Jumat, 22 Juli 2016

Kamu yang Terpilih

Sesakit apapun hati kita terluka pada akhirnya akan Allah ganti dengan bahagia, karena tidak ada luka yang abadi. Mengejar manusia kita akan lelah, mengejar Allah kita takkan rebah. Untuk bahagia dunia-akhirat kita perlu beriman, dan untuk jadi beriman kita perlu diuji, kesimpulannya hidup adalah ujian, begitu bukan?

“Tidak sekalipun nafas yang engkau hembuskan, kecuali di dalamnya ada ketentuan Allah yang berlaku atas dirimu”.

Ini bukan tentang apa yang kita inginkan. Ini tentang apa yang harus kita jalani, sebagai bagian dari ketetapan-Nya. Pilihan kita hanyalah ridho dengan takdir-Nya. Karena sejatinya, seburuk apapun yang terjadi, sepedih apapun yang kita rasakan, ketetapan ALLAH tetap hal terbaik bagi setiap hamba-hamba-Nya. Karenanya akan senantiasa ada hikmah dari segala hal yang menimpa kita.
Tidak ada yang harus disesali dari sebuah pilihan. Segala sesuatu adalah keputusan Allah. Dan digerakkan hati kita atas pilihan sebelumnya juga merupakan keputusan Allah. Tidaklah terjadi sesuatu kecuali atas kehendak-Nya.

Sesungguhnya, keseluruhan hidup kita adalah karunia. Jikapun ada takdir buruk berupa musibah yang menerpa kita, mungkin saja, sesungguhnya Allah menghindarkan kita dari musibah yang lebih besar. Bisa jadi, ini adalah tangga untuk naik kepada derajat yang lebih tinggi di sisi-Nya. Bisa jadi, dengan musibah ini Allah menghapus dosa-dosa kita.

Inilah juga tanda dari rasa sayang-Nya, karena setiap musibah yang menimpa setiap hamba sesungguhnya adalah sapaan kasih dari-Nya, agar kita mendekat kepada-Nya.

Mungkin ada saat ketika kita bertanya kepada-Nya, “Why it happens to me?”
Mungkin ada saat ketika kita meratap, ”God, it’s completely hard!”
Kamu adalah yang terpilih, istimewa. Bukankah Rasulullah Saw bersabda, “Barangsiapa dikehendaki Allah kebaikan baginya maka ia diuji (dengan musibah yang menimpa).” (HR. Al Bukhari)

Rabbii innii lima anzalta ilayya min khairin faqiir. Duhai pencipta, Pemelihara, Pemberi rizqi, Pengatur urusan, dan Penguasaku, sesungguhnya aku terhadap apa yang Kau turunkan di antara kebaikan amat memerlukan.

©Nova Eka Putri

Tak Perlu Dipaksakan



Bahwa ada hal-hal yang sampai kapan pun tak bisa dipaksakan tak peduli seberapa besar kamu mengusahakan. Ada hal-hal yang sampai kapan pun tak bisa dipaksakan tak peduli seberapa besar kamu menaruh harapan.

Dan bahwa ada hal-hal yang sampai kapan pun tak bisa kita lakukan sendiri. Ada hal-hal yang tak bisa kita lakukan meski dengan bantuan siapapun yang kita kenal; teman, sahabat, maupun orangtua. Orang lain mungkin bisa dengan mudah melakukannya, tapi kita tetap tak bisa meski tahu bagaimana caranya.

Lalu cara terbaik dan termudah untuk melakukannya adalah dengan kembali kepada-Nya, menyerahkan semuanya kepada-Nya, berserah diri kepada-Nya. Karena hanya Dia yang bisa membantu kita. Hanya Dia yang bisa membolakbalikkan rasa. Hanya Dia yang bisa membolakbalikkan hati manusia. 

Ya, ini tentang sesuatu yang bisa muncul di hati siapapun dengan tiba-tiba. Ini tentang rasa yang hati siapapun tak mampu menolak kehadirannya. Kamu yang sedang berusaha memasukkan bola basket ke dalam ring adalah kamu yang diam-diam sedang berusaha menjatuhkan hati kepada seseorang, namun ianya tak bersikap sesuai harapan. Atau itu adalah kamu yang sedang berusaha memupuk rasa yang tumbuh perlahan, tapi ada sisi lain dalam dirimu yang bertentangan. Barangkali sisi lain itu enggan untuk menjatuhkan hati karena ia merasa tak seharusnya semua berjalan seperti ini. Itulah kenapa bola basket itu tak pernah berhasil masuk.

Maka satu-satunya cara agar kamu bisa ‘berlindung’ dan ‘menjaga’ untuk mendapatkan rasa nyaman, aman, dan tentram adalah dengan kembali kepada-Nya dan menyerahkan perihal jodohmu seutuhnya pada takdir yang sudah dituliskan oleh-Nya.

Inspirasi dari: http://catatan-sederhana.tumblr.com/

Dalam Peluk-Nya



Aku memilih memasang tembok-tembok tinggi,  bak tembok cina diantara kita. Mengizinkan jarak memainkan perannya. Jika kita ingin merobohkannya tentu bisa-bisa saja. Bukankah kita menyimpan bom uranium di masing-masing diri kita ? Yang kapan pun ingin kita ledakkan tembok itu dapat hancur terbuyar. Tapi janganlah ya.

Kita memilih berada disebrang tembok, terpisah dalam jarak yang aman. Hal ini tercipta dari umur pemahaman kita yang kian mendewasa. Tidak lagi suka bermain di lorong andai. Tidak lagi masanya untuk bermain-main perkara sakral ini. Kita seolah bekerja dalam diam. Karena yang benar cinta, tiada akan tega melihat kita semakin jatuh dan tenggelam pada kebimbangan, ketidakjelasan, serta kekalutan yang tidak berkesudahan. Sungguh yang benar cinta, tiada mungkin tinggal diam pada setiap keresahan yang menyandung komitmen yang tengah sama-sama diperjuangkan. Kita bekerja dalam diam. Sebab suara tidak akan memberikan upaya berarti, kan ?

Kini biarlah, biar kita berada dalam peluk-Nya dulu, sampai tiba waktunya kehendak-Nya berjalan, tembok itu menghilang lalu kita akan jalan beriringan. Kita hanya perlu menjadi seseorang yang benar untuk seseorang yang tepat. Ketika kita sedang memperbaiki hubungan dengan Allah, memperbaiki agama, memperbaiki shalat, saat itulah kita sedang merubah hidup kita menjadi lebih baik. Marilah kita hiasi diri untuk selalu berada dalam pelukan-Nya.


Mencintai dengan Sederhana



(Untuk seseorang yang kelak akan ku tumbuhkan cinta padanya...!)

Ada masanya, kita akan jatuh cinta dengan cara yang sederhana. Tanpa perasaan manja seperti anak-anak atau rasa ingin pamer kasih sayang yang berlebihan. Esok kita akan temui seseorang yang membuat diri kita jatuh hati tanpa alasan.  Kita akan jatuh cinta  seadanya, namun menyempurnakan segalanya. Cinta sederhana itu akan membuat kita berani dan bertanggung jawab.

Ada masanya, kita akan jatuh cinta dengan cara yang sederhana. Bukan dengan pujian dan suara yang mendayu dayu namun dengan rasa saling percaya. Walau dulu kita serba sebatas. Ada ingin yang sebatas ingin, menyeruak melebarkan jarak. Ada rindu yang sebatas rindu, ingin bertemu tapi malu. Ada cemburu yang sebatas cemburu, ingin mengadu tapi buntu. Ada cinta yang sebatas cinta, ingin menyapa tapi tak kuasa. Mungkin itulah yang membuat kita mampu mencintai dengan cara yang sederhana. Sedari dulu kita sudah pandai untuk membatasi dan kini kita belajar menyederhanakan. Kesederhanaan yang mampu membinarkan keistimewaan dan kemegahan cinta.

Ada masanya, kita akan jatuh cinta dengan cara yang sederhana. Sehingga saat  perasaan  itu diuji dalam situasi sulit dan rumit. Baik itu karena finansial, kesehatan, sosial, dan yang lainnya Kita masih mampu bertukar senyum dan bertutur mesra.  Detik dimana ketika itulah kita tahu persis siapa yang sebenarnya mencintai kita. Siapa yang tetap berdiri di sebelah kita. Karena cinta adalah saling menerima, melengkapi, memaafkan, menyamaratakan harga atas rasa dari hati.

Kamis, 21 Juli 2016

Jingga di Pelataran Senja



Senja….

        Ada tingginya isyarat nan termaktub, ada suasana mendung yang mengesankan hati, ada sentuhan yang membawa jiwa berkeliling alam semesta. Suasana kepatuhan alam yang membuat banyak mata terheran-heran dalam keheningan. Menimbulkan kekhawatiran sekaligus ketenangan. Sebab hati merasa keberpisahan dengan waktu siang. Kesedihan yang membisu dan keterharuan yang mendalam. Rasa khawatir akan malam gelap yang mencekam. Namun pada akhirnya mendatangkan kekhusyukan yang tersembunyi dan rasa tenang pun menyelubungi.

            Bagimu penikmat senja. Atau bagi siapapun kiranya yang terpesona dengan keanggunan pesona senja. Tanyakanlah pada langit perkara warnanya. Mengapa warna jingga di pelataran langit senja tidak bernuansa  kuning atau merah  saja, mengapa harus jingga?. Itu takdir bukan ?. Benar, kini pandanglah dengan teliti langit yang sedang terpulas senyum karena mendengarkan tanya. Tentang kita yang tak sadar bahwa dalam jingga ada perpaduan dua warna yang serasi, kuning dan merah. 

Secara tersirat ada kisah makna dalam jingga. Perihal  pasangan kuning  dan  merah. Mereka yang tak pernah bersitegang untuk mengkanfas langit senja. Satu sama lain berpadu mesra untuk mewarnai senja bersama-sama. Tidak ada keegoisan, tidak ada rasa ingin saling menonjolkan warna, hanya ada rasa saling percaya. Karena memang kala kuning dan merah bersanding dalam motif jingga, menautkan kemegahan yang agung di pelataran langit senja. 

Untuk sampai pada senja kita butuh jeda, kita butuh keyakinan tuk saling berkongsi rasa. Butuh proses yang tidak mudah hingga warna kuning dan merah itu menyatu dalam jingga. 

Dari warna jingga di pelataran langit senja, mari kita belajar tentang menenggelamkan ego. Agar kita  lebih mengerti bahwa dengan meleburkan ego dapat menciptakan indahnya kebersamaan. Tak baik terlalu mempertahankan ego jika ujung-ujungnya kita tak dapat menciptakan keharmonisan hati. Kelak kita bukan lagi yang melulu memikirkan diri sendiri dan menghabiskan waktu untuk tujuan masing-masing. Kita akan lebih banyak mendiskusikan rencana masa depan bersama.

Lalu,  jingga di pelataran langit senja mengajarkan kita  bahwa pesona yang kita kagumi dari kehidupan di atas bumi adalah fana. Apa yang kita lihat tidak serta merta itu yang ada. Kita tidak pernah melihat apa yang sesungguhnya ada. Karena yang kita pandang adalah ornamen jingga. Padahal di dalamnya ada kuning dan merah. Layaknya,  kita yang  tidak pernah tahu persis perjuangan seseorang untuk sampai ke kita, kita yang tidak pernah melihat peluh dan getirnya yang terkuras. Sebab, kita hanya tahu bahwa kelak orang itu telah bersama kita. Padahal untuk menempuh kebersamaan entah seberapa hebat do'a-do'a yang telah dilangitkannya, entah se-ngeri apa aral yang telah dilaluinya. Sebab usaha kita memang selalu semu di mata manusia namun akan selalu nyata dalam catatan amal kebajikan di sisi Allah. Untuk itu, tetaplah berupaya dalam diam yang terus bekerja. Mengupayakan dia yang telah lama menanti sebentuk kehadiran bersama. 

Kita merasakan bahwa  mencintai dalam diam seperti menikmati takjub pada alam bersama gemerisik angin di sebuah taman bunga  yang anggun  dan indah. Dan meski tidak tersampaikan, tidak terucapkan, demi menjaga kehormatan perasaan, kita selalu tahu itu sungguh tetap sebuah ketakjuban cinta.
Ada waktunya, ketika kita menjingga di pelataran senja bergradasi emas, itulah tanda do'a kita diijabah semesta. Selamat merayakan jerih upaya bersama bahagia. Bahagia sebab merah dan kuning kini telah jadi jingga, kau dan aku menghadirkan kita.  Saat nanti  kita melihat hiasan jingga yang sama, di langit yang telah senja. Itulah cinta kita.  Bak cinta manusia yang tak ubahnya seperti langit jika senja. Apapun argumentasi manusia tentang cinta abadi, kenyataannya itu tidak pernah ada. Cinta manusia hanyalah cinta yang sementara. Sesementara warna jingga di langit yang mengindahkan langit senja.

Kita memahami bahwa setelah melalui jingga di senja hari, kita akan melewati malam yang pekat. Malam yang menghimpun banyak hal misteri. Jalan malam kehidupan bak menyedu pahitnya kopi, manis dikecap pahit. Kiasan bahwa kebersamaan kita tidak akan pernah lepas dari ujian. Kita akan merangkak di temaram cahaya dengan kekuatan hati dan kekokohan setia. Kita akan menembus kabut, menjejali gemintang yang tersemat, dan berharap mampu terus beriringan hingga renta. Semoga dalam kesementaraan cinta yang kita miliki kelak, mampu menjingga bersama ketaatan dan ketakwaan pada Allah menuju pelataran istana syurga-Nya.



Selasa, 19 Juli 2016

Cleansing

Ini berat ! Bukan hal yang mudah untuk tembus tanpa bantuan Allah, tanpa melibatkan Allah, tanpa segala upaya yang Allah mampukan diri untuk kembali pada semurni-murninya niat. Astaghfirullah...

Aku semakin percaya bahwa syurga itu mahal. Untuk itu, bukan hanya menyita peluh di dahi, penat di badan, kerontang di tenggorongan, bahkan akan merontoki satu per satu kekuatan jiwa. Kita diminta terus berjuang melawan perasaan untuk memenangkan Allah di hati, terus diminta berkorban untuk melepaskan segala niat yang tidak membaikkan tujuan pada-Nya. Ini akan terus di uji berkali-kali bagi setiap diri yang telah berikrar beriman dan bagi mereka yang terus berdo'a untuk melihat wajah-Nya. Subhanallah...aku lelah di titik ini sebab semua adalah Spot terlemahnya aku. Karena urusan hati bukan lagi menjadikan  satu dua jiwa terlena dan binasa bahkan mampu mencoreng nama suatu peradaban. Na'udzubillah.

Maha Baik Allah, dengan sepenuh sifat Rahim-Nya yang telah membebani setiap masalah bagi hamba yang Dia pilih. Walau tertatih untukku menyibak semua rahasia-Nya, aku selalu ikhtiar untuk memperjuangkan agar hati tak berpindah haluan dari-Nya. Semoga Allah mudahkan untuk meng-amnesia-kan segenap harapan, keyakinan yang tak direstui-Nya, dan mengampuni segenap kedhoifan dalam sedemikian rupa jalan yang  dilalui.

Ya Allah Yang Maha Baik, bantu hamba untuk kembali membersihkan hati, akal, dan diri dari semua yang Engkau tak sudi jika hamba melakukannya. Sungguh jangkauan diri amat terbatas jika dibandingkan Maha Luasnya Engkau dalam memahami segala sesuatu. Jika semua ini terjadi karena segenap dosa dan kesalahan hamba dalam menjalani ketaatan pada Mu, maka mohon gugurkan dosa-dosa hamba bersamanya dan perbaiki hamba untuk dapat melakukan sebaik-baiknya ketaatan. Jika semua ini adalah teguran agar hamba kembali ke jalan-Mu dan menjadikan hamba lebih utama di sisi Mu dari sebelumnya, maka kuatkan hamba untuk menuju-Mu selamanya dan jangan lepaskan hamba hingga kelak Engkau ridhoi untuk melihat wajah Mu.

"Rabbana zhalamna anfusana, wa illamtaghfirlana, watarhamna, lanakunanna minal khosirin" Aamiin Allahumma Amin

Tiada yang lebih melapangkan hati selain berserah pada-Nya, tiada yang dapat meregangkan akal selain berprasangka baik pada-Nya. Kesempitan hadir kala diri mulai mentafakuri takdir sebagai suatu bencana dan ketidakberpihakan pada keinginan. Cleansing ! Waktu adalah hakim paling adil untuk menentukan keputusan atas semua yang dikerjakan. Waktu adalah komoditas berharga untuk mendapatkan kejutan dipenghujung perjuangan memenangkan-Nya atas segala sesuatu.

Plis cleansing & turn back to Allah !

Senin, 18 Juli 2016

Perjuangan-Menunggu-Melepaskan

Terkadang proses itu menghadirkan debar-debar di dada, membuat resah, kadang jadi ragu bahkan lelah. Keimanan pada Allah akan membuat diri percaya bahwa kita harus berusaha menembus semua itu. Sebab dari proses yang sedemikian rupa menyita perasaan itulah Allah mengajari kita tentang banyak hal, pembelajaran terbaik bagi jiwa yang bersih.

Jika ada satu hari kita kuat untuk menunggu, maka kita akan mampu melewati hari-hari berikutnya. Begitu pun dengan melepaskan. Saat kita dapat melampaui satu hari dengan upaya melepaskan, maka hari-hari berikutnya kita pun bisa, kuat, dan mampu. InsyaAllah. Bersama itu kita belajar untuk menerima hal yang kita sukai maupun tidak kita sukai. Bisa jadi sesuatu yang membuat hati gerah saat ini menyimpan cerita di hari nanti yang mengukir senyum sumringah.

Ada waktunya, dalam hidup ini kita hanya perlu menjalani tanpa banyak tanya. Hingga satu masa kita menyadari bahwa kita sudah sangat jauh dan telah melewati semuanya. Walau sempat bimbang bisa menempuhnya, ragu apakah kuat melepaskannya, dan dapat menerima. Mungkin sekarang masih belajar ikhlas dan akan terus belajar untuk mampu menjadi sebaik-baiknya hamba yang ikhlas. Yang terpenting kita telah memperjuangkan, kelak kita akan menyaksikan betapa bernilainya segala yang pernah kita perjuangkan.