ah mungkin terlalu membesar-besarkan. Terserahlah ! Beginilah yang terbersit di hati, terlintas dalam fikiran, dan kerap mengganggu imiginasi. Dapat ku perlajari dari sirah Rasulullah saw. Manusia agung yang melaju dengan ribuan langkah di depan untuk melihat masalah. Dengan itu masalah terlihat lebih pasat dan jelas. Sehingga teliti dalam memandang masalah, sampai akhirnya menjadi bagian dari solusi.
Dalam meneladani Nabi saw.
Ajarkan aku makna berserah diri….

Ku rasa perjalanan ini masih sangat jauh. Entah perjalanan ini akan mendekat pada bahagia atau nestapa. Kita sedang sama-sama memaksimalkan ikhtiar. Untuk saat ini, mari kita duduk di atas bumi yang tengah berotasi. Walau duduk sendiri-sendiri di tempat masing-masing. Kita perhatikan daun nan berguguran, yang tidak pernah menggerutu pada angin, bahkan saat dibawa kemanapun yang angin pilih tuk menjatuhkannya. Mungkin daun yakin bahwa angin takkan pernah salah memilih. Tak pernah memilih tempat yang menyakiti daun. Daun akan ditempatkan pada bumi yang tulus menerimanya untuk dijadikan santapan tanah. Santapan kebersamaan mereka.
Bersama dedaunan yang berguguran itu….
Ajari aku makna berserah diri

Lupa rasanya, sudah berapa kali aku menulis jarak di formulasi fisikaku. Yang ku ingat dengan terang adalah belum menemukan cara tuk menggunting jarak dengan sebuah do'a. Jika do,a itu ada. Saat ini pasti itulah yang ku sajaknya pada Tuhan, sambil tersedu-sedu memelas. Agar jarak itu lebih dekat, sehingga aku dapat menatap mata orang-orang yang ku rindui. Terlebih dia yang menjadi perantara kasih sayang Tuhan. Perjalanan panjang selama ini tak membuat jarak semakim dekat. Sungguh tak ada perubahan berarti. Sebab satu meter masih begitu dan belum menjadi senti ataupun mili.
Karena jarak inI.
Ajari aku makna berserah diri…..

Setiap kali kau merasa dilupakan, wajar saja mereka makhluk. Sedang Allah takkan pernah melupakanmu.
Setiap kali kau merasa ditinggalkam, wajar saja mereka manusia. Sedang Allah takkan pernah meninggalkanmu.
Setiap kali lagi ada rasa diabaikan, diacuhkan, tak dipedulikan, tak didengarkan, tak dipandang, dan tak tak yang lain. Sebab kiat sering terkecoh bahwa Allah takkan pernah melakukan semua tak-tak itu. Allah selalu mengawasi hingga tak sempat mengabaikan, Allah selalu menjaga hingga tak sempat mengacuhkan, Allah selalu mendengar hingga suara bisikan hati yang halus, Allah selalu memandang setiap gerak-gerikmu bisa jadi mengarahkanmu ke jalan yang lurus. Begitulah Allah. Tuhan kita bukan ? Juga Tuhan Alam ini, Alam yang kerap kujadikan analogi dan metafora dalam tulisanku. Sebab banyak pelajaran yang kudapat darinya. Dalam mentadabburi alam ini…
Ajari Aku Makna Berserah Diri….

Hujan Air Mata

Kemarin baru embun saja yang turun, lalu terganti oleh rinai, saat ini awan kelam berarak ke atap lara hingga….. menderas lah air itu turun, melaju bersama himbauan gravitasi. Seolah alam ini melukiskan suasana yang ada. Terasa hampir begitu adanya. Kini Ia sudah lembab dengan air mata. Termangu sendiri dalam kecapaian. Menunggu kekuatan hati tumbuh rindang meneduhi teriknya ujian yang datang silih berganti. Memang karena pintanya begitu. Minta diberikan hati yang kokoh, yang kuat, yang tegar untuk meraih apa Yang Tuhan ridhoi. Bisa jadi, apa yang tengah dilewatinya adalah parameter keberhasilan mencapai apa yang dulu pernah ia minta pada Tuhannya.
Kini Ia masih menunggu…menunggu awan gelap itu tersaput kebeningan penglihatan. Hingga ia mampu melihat apa yang ada di atas kegelapan awan, Yakni semburat cahaya matahari yang kekal dan  takkan pernah hilang sampai  Tuhan menitahkannya untuk berhenti bersinar. Ia yakini itu, lalu  kini Ia  sedang mencoba memaknai kesabaran pada perihal menunggu terlihatnya cahaya. Sebab segalanya pasti berbatas. Kita tidak di tuntut untuk menunggu terlalu lama. Tidak mungkin seluruh badan kehidupan ini nestapa, karena disana pasti banyak berkecambah bahagia, nestapa itu hanya sekedar memperindah kebun kehidupan. Jika nestapanya ada kesabaran tentu menjadi kembang nan indah. Jika nestapanya kosong dari kesabaran tentu menjadi bunga busuk yang tak berarti. Pedih-pedih sedap rasanya… Nikmati saja kata sanubari ! Kelak selepas banyaknya kesabaran yang dijalani, ada suatu waktu kita akan terpana hingga lupa dengan pedihnya rasa sakit. Entah kapanlah datangnya. Ia hanya mampu tuk bersabar. Berbasar dalam ujian yang berbatas waktu. Tidak terlalu lama….semoga hatinya tak serapuh kapur, namun sekuat baja. Semoga…mari menangkan !
19: 52 wib @home
15_06_15| ©ningsi_afj

Meditasi Terbaik

Ia sangat ingin menguasai perasaan.
Menyeimbangkan gelombang kesedihan yang keras dan luapan kegembiraan yang tinggi.
Untuk itu, Ia melakukan meditasi terbaik.
Bentuk meditasi yang membuat alam ini membantunya  menemukan keseimbangan.
Meditasi itu adalah yang selama ini dikenal dengan  kekhusyukan hati. Khusyuk dalam mengenali siapa dirinya.
Khusyuk dalam menyadari untuk apa dia hidup.
Khusyuk dalam memaknai siapa Penciptanya.
Khusyuk menyelami hikmah setiap pemberian Tuhan, apakah pemberian yang mengagumkan maupun mencengangkan.
Hal itu sering menjadi solusi atas himpitan kehidupan yang kadang menjelma tak terduga.
Kita tentu tidak pernah tahu perihal takdir.
Kita hanya mesti meyakini segala takdir dari Tuhan tak punya kecacatan. Takdir itu maha sempurna, karena sebelum di tetapkan telah disempurnakan oleh Dzat Yang Maha Sempurna.
Tak sopanlah kiranya jika kita menolak apa yang telah disempurnakan untuk kita atas takdir.
Maka, sebisanya Ia pertahankan kekhusyukan itu, agar kegusaran tak  pernah ikut campur lagi jikalau takdir itu datang, apapun wujudnya.
Biar ketenangan saja yang menyambut takdir itu.
Karena goresan waktu yang lampau Ia terus belajar bermeditasi.
Dengan seutuhnya meditasi.....

19:24 WIB @home
16_06_15 |©ningsi_afj

Ujian

Di dalam hidup ini, apapun yang terjadi.
Jangan lupa bahwa kita selalu dijaga, walaupun kita jarang menjaga diri. Kita terus di awasi, walaupun kita acapkali luput dari pengawasan diri. Memang begini...
Karena hidup adalah sekumpulan ujian.
Maka dalam prosesi ujian  itu kita dijaga dan diawasi.
Tuhan tak pernah bercanda dalam memberikan ujian.
Dipilih sesuai kemampuan penerimanya.
Tidak untuk menyakiti, sama sekali bukan.
Ujian dari Tuhan semacam alat pembunuh kelemahan diri.
Agar kelak kita menjadi lebih kuat dan terselamatkan dari kelemahan diri kita.
Sebab kelemahan itu sering membuat beban hidup ini terasa amat berat. Padahal tidak lagi berat jika kita sudah di uji, dan sebelum itu kita telah dilatih untuk menghadapi ujian.
Sayangnya, kita sering kabur dari melihat bentuk latihan-latihan kecil itu. Apakah terlalu fokus dengan pekerjaan, atau terlena  dengan kesibukan. Terlepas dari semua itu, yang penting Tuhan sudah berikan kita latihan. Jadi saat ujian datang jangan banyak protes. . .!
Ambil dengan santun, jalani dengan kelapangan hati, kerjakan dengan ketulusan.
Bila soal itu terlalu rumit.
Tanyakan kembali pada Tuhan di waktu yang pas untuk kita dapat berkomunikasi baik dengan-Nya.
Bisa dalam shalat, dan lebih baik di saat kericuhan siang sudah ditelan sunyinya malam.
Tanyakanlah dengan penuh ketundukan. 
Memelaslah sejadi-jadinya, kalau mau tak mengapa sambil menghidangkan air mata, sebagai tanda bahwa kita sangat butuh.
Lihatlah, di hari-hari esok kita tidak akan pernah menyesal untuk di uji kembali. Sebab kita sudah menemukan cara untuk menghadapinya.

Semoga....mari menangkan !

20_06_15 @home|©ningsi_afj

Selasa, 09 Juni 2015

Ajari Aku Makna Berserah Diri

Memang hidup ini menarik, jika paham caranya.
Kini ajari aku tentang makna “Berserah Diri”
Apakah harus mengalah kepada angin, membiarkan diri dihempas dan tak perlu memikirkan kemana akan jatuh ?
Apakah harus mengalah kepada arus, hanyut ke tempat-tempat jauh yang tak pernah tahu dimana akhirnya ?
Atau kubiarkan berjalan sendiri.
Ada satu waktu dimana rasanya lelah itu mendaki hingga sampai ke puncak.
Mungkin selepas usaha yang begitu meresahkan.
Mungkin selepas berlari kencang mengejar deadline.
Adakalanya karena goresan luka yang mulai menganga.
Adakalanya karena kecewa.
Semua menjadi sangat lelah, memberingas menuju sel-sel otak.
Lalu …..
Kemarilah, ajari aku makna “Berserah Diri”
Pasrah pada apa yang telah digariskan.
Begitu?
Sudahlah….
Aku cukup percaya.
Kini juga belajar mempercayakan hidup pada sebuah garis yang tidak pernah kita lihat dimana ujungnya.
Pada garis hidup yang telah ada sebelum semua ada.
Pada sebuah cerita dimana manusia adalah pemeran utamanya.
Dimulai dengan sebuah pemahaman, bahwa bentuk takdir yang ditemui, semua diciptakan dengan tujuan baik.
Hanya butuh waktu untuk menafsirkan semua.
Biar kubisikkan keluhan pada bumi di sepanjang tubuh sepertiga malam, agar langsung bumi menyampaikan pesan ini pada Pemangku Langit.
Ajari aku makna “Berserah Diri”..
Roda aktifitas sehari-hari ku melesat dengan kelajuan menerus, percepatan yang bertambah.
Hampir-hampir tangan jiwaku hilang kendali.
Akal ku tergoncang hebat. Apalagi tubuhku sudah terasa penat yang menyelusup sekehendaknya saja.
Ajari aku makna berserah diri.

Sehingga pelangi tak lagi bersembunyi menjelang datang rinai. Agar aku tak perlu mengayuh terlalu penuh pedal sepedaku. Izinkan aku rehat sebentar. Dan datanglah….
Ajari aku makna berserah diri.

Saat ku pandang langit siang, teriknya kepalang tak tanggung. Ada binatang melayang hinggap di penglihatanku yang mengarah ke langit. Aku duga memang aku sudah letih. Aku sudah letih disini, di tempat dimana aku tak kunjung pergi dari gusar. Maka mendekatlah…
Ajari aku makna berserah diri.
Dipersinggahan yang sementara ini, aku ingin berarti.
Aku ingin mengabdi, aku ingin dalam ridho Ilahi
Ajari aku makna berserah diri…..

Pernahkah kau berjalan di tepi ranu.
Atau dari atas saja. Banyak yang suka pada ranu. Karena kejernihan airnya terkadang hadir menjadi cermin pribadi. Sayangnya aku tak pernah kesana, sehingga belum terlihat bagaimana aku ini adanya. Ajaklah aku kesana…
Ajari aku makna berserah diri.

Perjalanan ini masih jauh. Pun aku bingung sampai kapan berakhir atau adakah yang mau menghentikannya. Meminta mampir di gubuk sederhana. Yang isinya kemegahan hati dan kemuliaan akhlak. Jika belum, temani aku melanjutkan perjalanan ini. Hingga takdir langit turun tuk memarkirkan langkahku di tanah pilihan-Nya.
Ajari aku makna berserah diri.

Sedari dulu, kini, dan nanti kita tak pernah tahu di titik mana akan bertemu solusi. Bersabarlah lalu merengeklah akan pertolongan Tuhan. Ia senjata mukmin yang tak pernah tumpul. Pada hakikatnya zaman terus berevolusi pada satu poros yang pasti yakni kiamat. Untuk itu, ikutlah berevolusi bersama tasbih bumi mengelilingi matahari.
Ajari aku makna berserah diri.

Bahan bakarku habis, aku tak mungkin lagi melanjutkan perjalanan. Jiwaku memberontak bahwa kau tak boleh berhenti karena dunia ini bukanlah tempat yang nyaman tuk istirahat. Temukanlah bahan bakarmu diselubung alam semesta. Ia setia bersembunyi disana hingga kau mau menjemputnya. Para sufi menceritakan bahwa ia bisa kau ambil di sepertiga malam, saat kebanyakan manusia senyap dalam tabur mimpinya masing-masing. Mengendap-endaplah bentangkan sajadah. Luruskan hatimu pada Sang Maha Luas Kekuasaannya, Raja dari segala Raja, Pemilik Segala Sesuatu tanpa terkecuali. Lantunkan nada-nada tasbih dalam kekhusyukan. Rendahkan kepalamu tepat diatas bumi. Memintalah. Disana transfer energi terjadi. Sepanjang Mentari menemani hari kau sibuk dengan aktifitas yang beragam. Energi itu akan menjagamu tetap kuat untuk melanjutkan perjalanan. Berjuanglah bersamanya….
Lalu ...
Ajari Aku Makna Berserah Diri.

Adakalanya, aku ingin menjelma menjadi gamma. Bebas memutuskan perjalanan. Menembus apapun yang ingin dilaluinya. Tak terpengaruh oleh medan listrik, medan magnet, bahkan grafitasi. Hebat ! Bisakah kau mengubahku menjadi gamma. Sehingga nanti aku dapat menerobos apapun dinding ujian dari-Nya tanpa dibelokkan oleh niat yang lain selain mendambakan kemuliaan disisi-Nya. Aku tanya sekali lagi, bisakah ? Kalau begitu…
Ajari aku makna berserah diri…..

Adakalanya, aku ingin menjadi hujan. Datang ke bumi setulus keinginan. Hanya demi menemui setiap apa saja yang merindukan hadirnya. Walau banyak manusia yang jengkel dan mencaci maki hujan karena bajunya yang basah atau menghambat acara yang tengah di adakannya saat itu, saat hujan ditakdirkan untuk terjun ke bumi. Hujan akan memeluk siapapun yang bertengger di atas bumi tanpa pilih-pilih. Hujan tak peduli dengan kebencian makhluk. Ia datang ke bumi hanya untuk mematuhi titah Tuhan. Yakni bercengkrama bersama para tetumbuhan. Mengarus bersama sungai, bahkan rela mengendap kedalam bumi. Sampai datang panggilan dari langit, hujan akan naik bersama terik mentari, kembali bersemayam di gemawan atas sana. Apakah aku menjadi hujan saja ? Entah bagaimana caranya. Oleh karena itu….
Ajari aku makna berserah diri.

Roda-rodaku kelihatannya tidak lagi berputar. Padahal aku memutarnya. Walau dengan pelan. Gaya berat di atas kehidupan ini meraibkan gerakku berjalan. Padahal aku tak berhenti memutarnya. Sungguh, setelah aku sedikit tahu bahwa seorang pemenang takkan berhenti hingga ia mencapai harapan. Aku pun tertatih untuk dapat mengerakkan kaki ini agar tak terhenti. Kenapa aku juga tak bergerak. Mungkinkah aku butuh torsi yang lebih besar ? Sebuah gaya yang mampu merotasikan hidupku dengan lesatan yang tak tertandingi. Setidaknya mempercepatku untuk sampai pada harapan. Bisa jadi torsi itu sedekah. Sebab 1-1 tidak lagi 0 namun jadi 11. Betapa bahagianya bila torsi itu adalah sedekah. Ulama meyakini itu betul. Jadi kita tak mungkin lagi mengelaknya. Untuk menjalani ini…..
Ajari aku makna berserah diri.

Sore ini aku lihat mendung mengkanfas langit.Siluet senja menggurat jelas di wajah angkasa. Setidaknya, apabila memandang langit jingga ini aku dapat merasakan hal yang sama dengan insan dibelahan bumi lain yang berhasrat tuk dihibur menjelang datang malam. Langit sekalipun tak pernah malu memandangku. Membuat aku bisa bertahan lama memikirnya keagungan pencipta-Nya. Hanya aku saja yang malu pada Rabbku, sebab amalan ku tumpang, ibadahku kurang, dzikirku jarang, namun karunia-Nya selalu sempurna. Izinkan aku tuk kembali meminta.
Ajari aku makna berserah diri…..

Sempat berfikir tuk melautkan diri. Sempitnya hati ini tak jarang cuma menyisakan tekanan. Berbeda dengan laut yang kelapangannya membuat laut mampu menampung apapun yang masuk tanpa harus berceloteh panjang, tanpa harus mengeluh, tanpa harus merasa tertekan, tanpa harus melaknat Tuhan atas apa yang telah masuk. Damai bukan ? Cukup mendamaikan bagi orang sepertiku, insan yang masih memiliki perjalanan yang belum tau persinggahannya.Kelapangan itu amat cukup membantu. Jika kita mampu melapangkan hati tuk mencintai Allah, maka Allah akan melapangkan hati-hati manusia tuk mencintai kita dengan kecintaan yang lebih. Ah...aku jadi ingat orang tua ku untuk hal ini. Manusia pilihan Tuhan yang belum pernah bisa atau mungkin tak bisa untuk dibalas cintanya sebab cinta mereka adalah cinta Tuhan. Cinta yang Maha Agung dari segala cinta.
Jika memang kau setuju, maka…
Ajari aku makna berserah diri…..

21:03 wib | 09_06_15 @home
©ningsi_afj

Senin, 08 Juni 2015

Yang Dipilih Bukan yang Didamba

Bisakah kau memperjuangkan orang yang didambakan, dengan mengikhlaskannya.
Lalu memperjuangkan orang yang ditakdirkan, dengan menerimanya penuh keikhlasan. Menyambutnya dengan tatapan hati nan mantap.
Sebab Tuhan tak suka bermain dadu, apalagi mempermainkan perasaanmu. Yang dipilih adalah yang dari dulu telah disepadankan dengan upayamu. Bersikaplah layaknya sikap yang anggun seorang putri raja sembari menggandeng pangeranmu menuju istana syurga yang kau impikan.

Minggu, 07 Juni 2015

Hujan

Hari ini hujan….
Kemarin juga hujan…
Betapa Yang Maha Pengasih memahami, hamba-Nya ini berlinang damai di deru jatuhnya hujan.
“Kepada sebilah rindu yang mengudara tanpa nama, biar hujan saja yang mentenggarainya.”
Saat tetes-tetes air dari langit itu berjatuhan, ada segumpal perasaan yang pecah bersamanya.
Semacam perasaan yang selama ini ada namun maya, mungkin bersembunyi di relung rahasia.
Aku suka hujan,
Aku suka nuansa senja ketika ia meramu jingga di etala langit yang bergradasi emas. Mewah…! Tak tertandingi.
Aku suka suasana harmoni saat malam yang memadukan dingin suhu bersama gempitanya kerlipan bintang, namun saat hujan,hanya dingin yang tersisa. langit suram tersaput awan kelam.
Tak mengapa, aku suka. ..!
Karena dentingan hujan diatap rumahku, menjadi irama musik klasik yang eksotik.
Juga suka aroma fajar yang mendamaikan.
Kala ia merajai pagi,
berkejar-kejaran untuk bisa menyentuh tanah nan lembab oleh embun.
Hujan mengingatkanku akan banyak hal,
tentang barisan kenangan yang sempat tercipta beriringan dengan jatuhnya ke bumi.
Tentang kebersamaan tak bersyarat yang muncul secara tiba-tiba.
Tentang mereka yang paling berharga di hati ini.
Mengingat tentang kita yang sempat bertemu karena ikatan takdir-Nya
Tentu tak terbaca sebelumnya bukan ?
Dan, ada lantunan-lantunan do'a yang indah untukku, untukmu, dan untuk kita semua.
Sebab saat hujan turun, menjadi salah satu waktu terbaik untuk diijabahnya do'a-do'a.
Berharap Allah senantiasa menjaga kita dengan cinta dan kelembutan tak hanya membuat kita baik, tapi juga memberikan kita sgala yang terbaik untuk dunia dan akhirat.
‪#‎Perjalanan_untuk_Sebuah_Mimpi

Selasa, 02 Juni 2015

Hati-hati dengan HATI

Hatinya beku dan tak bergetar.
Walau memahami hatinya tuli dan buta.
Diberi akal kemudian hatinya dicabut.
Ia menemukan diri dalam kegelapan yang mematikan.
Dicobanyalah mengubur keraguan dan memendam kebingungan.
Kembalilah ia pada iman yang tak berdaya.
Hari demi hari ia terus digiring pada kematian yang terjadwal di sisi Tuhan.
Ia ingin lisannya di amini oleh emosi dan perasaan.

Sadarkah ?
Kau terlalu jauh dari tekad sedang tujuan mu terlalu tunggu.
Ia mendengar bisikkan yang ntah datang dari mana, tapi begitu nyata dan merasuki seluruh kesadaran.
Bersahabat lah dengan orang yang khusyuk, orang yang gemar berfikir, ikutilah orang-orang yang bertakwa dan shaleh, yang tutut katanya memancarkan hikmah, wajahnya menyemburatkan cahaya, dan mereka itu jumlahnya sedikit. Cari dan temuilah mereka.
Ia terhenyak luar biasa. Dalam dirinya amat mengakui bisikkan itu.

Setelah semua kejadian itu.
Ia sering melayangkan pandangan kedalam hati dan lisan dengan jejak-jejak keagungan yang memikat.
Sebab semua itu memberi kehidupan bagi hati, menerangi kisi-kisi jiwa dengan iman dan keyakinan.
Ia lebih banyak bertafakur tuk mengobati penyakit hati yang melandanya.
Menelaan fenomena kesengsaraan dan kebahagiaan, penderitaan dan ketentraman, mengunjungi orang-orang sakit, menghibur orang miskin, mengenali psikologis kesengsaraan di antara manusia seperti kedurhakaan, kekafiran, kezaliman, permusuhan, egoisme, dan keterpedayaan diri oleh yang fana.
Semua itu memampukan memetik senar hati yang telah lama senyap dalam geram.

Ia meresapi. Tidak ada yang lebih dalam pengaruhnya bagi perasan daripada berbuay baik kepada orang yang terdesak, menolong orang yang membutuhkan, serta berempati pada orang yang berada dalam ujian Allah.

Subhanallah....