Tahun sangat tahu bahwa aku bergelut dengannya. Mencandai bulan yang terus berganti, adakalanya bersitegang dengan minggu sebab susunan jadwal yang padat, mungkin bersedih karena hari dengan ketidaksiapan hati menghadapi pemberian Tuhan dalam bentuk ujian hidup. Kadang termangu bersama jam menunggu hal yang membahagiakan hadir. Bisa jadi terpulas bersama menit-menit dengan setumpuk pekerjaan yang dituntut untuk selesai. Kini…. sisa-sisa detiknya ku perindah dengan mencari hikmah untuk apa aku bersama waktu ?. Kita sudah sama-sama tahu bahwa Tuhan mensakralkan sumpah-Nya atas waktu. Rasul saw menyampaikan waktu luang adalah nikmat yang kerap luput dari pengetahuan kebanyakan manusia. Sehingga menghabiskannya pada hal-hal yang tak menghebatkan masa depannya di dunia , tak memuliakan masa akhirnya di akhirat. Pesan-pesan suci ini menghadirkan kekhawatiran dalam diri. Jangan-jangan aku begitu. Mungkin aku belum menemukan untuk menjadi versi terbaik dalam mengolah waktu. mari temukan dalam Firman Petunjuk, Kitab Pembeda, Al-Qur'an. Kata orang shalih semua lengkap disana. Pun ada yang ingin kita tahu lebih dari tuntunan nyaman hidup ini. Maka singgahkanlah mata untuk membaca hadist, persilahkan telinga untuk mendengarkan sabda.Mudah-mudahan kita bukanlah bagian dari kelalaian memanfaatkan waktu.
Karena waktu ini..
Ajari aku makna berserah diri…..
Biarkan aku menggenggam pena….
Agar ku tulis deburan ombak, dentingan nada, desahan angin, hingga hujan yang turun.
Semoga kau mengerti artinya.
Biarkan aku menggunakan kuas dan berikan aku kanvas.
Agar ku lukis megahnya senja, anggunnya bebukitan, kokohnya gunung, pagi yang berembun, sampai angkasa membentang.
Semoga kau melihat maknanya
Lalu, Ajari aku makna berserah diri….
Bisakah aku menghilang dari segala kebisingan. Sebab aku hanya mau menjadi bagian dari solusi. Bukan orang-orang yang suka mencaci maki, memberi protes tak bertanggung jawab, mengajukan sikap yang mengundang amarah. Aku hanya ingin menjadi bagian dari solusi. Solusi yang menerpa negri ini. Solusi yang menerpa banyak divisi di ibu pertiwi. Ah mungkin terlalu membesar-besarkan. Terserahlah ! Beginilah yang terbersit di hati, terlintas dalam fikiran, dan kerap mengganggu imiginasi. Dapat ku perlajari dari sirah Rasulullah saw. Manusia agung yang melaju dengan ribuan langkah di depan untuk melihat masalah. Dengan itu masalah terlihat lebih pasat dan jelas. Sehingga teliti dalam memandang masalah, sampai akhirnya menjadi bagian dari solusi.
Dalam meneladani Nabi saw.
Ajarkan aku makna berserah diri….
Ku rasa perjalanan ini masih sangat jauh. Entah perjalanan ini akan mendekat pada bahagia atau nestapa. Kita sedang sama-sama memaksimalkan ikhtiar. Untuk saat ini, mari kita duduk di atas bumi yang tengah berotasi. Walau duduk sendiri-sendiri di tempat masing-masing. Kita perhatikan daun nan berguguran, yang tidak pernah menggerutu pada angin, bahkan saat dibawa kemanapun yang angin pilih tuk menjatuhkannya. Mungkin daun yakin bahwa angin takkan pernah salah memilih. Tak pernah memilih tempat yang menyakiti daun. Daun akan ditempatkan pada bumi yang tulus menerimanya untuk dijadikan santapan tanah. Santapan kebersamaan mereka.
Bersama dedaunan yang berguguran itu….
Ajari aku makna berserah diri
Lupa rasanya, sudah berapa kali aku menulis jarak di formulasi fisikaku. Yang ku ingat dengan terang adalah belum menemukan cara tuk menggunting jarak dengan sebuah do'a. Jika do,a itu ada. Saat ini pasti itulah yang ku sajaknya pada Tuhan, sambil tersedu-sedu memelas. Agar jarak itu lebih dekat, sehingga aku dapat menatap mata orang-orang yang ku rindui. Terlebih dia yang menjadi perantara kasih sayang Tuhan. Perjalanan panjang selama ini tak membuat jarak semakim dekat. Sungguh tak ada perubahan berarti. Sebab satu meter masih begitu dan belum menjadi senti ataupun mili.
Karena jarak inI.
Ajari aku makna berserah diri…..
Setiap kali kau merasa dilupakan, wajar saja mereka makhluk. Sedang Allah takkan pernah melupakanmu.
Setiap kali kau merasa ditinggalkam, wajar saja mereka manusia. Sedang Allah takkan pernah meninggalkanmu.
Setiap kali lagi ada rasa diabaikan, diacuhkan, tak dipedulikan, tak didengarkan, tak dipandang, dan tak tak yang lain. Sebab kiat sering terkecoh bahwa Allah takkan pernah melakukan semua tak-tak itu. Allah selalu mengawasi hingga tak sempat mengabaikan, Allah selalu menjaga hingga tak sempat mengacuhkan, Allah selalu mendengar hingga suara bisikan hati yang halus, Allah selalu memandang setiap gerak-gerikmu bisa jadi mengarahkanmu ke jalan yang lurus. Begitulah Allah. Tuhan kita bukan ? Juga Tuhan Alam ini, Alam yang kerap kujadikan analogi dan metafora dalam tulisanku. Sebab banyak pelajaran yang kudapat darinya. Dalam mentadabburi alam ini…
Ajari Aku Makna Berserah Diri….
Tidak ada komentar:
Posting Komentar