Selasa, 25 April 2017

Wanita adalah Anugrah

Terlahir sebagai wanita adalah anugrah. Kenyataan yang patut sangat untuk disyukuri. Bila para wanita menyadari keagungannya sebagai makhluk ciptaan Tuhan Semesta Alam. Kemuliaan derajat wanita bertakwa terimplementasi pada diri Bunda Maryam, yakni penghulu wanita syurga. MasyaAllah, bahagianya mendapat gelar sebegini. Martabat yang tak sebatas tenar dipenilaian manusia tapi agung dalam penilaian penduduk langit. Ya Rabb....mampukan hamba memiliki predikat serupa atau yang mendekatinya. Seumpamanya, banyak para wanita yang merindukan jodohnya itu mengerti bahwa perihal tegarnya menjaga keimanan dan kekuatan dalam berjuang fisabilillah  tak melulu jika telah menikah. Bunda Maryam lah sosok teladannya. Bahwa ia akan tetap berjuang dalam sendirinya untuk memperteguh imannya, memperbaiki kualitas dirinya di hadapan Rabbnya, dan menepis gusar akan perkara yang segalanya itu telah dijamin oleh Rabbnya atas ketaatannya. Aduhai indahnya....

Terlahir sebagai wanita adalah anugrah. Nikmat Tuhan yang tak ada sangkalan baginya. Kebaktian dan kepatuhan  seorang anak pada orang tuanya terimplentasi pada diri Fatimah, Simatawayang Kekasih Allah. Anak yang tak punya bantah  sepatah kata dalam kebaikan yang diridhoi Rabbnya. Sederhana dan bersahaja hidupnya tapi namanya diabadikan sebagai penghulu wanita syurga. Wanita shalihah yang Menjadi penyejuk hati bagi orang tuanya. Semoga dengan menjadi shohibul Qur'an semasa single Lillah dapat mendekati strata Putri Rasulullah saw.

Terlahir sebagai wanita adalah anugrah. Nikmat Tuhan yang tak ada sangkalan baginya. Keluhuran hati seorang wanita sebagai istri dan ibu bagi anak-anaknya terimplentasi pada diri Bunda Khadijah, yakni penghulu wanita syurga. Rindu bisa menjadi seperti ini. Menjadi pilar sebagai wanita sholihah, setelah mengubah statusnya menjadi yang lengkap agamanya maka perannya  adalah menjadi penyejuk hati sang imam yang akan membawanya ke taman syurga dan menjadi bunda peradaban yang melahirkan generasi-generasi yang rela mengorbankan diri tuk mencapai ridho dan cinta Rabbnya lagi Rabbnya amat mencintai mereka.

Terlahir sebagai wanita adalah anugrah. Nikmat Tuhan yang tak ada sangkalan baginya. Kekuatan prinsip dan idealisme tauhid wanita tersohor dizamannya  terimplentasi pada diri Aisiyah. Wanita cantik rupawan, Istri orang paling bermartabat, lagi kaya raya. Pandangannya yang tajam akan pertemuan dengan Rabbnya mengalahkan segenap tipu daya dunia yang membelenggu dirinya. Dicampakkan dunia yang hina dina itu dengan siksaan perih demi bangunan rumah di syurga yang dekat dengan Rabbnya. MasyaAllah....jadilah Ia penghulu wanita syurga. Gelar terbaik di sisi Rabbnya dan balasan terbaik atas keimanannya. Mengajarkan kepada seantaro wanita di alam bumi bahwa kecantikan bukanlah jaminan baginya meraih syurga, kecuali ia mampu melindunginya agar tak terjadi  fitnah. Mengajarkan kepada seantaro wanita yang menyilaukan harta bahwa keimanan lebih patut dipertahankan ketimbang rongsokan dunia yang akan ditinggal saat maut menjelang. Mengajarkan kepada seantaro wanita di era digitalisasi ini bahwa populeritas menjadi tak ada makna jika hanya untuk meraih pujian makhluk dan menggadaikan akhlak.  

Betapa Allah muliakan wanita dengan memetaforakan telapak kakinya dengan syurga, sungguh Islam angkat derajat wanita sebagai sebaik-baik perhiasan dunia. Bilamana wanita itu menyadari anugrahnya  sebagai wanita lalu ia gunakan sholihah sebagai akhlaknya, takwa pakaian kesehariannya, lalu keimanan adalah bahan bakar utamanya dalam menjalani hari-hari.

Semoga Allah Ridho

Tak henti kehidupan ini memberi pelajaran bagi kita. Bahwa tidaklah kebahagiaan ada selain keimanan pada Allah telah benar. Betapa pergulatan terhadap kepentingan duniawi itu tak pernah habis rayuannya, hingga lupa akan  balasan terbaik yang ada di sisi Allah. Lelah benar sesungguhnya , mengayuh pedal berpacu dalam zaman yang penuh dengan euforia begini. Sulit mengeja maksud hati untuk apa kita mesti berbuat dan atas dasar apa  segala sesuatu hal itu mesti dilakukan. Ya Rabb...bimbing hati ini menuju Mu selalu !

Betapa rindu memiliki jiwa layaknya para sahabat, mereka yang rihlah dengan shalatnya dan ibadahnya pada Allah, sebab mahabatullah yang telah kentara membaluri diri mereka. Ya Rabb...bantu hamba bisa merasakan sedu sedan dalam menikmati kekhusyukan shalat bersama Mu !

Kehidupan nan singkat, dalam singkatnya waktu yang tersisa belum ada kontribusi bagi agama dan bangsa. Malu rasanya, sebab bakti pada orang tua, keluarga, dan masyarakat pun masih sekuku pun tidak. Ya Rabb...bantu hamba tuk Engkau pilih sebagai bagian dari jundi Mu  yang luas ilmunya, faqih agamanya,  tegar jiwanya, kokoh imannya, dan luas manfaatnya demi menyongsong peradaban yang didalamnya penuh akan  hamba-hamba yang teramat mencintai Mu lagi Engkau pun mencintainya.

Pedih benar rasanya jika Tuhan tak sudi membuat hati ini selalu mengingat-Nya. Kala kesibukan duniawi dengan kejam meracuni hati yang ingin dengan Rabbnya. Astaghfirullah, jangan lalaikan hamba dengan perkara dunia ini yang semestinya menjadi pelayan hamba menuju Mu ya Rabb. Apa pun itu, tawar semua racun itu Ya Rabb, hamba ingin kembali pada Mu, dengan hati yang tidak ada keindahan termegah selain Engkau.

Semoga fajar esok masih sudi hadir, mendampinginya hingga akan terbenam kembali bersama semangat tholibul ilmy, meraih kemanfaatan ilmu, menjemput takdir terbaik di dunia dan di akhirat. Allahu Akbar !!!

Semangat Belajar Hingga Renta

Ini kisah nyata, yakni cerita teman sekelas saya di SPs Pendidikan Fisika UPI yang sangat antusias dalam belajar. Usia beliau sudah setengah abad, tapi tidak pernah melunglaikan semangat belajarnya. Saya senanh banget sama beliau, melihat saat diskusi matkul  statistik begitu antusias menghitung ini dan itu, bahkan secara manual disaat anak-anak muda lain pake excel. MasyaAllah...

Makasih Bapak untuk inspirasinya hari ini !!!

Minggu, 23 April 2017

Pembelajaran Menyenangkan

Sejauh ini tampak gejala yang memprihatinkan pada diri peserta didik. Sebab pergi ke sekolah adalah hal yang bagi mereka amat menjemukan. Bisa jadi dulunya kita juga begitu semasa menempuh pendidikan dari jenjang dasar hingga perguruan tinggi. Fase-fase belajar seolah keadaan yang menegangkan urat-urat saraf. Sebab di dalamnya ada tuntutan untuk mengejar nilai terbaik dalam bentuk nominal. Sehingga yang terekam dalam setiap memori peserta didik, sekolah adalah tentang meraih prestasi dalam bentuk angka. Maka mereka pun berjuang demi angka itu dengan makna belajar yang belum ditemukan.

Padahal setiap peserta didik memiliki potensi untuk suka belajar, tertarik terhadap ilmu pengetahuan, dan bergairah untuk memperolehnya. Sayangnya, cara-cara belajar yang membosankan dan strategi pembelajaran yang masih konvensional belum berhasil menghadirkan motivasi peserta didik dalam belajar. Membelajarkan peserta didik tidak hanya sebatas tranfer ilmu melainkan menjalin harmonisasi emosional dengan peserta didik. Sehingga pendidik dapat melakukan prediksi untuk pendekatan terbaik bagi setiap setiap peserta didiknya untuk menciptakan suasana belajar yang menyenangkan.

Hibernasi

Bismillah...
Ya Rabb ridhoi hamba,

Hibernasi jiwa dari hiruk pikuk  membantu diri menguatkan pijakan menuju tujuan hidup.
Hibernasi hati dari riuhnya zaman membantu diri membersihkan niat.
Hibernasi akal dari kekacauan nalar membantu diri menemukan makna kehidupan sebenarnya.

Dari-Nya, karena Dia, dan untuk-Nya, demi ridho-Nya  serta syurga-Nya yang dijanjikan.

Dari hibernasi itu, kembali tertata rencana yang terarah.
Dari hibernasi itu, mulai menyoal semangat mencapai visi akbar.
Dari hibernasi itu, langkah-langkah menuntas impian dibakar harapan  nan menggelora.

Setelah hibernasi itu. Kembalilah menyegar dalam kebaikan, semoga dimudahkan untuk menjadi anak yang berbakti, lalu  impian pun  kian mendekat dalam keridhoan Allah,   karya-karya kian berkah, manfaat diri kian merebak indah, kontribusi bagi bangsa dan agama penyulut ghirah termegah.
Sebab kita tidak dapat mengukur rentang usia, hal ini menguat tekad untuk kembali menoreh tinta.
Di akhir menutup mata, yang terbaca hanyalah karya.
Di penghujung akhir hidup di dunia, masih penuh harap memiliki amal jariyah.
Saat setiap orang berkata 'innalillah...telah berpulang ke rahmatullah'. Mudah-mudahan nama pun diabadikan sejarah.
Allahumma amin ya Allah...

Hiii World, I'm Back !!!

Shohibul Qur'an

Malam di daerah ini  berbeda dengan malam didaerah asal perempuan itu. Dinginnya suhu bisa-bisa menusuk hingga ke tulang sumsum. Tepat usai maghrib, perempuan itu baru menyelesaikan tugas akademiknya dari kampus. Menempuh program magister itu agaknya berbeda ritme dengan menyelesaikan program sarjana. Hari itu sangat melelahkan baginya, tumpukan jurnal internasional yang harus diterjemahkan dan dipahami untuk tesisnya, ditambah tugas-tugas kuliah yang mesti diselesaikan dengan kemampuan berfikir kritis, kreatif, dan inovatif. Apalagi minggu-minggu itu adalah titik koordinatnya berada di posisi musim UTS. Membuat urat-urat sarafnya menegang, mudah-mudahan aman-aman saja.

Syukurnya, kepenatan perempuan itu sekejap meringan ketika menyimak lantunan tilawah yang bersumber dari kamar kos berdekatan dengan kamarnya. Setiap malam selalu ada jiwa wanita itu ada , dan tilawah itu diputar secara live dari rongga mulut  bukan dari hp atau laptop. Damai dan hanyut dalam ketentraman jiwa menyimaknya.  Perempuan itu Qadarullah  memiliki teman satu kos seorang ummahat (ibu-ibu muda dengan 1 orang anak yang berusia 4 tahun). Sering dipanggil Ummu Aisyah.

Pernah suatu ketika, perempuan itu berdialog banyak  dengan Ummu itu. Bercerita * panjang kali lebar = luas* tentang pengalaman hidupnya Ummu. Perempuan itu takjub akan Ummu, yang istiqamah bisa tilawah hingga sangat larut malam. Oh ya, Ummu adalah ibu-ibu muda hebat dan tangguh  tengah menyelesaikan program doktoralnya. Karena rumah Ummu sekitar 7 jam dari kawasan kampus ke  rumahnya (ada suami, anak, dan keluarga). Lantas  beliau riweuh (repot) jika harus pulang pergi, maka ummu memilih ngekos selama 3 hari di kawasan dekat kampus.  Ngekos bersama perempuan itu.

Dialog pada suatu malam...

Perempuan itu: Ummu kenapa bisa betah tilawah dari usai maghrib hingga jam 00.00 ?

Ummu: *tersenyum simpul*  (menyejukkan pisan  memandangnya), sebenarnya  Ini mah hikmah setelah menikah, sebelumnya (saat masih akhwat) belum sanggup juga. *sambil tertawa sederhana* (tapi perempuan itu memasang wajah kepo maxi).  Begini, Bila  dirumah adakala  saya menunggu suami pulang lembur dari kerjanya.   Saya mah selalu ingin  bisa menyambutnya dengan wajah yang menyejukkan saat ia pulang ke rumah.  Maka, saya pun tidak  tidur (bisi/takut wajahnya jadi acak-acakan) dan menunggunya pulang sambil tilawah. Dengan penuh harap dan berdo'a pada Allah, dengan tilawah ini  Allah memberikan  keberkahan bagi rizki suami yang tengah diikhtiarkannya dengan lembur itu. Karena bekerja di kawasan yang sangat riskan akan goncanhan.  Maka saya memaksa diri untuk lembur mendo'akannya, dengan tilawah. Awalnya berat  tapi saat sugesti lebih mendominasi maka insyaAllah menjadi ringan. Alhamdulillah....

Perempuan itu: MasyaAllah teh !!!*sambil ngelap ingus, terharu* (masih ada se akhir zaman ini Ibu-ibu hebat yang dapat diteladani, gumamnya dalam hati).

Ummu: Neng (dik) , masa sih...katanya pengen  dan rindu pisan (banget) ketemu Rabbnya tapi gak betah lama-lamaan sama media (al-Qur'an) yang mampu menguatkan kesabaran atas rindu itu. Bila hati itu benar-benar serius ingin bertemu dengan Rabbnya dalam keridhoan-Nya, otomatis waktu-waktu bersama al-Qur'an (menghafal, muraja'ah, tilawah, tadabbur) akan menjadi momen candu berkepanjangan. Saat hati telah terbenam dalam kekhusyukkan bersama surat cinta-Nya kita bisa menangis sendu saat membaca ayat-ayat ancaman-Nya, lalu bisa senyum-senyum sendiri saat baca ayat-ayat kabar gembira. Aiihh, nikmat lah pokoke. *Ummu pun menggenggam tangan perempuan itu*

Perempuan itu: Teeeh....aku mau bisa seperti teteh. Gimana caranya ?

Ummu: Yah atuh neng, tinggal dilakuin aja. Yakini pertemuan dengan Rabb yang neng rindukan itu, lalu bayangkan al-Qur'an yang setia dibersamai itu kelak akan menjadi hujjah untuk neng dimuliakan Allah di yaumul akhir.

Perempuan itu: Ai (kalo) suami teteh kerja nya apa, kok riskan, horor aku mah dengernya ? *nyengir*

Ummu: Apa yaaah, hahaha. *akhirnya ummu ketawa* sebagai pembela kaum yang terdzalimi, Neng. Dalam ikhtiar menegakkan keadilan di muka bumi.

Perempuan itu:  Widiih, berat mah teh, tapi Teteh ih, aku mah gak ngerti. Asa (seperti) masih blur di pengetahuan aku profesi yang ke gituan. Gak bole tahu ya teh? Ya udah gak papa. *nyengir lagi*

Ummu: Suami teteh eta (itu)  teh seorang pengacara.

Perempuan itu: *agak menganalisis*

Ummu: Aya naon (ada apa) neng? Kebayang advokat yang suka  menghalalkan segala cara, menyuap hakim, menyuap jaksa, demi kemenangan klien? atau advokat yang doyan berdebat di Indonesia Lawyers Club? atau advokat yang selalu mencari sensasi di dunia maya sebab  aduan dari klien yang mulai sepi ?. *Ummu senyum lagi*

Perempuan itu: punten (maaf)  teh, yang banyak kelihatan begitu. Maklum aku mah rada kudet dengan dunia persilatan keadilan dunia *rada lebay*

Ummu: *ketawa yang ini lebih gurih*. Hayu atuh neng, pola pandangnya  diperluas. Masih ada advokat yang sholih kok di muka bumi ini. InsyaAllah, teteh mah yakinnya sama Gusti Allah weh (aja). Semoga Allah jadikan suami teteh advokat  yang berperan sebagai  pembela kaum miskin dan marginal yang haknya telah terlanggar oleh para penegak hukum yang ceroboh. Coba atuh Neng, Siapapun kita  gak seneng kalau  haknya terampas hanya karena difitnah  telah melakukan tindak kejahatan dengan bukti palsu, di buat-buat.   Apa Neng suka, ada keluarga atau kerabatnya  divonis  bersalah  sebelum  ada putusan hakim yang berkekuatan hukum tetap ? Kan, setiap orang sama di hadapan hukum serta berhak mendapatkan bantuan hukum di negri ini, Neng.  Hadueuh, kenapa dari pembahasan Qur'an sampe ke dunia hukum ie (ini). *Ummu mulai bergeliat unik*

Perempuan itu: Iya teh. Aku mah masih butuh banyak belajar teh. Kan keseringan sama dunia sains teh. Teteh, hatur nuhun pisan (makasih banyak)  ilmunya malem ini. Do'akan aku ya teh, bisa kek teteh. Istiqamah jadi shohibul Qur'an. Mau nugas lagi. Punten, mengganggu ya teh. Soalnya penasaran aku mah sama teteh. *nyengir gak jelas*.

Ummu:  Hayu atuh, suka main-main ke kamar. Cerita yang gak penting  gak perlu direnungi pisan nyak (ya). Aamiin, insyaAllah. Sukses dan berkah ya Neng nugasnya.

Lalu Ummu pun masih  melanjutkan tilawahnya dan perempuan itu kembali berkutat dengan layar LCD.Karena malam mulai larut dan perempuan itu mesti menyelesaikan tugas untuk besok. Maka ceritanya berakhir sampai disini.

^_^

Shalat

Wanita itu menyapaku dengan salam sepulang dari mesjid deket kosan kami. Dia selalu begitu, setahuku shalat 5 waktunya ditunaikan di mesjid dan tepat waktu. Baik selama di kos, kampus, atau perjalanan. Pernah suatu waktu aku bertanya padanya,

Aku : ukh, kenapa kok shalatnya gak di kosan aja. Kan di kosan kita juga bisa berjama'ah. Wanita itu kan  sunnahnya di rumah. Agar tidak ada fitnah. Bener gak sih, aku pengen tahu nih.

Dia: Khoir...aku setuju. Tapi karena aku sayang ukhti krna Allah, maka aku ingin kita bersama dapat pahala melangkah kan kaki menuju mesjid. Bukan di kosan.

Aku: *masih belum tercerahkan*

Dia: Ukh, sudah nonton video ust.Adi Hidayat gak? Tentang penjelasan wanita yang terpaut hatinya di mesjid itu tidak ada masalah, terkhusus  bagi wanita/akhwat yang belum memiliki tuntutan lebih di rumah alias singgle Lillah , belum bersuami dan belum punya anak-anak yang mesti urusin.

Lalu tentang fitnah?, pakai masker aja ukh kalau belum mampu menggunakan cadar. Kini selain semerbak muslimah bercadar, juga lagi berkecambah muslimah bermasker. *dengan seulas senyum* Nanti sesampai di mesjid dibuka ukh. Kan hijab di mesjid deket kosan kita terjaga apik. Ya toh?

Aku: *angguk-angguk*. Motivasi kuat kamu apa sih, kok ditekadkan banget shalat di mesjid tepat waktu.

Dia: Ukh, salah satu amalan yang Allah cintai adalah shalat tepat waktu. Jika Allah yang mencintai kita, maka tidak lah lagi kita butuh cinta selain cinta dari-Nya.

Aku mah hanya  hamba dhoif nan tertambat dosa, maka aku  ingin satu langkah menuju mesjid mampu menghapuskannya dan aku ingin Allah muliakan maka semoga satu langkah menuju mesjid akan mengangkat derajatku di sisi Allah. Aamiin

Berjamaah, jangan tanya lagi yang ini....Nanti kalau masuk mesjid ada hal yang aku  dambakan. Yakni mendapat rahmat, dan jaminan do'a nan mustajab . Sebab ketika seorang hamba menuju mesjid untuk shalat berjama'ah lagi sebelumnya ia berwudhu. Saat memasuki rumah Allah dengan kaki kanannya lalu memanjatkan doa masuk mesjid, seketika itu pula  para Malaikat akan meminta pada Allah..."Ya Rabb istajab do'anya, istajab do'anya" Lalu sepanjang waktu di dalam mesjid para malaikat pun memohonkan ampunan atas hamba tersebut kepada Rabbnya. Aduhai, nikmatnya bisa begini lima waktu kan ya?

Ini bukan cerita kosong ukh, saya gak bisa melafalkan hadistnya dengan terang dan detail sebagaimana aslinya beserta periwayatnya. Tapi intinya begitu dan hadistnya shahih, insyaAllah. Atau boleh ukhti cari lagi referensinya. Bisa jadi saya belum sempurna pemahamannya.

Aku: Widiih keren, keren ....Mmhhh.

Dia: masih mikir yak? Ukh, tahu gak? Gak tahu kan ?, haha...gini nih, Semangat ibadah wanita sholihah semasa singgle Lillah akan berdampak pada jiwa anak yang dilahirkannya kelak. Mudah-mudahan kelak Allah percayakan bagi kita  untuk memberikan bagi peradaban ini  generasi yang hatinya terpaut ke mesjid. Generasi yang mencintai Allah dan Allah pun mencintai mereka...

Aku: Allahu Akbar !!! Berat ih, *ngakak* khoir...khoir ...mulai besok kalau mau ke mesjid, jangan lupa ketuk pintu kamar ku yak...

Dia: insyaAllah...

*penggalan cerita perjalanan sahabat syurga yang tengah meniti karir menuju Ratu Sejagad  Bidadari Syurga*

^_^