Kita sedang
menuju perjalanan ‘pulang’. Sudah
sebentuk apa bangunan rumah di tempat abadi kita ?. Sebab kita semua sudah
sama-sama tahu hidup di dunia jauh lebih singkat ketimbang hidup kita setelah
kematian. Mungkin hari ini kita masih
bisa menikmati swatamita mengkanfas sepanjang hari lalu esoknya kita telah
menjadi senandika. Segala eunoia dunia ini akan habis pada batas waktu yang
pasti. Hidup kita bisa berakhir kapan pun. Izrail datangnya tidak pakai
undangan, suka-suka keputusan Tuhan.
Keyakinan akan
adanya hari pembalasan menjadikan setiap dari kita lebih mawas diri, semakin
memantapkan keyakinan yang pada akhirnya menumbuhkan semangat pengabdian. Selalu lah ingat bahwa detak
jantung kita adalah detak menuju garis finish kehidupan. Helaan nafas kita
adalah berkurangnya usia. Jika berkurangnya usia tidak diimbangi dengan
pertambahan ilmu, kebaikan, pemahaman, dan kekhusyukan dalam ibadah mungkin
bisa-bisa kita tegolong bagian yang merugi.
Jadi tak ada salahnya kita banyak-banyak mengingat penghacur kenikmatan
ini; kematian. Agar kita tidak terlenakan oleh kehidupan yang hanya menjadi
jembatan untuk ‘pulang’.
Karena kita dari
tanah, sudah selayaknya rebah kembali ke tanah. Adakalanya perasaan dekat
dengan ajal mengantarkan jiwa kita pada kondisi damai. Kita tak lagi berpanjang
angan akan ini dan itu, focus untuk memaksimalkan hari ini. Betapa bodohnya
kita saat telah mengetahui kematian dapat menghampiri kapan pun, namun kita
masih dengan tenang mengerjakan hal yang sia-sia bahkan dosa, Na’udzubillah…
Terbayang,
alangkah nikmat jadi orang yang fokus hidupnya adalah akhirat. Seluruh waktunya
terisi ibadah. Diamnya jadi zikir, tenangnya jadi piker, ucapannya jadi
nasihat, langkahnya jadi jihad, tingkah lakunya jah dari maksiat. Jiwanya
tentram, tak punya ambisi keduniaan. Hatinya tenang dalam kesederhanaan. Selalu
syukur atas segala pemberian Tuhan. Tak tinggi hati kala dipuji, tak rendah
diri kla dimaki. Tak ada yang lebih mengkhawatirkannya kecuali Tuhan tak lagi
mencintainya. (*Meleleh…) Mungkin orang-orang yang seperti ini, berjilid-jilid
pikiran dan perasaannya hanyalah tentang kematian. Sehingga tak mau melakukan
hal yang tidak membaikkan kampung ke’pulang’an-nya.
Sebelum ‘pulang’,
mari kita pelajari dunia tempat perjalanan kita sebelum kembali. Dunia ini
adalah kesenangan yang menipu (Q.S.Ali-Imran:14). Dunia ini adalah kecil, segala apa yang ada di
dunia adalah kecil, kebahagian kecil, kesengsaraan kecil, kenikmatan kecil,
lalntas kita pun juga kecil (Q.S. an-Nisa’:77). Dunia hanyalah tempat sandiwara kehidupan dipentaskan
(Q.S.al-An’am:32). Dan dunia adalah penjara
bagi orang-orang yang merindukan wajah Allah. Beginilah dunia kita. Semoga
kita mampu menempuhnya dengan sebaik-baiknya perjalanan.
Ketika kita
masih takut dengan kematian, bisa jadi dosa-dosa kita yang menjadi nanah
penyebabnya. Karena orang yang telah mengisi hidupnya dengan ketaatan, ia
sangat mendambakan untuk cepat-cepat ‘pulang’. Mereka adalah yang sangat
merindukan hari dimana ia menerima kebaikan yang telah dituntaskan selama
hidup. Orang yang selama hidupnya sudah berusaha mengabdikan seluruh waktu,
tenaga, harta untuk penghambaan pada Allah, begitu syahdu kerinduannya akan
perjumpaan dengan Penciptanya. Itulah waktu ia pulang ke tempat keabadian.