Jumat, 30 Mei 2014

Kematian Edisi 2

Saudara seiman yang dirahmahti Allah mari kita buka majelis baca inindengan Kalam Ilahi.......

Bismillah,

كُلُّ نَفْسٍۢ ذَآئِقَةُ ٱلْمَوْتِ ۗ وَإِنَّمَا تُوَفَّوْنَ أُجُورَكُمْ يَوْمَ ٱلْقِيَٰمَةِ ۖ فَمَن زُحْزِحَ عَنِ ٱلنَّارِ وَأُدْخِلَ ٱلْجَنَّةَ فَقَدْ فَازَ ۗ وَمَا ٱلْحَيَوٰةُ ٱلدُّنْيَآ إِلَّا مَتَٰعُ ٱلْغُرُورِ

Allah Ta'ala berfirman: "Setiap jiwa itu akan merasakan kematian, Sesungguhnya engkau semua itu akan dicukupkan semua pahalamu nanti pada hari kiamat. Maka barangsiapa yang dijauhkan dari neraka dan dimasukkan dalam syurga, maka orang itu benar-benar memperoleh kemenangan. Dan Tidaklah kehidupan dunia ini melainkan kehidupan yang menipu." (Ali-Imran: 185)

      Sahabat Blog Aisyla...... Sadarkah kita, saat  Ada seseorang hamba tersibukan dengan keduniaan dan dia telah melupakan hakikat tujuan penciptaanya, yakni untuk mengabdi pada Allah, maka orang -orang yang seperti ini disebut sebagai orang orang yang lalai (Ghaflah) dari hakikat kehidupannya, Kala tersadar kembali, tersentaklah hatinya, terperanga, guncang   dan  terkaget-kaget ketika salah satu dari keluarganya atau saudaranya  diberitakan pergi meninggalkan dunia ini untuk selama-lamanya  tanpa disertai tanda tanda kematian.
            Orang orang yang berada dalam keadaan lalai mengingat kematian dan tersentak ketika ditimpa musibah kematian lalu akan amat histeris, ada yang merobek pakaian, meratap, bahkan ada yang frustasi, sehingga tak jarang para ahli hikmah menyebutkan orang orang seperti ini memiliki kebiasaan dalam hidupnya : MALAS BERIBADAH, SERING MENUNDA TAUBAT DAN RAKUS TERHADAP DUNIA, mereka masuk dalam firmaNya :

  إِذَا مَسَّهُ ٱلشَّرُّ جَزُوعًۭا

Apabila ia ditimpa kesusahan ia berkeluh kesah

وَإِذَا مَسَّهُ ٱلْخَيْرُ مَنُوعًا

dan apabila ia mendapat kebaikan ia amat kikir (Al Maarij 20-21)

        Kita berlindung dari perbuatan tersebut. Berbeda keadaanya jika seorang yang senantiasa mengusahakan taat kepada Alloh ta'ala  kemudian diberikan cobaan dengan datangnya musibah yaitu datangnya  tanda kematian dengan sakit Dan Kalaupun ketika salah satu dari keluarganya atau saudaranya  diberitakan pergi meninggalkan dunia ini untuk selama-lamanya , Maka hatinya  yang halus akan tersentak dan terperanga kemudian meneteskan air mata karena kesedihan yang dialaminya, kemudian dia mengucapkan kata kata bijak yang diajarkan RosulNya, 

ٱلَّذِينَ إِذَآ أَصَٰبَتْهُم مُّصِيبَةٌۭ قَالُوٓا۟ إِنَّا لِلَّهِ وَإِنَّآ إِلَيْهِ رَٰجِعُونَ

(yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka mengucapkan: "Inna lillaahi wa innaa ilaihi raaji'uun" Albaqoroh 156

Mereka pun bertawakal kepada Alloh dan Menyerahkan segala urusan kepadaNya, Kemudian Pendahulu kita yang shalih sering menyebut mereka sebagai orang orang yang banyak mengingat kematian dan sehingga tak jarang para ahli hikmah menyebutkan orang orang seperti ini memiliki kebiasaan dalam hidupnya : SEMANGAT DALAM BERIBADAH, MENYEGERAKAN TAUBAT DAN TIDAK RAKUS TERHADAP DUNIA

       Tentunya Kita Tidak mengetahui kapan dan dimana seseorang akan meninggalkan dunia ini dan ketika kematian itu datang maka tidak bisa seseorang meminta untuk diundurkan barang sebentarpun, Maka hendaknya setiap diri menjadi hamba-hamba yang cerdas untuk mempersiapkanya mulai dari sekarang bekal bekal kematian ini,

 Alloh Ta'ala Berfirman :

 "وَمَا تَدْرِى نَفْسٌۭ مَّاذَا تَكْسِبُ غَدًۭا ۖ وَمَا تَدْرِى نَفْسٌۢ بِأَىِّ أَرْضٍۢ تَمُوتُ ۚ إِنَّ ٱللَّهَ عَلِيمٌ خَبِيرٌۢ "

"فَإِذَا جَآءَ أَجَلُهُمْ لَا يَسْتَـْٔخِرُونَ سَاعَةًۭ ۖ وَلَا يَسْتَقْدِمُونَ"

"Seseorang itu tidak akan mengetahui apa yang akan dikerjakan pada esok harinya dan seorangpun tidak akan mengetahui pula di bumi mana ia akan mati" (Luqman: 34)"Maka apabila telah tiba waktu ajal mereka, tidaklah mereka itu dapat mengundurkannya barang sesaat dan tidak  pula memajukanya." (an-Nahl: 61)



Jadi jangan sampai kita menyesal nanti sebagaimana kaum kafir dan munafiq ketika mereka menemui ajalnya mereka merengek kepada Alloh Ta'ala untuk diundurkan baran sesaat agar mereka bisa kembali kedunia dan agar bisa bersedekah dan berbuat kebaikan dengan amalan-amalan shalih . 

قال تعالى "يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ لَا تُلْهِكُمْ أَمْوَٰلُكُمْ وَلَآ أَوْلَٰدُكُمْ عَن ذِكْرِ ٱللَّهِ ۚ وَمَن يَفْعَلْ ذَٰلِكَ فَأُو۟لَٰٓئِكَ هُمُ ٱلْخَٰسِرُونَ"

وَأَنفِقُوا۟ مِن مَّا رَزَقْنَٰكُم مِّن قَبْلِ أَن يَأْتِىَ أَحَدَكُمُ ٱلْمَوْتُ فَيَقُولَ رَبِّ لَوْلَآ أَخَّرْتَنِىٓ إِلَىٰٓ أَجَلٍۢ قَرِيبٍۢ فَأَصَّدَّقَ وَأَكُن مِّنَ ٱلصَّٰلِحِينَ

وَلَن يُؤَخِّرَ ٱللَّهُ نَفْسًا إِذَا جَآءَ أَجَلُهَا ۚ وَٱللَّهُ خَبِيرٌۢ بِمَا تَعْمَلُونَ

Hai sekalian orang beriman, janganlah harta bendamu dan anak-anakmu itu melalaikan engkau semua dari mengingat kepada Allah. Barangsiapa yang berbuat demikian, maka mereka itulah orang-orang yang memperoleh kerugian. Dan nafkahkanlah -untuk kebaikan- sebagian dari apa-apa yang Kami rezekikan kepadamu semua sebelum kematian mendatangi seseorang dari engkau semua, lalu ia berkata: "Ya Rob ku mengapa aku tidak Engkau beri tangguh barang sedikit waktu, supaya aku dapat memberikan sedekah dan aku dapat dimasukkan dalam golongan orang-orang shalih. Allah sama sekali tidak akan memberikan tangguhan waktu kepada sesuatu jiwa jikalau telah tiba ajalnya dan Allah adalah Maha Periksa perihal apa saja yang engkau semua lakukan." (al-Munafiqun: 9-11)

Dan FirmanNya :

حَتَّىٰٓ إِذَا جَآءَ أَحَدَهُمُ ٱلْمَوْتُ قَالَ رَبِّ ٱرْجِعُونِ

لَعَلِّىٓ أَعْمَلُ صَٰلِحًۭا فِيمَا تَرَكْتُ ۚ كَلَّآ ۚ إِنَّهَا كَلِمَةٌ هُوَ قَآئِلُهَا ۖ وَمِن وَرَآئِهِم بَرْزَخٌ إِلَىٰ يَوْمِ يُبْعَثُونَ

فَإِذَا نُفِخَ فِى ٱلصُّورِ فَلَآ أَنسَابَ بَيْنَهُمْ يَوْمَئِذٍۢ وَلَا يَتَسَآءَلُونَ

Allah Ta'ala berfirman lagi: "Sehingga dikala kematian telah tiba pada seorang diantara mereka, iapun berkatalah: "Ya Rob ku, kembalikanlah saya hidup -kedunia- supaya saya dapat mengerjakan amalan yang baik yang telah saya tinggalkan". Janganlah begitu, Sesungguhnya perkataan itu hanyalah sekedar yang dapat ia ucapkan. Di hadapan mereka ada barzakh, dinding yang membatasi sampai hari mereka dibangkitkan. Selanjutnya, apabila ditiup sangkakala, maka pada hari itu tiada lagi pertalian -kekerabatan dan persahabatan- diantara mereka dan antara satu dengan lainnya tidak dapat saling menayakan. QS.Almukminun 99-101

Sahabat Yang Budiman, Maka Jadilah Kita semua sebagai musafir didunia ini yang sadar akan kembali kepada Alloh Ta'ala dan Akan dimintai pertanggungan jawab oleh Alloh dari semua perbuatan kita

 Rosul sholollohualaihi Wassalam Bersabda :

وعن ابن عمر رضي اللَّه عنهما قال : أَخَذَ رَسولُ اللَّه صَلّى اللهُ عَلَيْهِ وسَلَّم بِمنكِبِي فَقَالَ : «كُنْ في الدُّنْيَا كَأَنَّكَ غَرِيبٌ أَو عابرُ سَبِيلٍ » وَكَانَ ابْنُ عُمَرَ رضي اللَّه عنهما يقول : إِذا أَمسَيتَ، فَلا تَنْتَظِرِ الصَّبَاحَ ، وَإِذَا أَصْبَحْتَ ، فَلا تَنْتَظِرِ المَسَاءَ ، وخذ مِن صِحَّتِكَ لَمَرَضِك وَمِن حَيَاتِكَ لمَوتِكَ » رواه البخاري

Dari Ibnu Umar radhiallahu 'anhuma, katanya: "Rasulullah  menepuk bahuku lalu bersabda: "Jadilah engkau di dunia ini seolah-olah engkau itu orang gharib -orang yang berada di suatu negeri yang bukan negerinya sendiri- atau sebagai orang yang melalui jalan (Musafir)." Ibnu Umar radhiallahu 'anhuma berkata: "Jikalau engkau diwaktu sore, maka janganlah engkau menanti-nantikan waktu pagi dan jikalau engkau diwaktu pagi, janganlah engkau menanti-nantikan waktu sore -yakni untuk mengamalkan kebaikan itu hendaklah sesegera mungkin. Ambillah kesempatan sewaktu engkau dalam kondisi sehat untuk mengejar kekurangan di waktu engkau sakit dan di waktu engkau masih hidup guna bekal kematianmu." (Riwayat Bukhari)

Lalu bagaimana supaya kita selalu sadar bahwa kita adalah orang orang yang asing yang akan meninggalkan persingghan kita ini yaitu DENGAN MEMPERBANYAK MENGINGAT KEMATIAN DAN MENJADIKAN KEMATIAN SAUDARA KITA SEBAGAI NASEHAT BUAT KITA "

Sebagaimana Perintah Rosul Sholollohualaihi Wassalam :

أَكْثِرُوا ذِكْرَ هَاذِمِ اللَّذَّاتِ » يَعني المَوْتَ ، رواه الترمذي وقال : حديثٌ حسنٌ .

"Perbanyaklah olehmu semua akan mengingat-ingat kepada pemutus segala macam kelezatan yaitu kematian. Diriwayatkan oleh Imam Tirmidzi hadits hasan.

Salaf Kita mengatakan:

كَفَى بِالْمَوْتِ  وَاعِظًا

“Cukuplah Kematian Sebagai Pemberi Peringatan” (Lihat Shifah ash-Shafwah)

       Semoga Allah Ta'ala melembutkan Qolbu kita semua setelah adanya peringayan ini dan menjadikan kita semua hamba yang selalu mempersiapkan bekal kematian dengan bersungguh-sungguh dengan apa yang bermanfaat untuknya

Kamis, 29 Mei 2014

Manajemen Kematian dengan Waktu Produktif

         Kita sudah sangat paham waktu adalah sesuatu yang teramat berharga. Betapa pentingnya waktu, mari kita perhatikan begitu banyaknya Allah swt telah bersumpah atas nama waktu, demi dhuha, demi fajar, demi malam dll. Ali bin Abi Thalib pun menyatakan waktu adalah pedang yang siap menyayat bagian dari hidup. Maka dengan Ingat lima perkara sebelum 5 perkara menjadi urgentif untuk direalisasi.
       Secara umun terdapat 4 perihal tentang waktu:
1. Waktu disaat mendapatkan nikmat, baik itu nikmat iman, nikmat anak, jodoh, harta, dll. setiap harinya pasti selalu ada nikmat yang Allah turunkan bagi setiap hamba-Nya. Limpah ruah nikmat itu diikrarkan dalam firman Allah sejumlah 33 kali dikatakan, "Maka nikmat Tuhan mu yang mana lagi yang didustakan",  dalam firman lain dikatakan lagi "terhadap  nikmat Tuhanmu banyaklah bersyukur". Begitulah seharusnya, misal ketika mendapatkan kenaikan gaji, bentuk syukur kita dengan shodaqah. Bisa disimakndalam bukunya 7 keajaiban sedekah, orang yang banyak sedekah hartanya kian berkembang biak. Oleh karena itu janganlah kita bakhil terhadap harta. Untuk nikmat sehat, perbanyak berbuat baik sebagai bentuk kesyukuran nya. Berlomba-lomba dalam kebaikan.
2. Waktu mendapat musibah. Sabar dan ikhlas harus ada dalam daftar yang pertama. Sabar tanpa batas, ikhlas tanpa bekas. Dalam surat al-Baqarah dinyatakan yang beriman pasti diuji.
3.  Waktu dalam taat. Kita sadari pasti ada kondisi iman kita bagus, maka pertahankan. Jika merasa tilawah lagi nikmat maka teruskanlah, jika ada pekerjaan yang bisa ditunda maka tunda dulu.ketika lagi semangat sedekah teruskan.
4. Waktu dalam maksiat. Manusia itu lalai dan lupa begitulah tabiat manusia yang disampaikan dalam Q.S an-Nazi'at. Ada su'udzon, dengki, hasad dll terkadang mengelabuhi beningnya hati. Maka perbaharuilah lagi istighfar, dan cepat-cepat mohon tobat pada Allah swt. Ketika kita dalam keadaan lalai cepat tobat agar Allah membimbing kita kembali.

           Semoga Allah menjadikan kita orang yang selalu berkontribusi, bermanfaat, dan menginspirasi. Dengan mengingat kematian kita terus berupaya untuk menciptakan waktu yang produktif.

Rabu, 28 Mei 2014

Edisi Kematian I

Rosululloh Saw pernah bersabda : “Cukuplah kematian sebagai nasehat”
Ya, kematian … sebuah kata yang sangat tepat untuk mewakili jawaban atas semua permintaan nasehat dari seseorang. Kematian … satu kata yang singkat tapi sarat makna dan penuh dengan pelajaran dan hikmah.
Ketika disebut kata kematian maka yang terbetik di benak adalah berpisahnya ruh dengan jasad, berpindahnya seseorang dari semua kesenangan dunia menuju alam lain yang dia sendiri tidak tahu apakah menyenangkan atau sebaliknya dan proses awal seseorang menginjakkan kaki di alam akherat.
Sungguh mengerikan, rasa sakitnya bagaikan 70 kali sabetan pedang. Banyak orang berusaha berlari untuk menghindarinya. Mengharukan, banyak juga yang meneteskan air mata menyaksikannya.
- See more at: http://www.voa-islam.com/read/aqidah/2013/12/03/27929/dzikrul-maut-cukuplah-kematian-sebagai-nasehat/#sthash.I642pX5x.dpuf
       Sebagai insan dhoif lagi pelupa. Kerap kita luput siapa gerang penasehat ampuh yang mampu membenahi kembali iman, takwa, dan taat yang tengah terluka oleh nasab dosa-dosa. Mari disimak sabda Rasul saw tersebut.

Rasululloh saw pernah bersabda : “Cukuplah kematian sebagai nasehat”

       Kala kata kematian tersohor, maka yang terbetik di benak adalah berpisahnya ruh dengan jasad, berpindahnya seseorang dari semua kesenangan dunia menuju alam lain yang dia sendiri tidak tahu apakah menyenangkan atau sebaliknya dan proses awal seseorang menginjakkan kaki di alam akherat.
Sungguh mengerikan, rasa sakitnya bagaikan 70 kali sabetan pedang. Banyak orang berusaha berlari untuk menghindarinya. Mengharukan, banyak juga yang meneteskan air mata menyaksikannya.
       Abu Huroiroh ra juga meriwayatkan bahwa Rosululloh Saw bersabda : “Bersegeralah kalian melakukan amal kebaikan sebelum datang 7 perkara. Tidak ada yang kalian tunggu melainkan kefakiran yang melalaikan, atau kekayaan yang membuat orang melampaui batas, atau waktu sakit yang merusak, atau masa tua yang membuat lemah, atau kematian yang akan segera datang, atau Dajjal yang merupakan hal ghaib yang paling buruk untuk ditunggu atau kiamat, dan kiamat itu sangat mengerikan dan sangat pahit” (HR. Tirmidzi, dan beliau berkomentar : hadits hasan ).
       Bukan hanya Rasul saw yang menyampaikan lewat sabdanya. Allah pun berfirman untuk mengingatkan hamba-Nya.
“Setiap jiwa pasti merasakan kematian” (QS. Ali Imron : 185)
“Dan tidak ada satu jiwapun yang mengetahui di bumi mana dia akan mati” (QS. Luqman : 34)
“Dan datanglah sakarotul maut dengan benar. Itulah sesuatu yang dahulu kamu berusaha lari darinya” (QS. Qof : 19)
Pada ayat-ayat di atas, Allah tidak menyebutkan waktu kapan seseorang akan meninggal dan di mananya. Karena, jika seseorang mengetahui waktu dan tempat dia akan meninggal dikhawatirkan dia akan berpangku tangan dan hanya mau berbuat baik ketika hari terakhir dia akan meninggal itu. Jadi, mengetahui waktu dan tempat meninggal itu tidaklah penting, tetapi yang lebih penting adalah bagaimana kita bersiap diri menyambut kematian dan kehidupan setelahnya.
         Dengan mengingat kematian hati kita menjadi lunak, kesadaran kita senantiasa terjaga sehingga kita segera bangkit dari keterpurukan dosa dan segara beramal sholih sebelum semuanya terlambat. Dan jadilah kematian sebagai nasehat terbaik bagi manusia.

MEMBENTUK KEPEMIMPINAN YANG BERKUALITAS, BERINTEGRITAS, DAN BERAKHLAK KARIMAH BERASASKAN Q.S. AL-AHZAB [33]: 21 MELALUI PENDEKATAN SPIRITUAL




Oleh: Sulastriya Ningsi, S.Si
(Juara Harapan MMQ tingkat Prov.Jambi)
 

Indonesia mempunyai potensi yang besar untuk berkembang menjadi negara maju. Hal ini ditunjukkan oleh sumber daya alam yang melimpah seperti tambang, perikanan, pertanian, kehutanan, dan sebagainya. Banyaknya jumlah penduduk yang merupakan potensi sumber daya manusia. Namun kenyataannya, bangsa Indonesia masih mengalami banyak masalah. Kinerja ekonomi yang bagus lebih banyak dinikmati bangsa asing. Pertumbuhan ekonomi yang tinggi tidak diikuti oleh peningkatan kesejahteraan rakyat. Belum lagi masalah pendidikan, korupsi, kekerasan, tawuran, kerusuhan, merosotnya moral bangsa, kekayaan sumber daya alam dan berbagai masalah lainnya. Berbagai masalah yang tengah menghantam  dewasa ini tentu sangat berkorelasi dengan kepemimpinan di negeri ini (Triatmodjo, 2013).
Terbukti di Indonesia masih banyak praktek KKN (korupsi, kolusi, dan nepotisme) yang di temukan, mulai dari daerah sampai pusat. Sebagaimana  dilansir oleh sebuah lembaga penelitian ekonomi independen yang berasal dari Hongkong, Independent Comitte Anti Korupsi (ICAC), Indonesia termasuk kedalam 10 nominasi negara terkorup di dunia (www.kpk.go.id, 2008). Sebuah potret yang menunjukkan maraknya abuse of power (penyalahgunaan kekuasaan) yang dilakukan para pejabat (pemimpin) bermental korup.  Selain KKN, krisis kepemimpinan pun telah  menyergap ke berbagai juru kehidupan seperti semakin tinggi gaung kemaksiatan, kemiskinan terus bertumbuhan, rendahnya kualitas SDM, kerusuhan, pertikaian, kekerasan dan problematika lainnya.
            Islam sebagai rahmat bagi seluruh manusia, telah meletakkan persoalan pemimpin dan kepemimpinan sebagai salah satu persoalan pokok dalam ajarannya.  Asas kepemimpinan dalam Islam disampaikan dalam Q.S al-Ahdzab [33]: 21 sebagai berikut:
“Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah”

Kepemimpinan dalam Islam mengacu pada kepemimpinan Rasulullah  Muhammad saw. Dalam masa 22 tahun Beliau saw sanggup mengangkat derajat bangsa Arab dari bangsa jahiliyah yang diliputi kebodohan dan keterbelakangan menjadi bangsa terkemuka dan berhasil memimpin banyak bangsa di dunia.  Dalam kepemimpinan Rasulullah Muhammad saw telah ditetapkan empat sifat yang menjadi tolok ukur seorang pemimpin yakni: shiddiq, amanah, tabligh, fathanah.
Sifat dasar pemimpin yang telah terpatri dalam diri Rasul saw akan menghasilkan formasi kepemimpinan yang berkualitas, beintegritas, dan berakhlaqul karimah. Agar terbentuknya karakter kepemimpinan yang berkualitas, berintegritas, dan berakhlak karimah maka salah satu upaya yang dilakukan adalah melalui pendekatan spiritual. Kepemimpinan yang berbasis spiritual menstimulus seorang pemimpin dengan kesadaran penuh dan keikhlasan berpikir untuk memberikan kontribusi besar bagi sustainabilitas bangsa serta bagaimana seorang pemimpin seharusnya mendahulukan kepentingan bersama  daripada kepentingan pribadi.

Cinta

Begini cinta....
mataku ingin kau mengerti bahwa keindahan rupa bukan lah dikau sesungguhnya
Begini cinta....
akalku ingin kau tahu bahwa popularitas, harta, jabatan, dan tahta hanya sekedar keindahan fana mu
Begini cinta...
hatiku ingin kau pahami bahwa sholeh itu bukan hanya dikulitmu saja
Bantu aku menjadikanmu bukanlah pernak-pernik melainkan alat ibadah, cintaaaaaa

kau cinta... menggetarkan selaksa hidup dengan hal-hal nan aduhai indah
kau cinta.... buat hatiku bengkak membalu karena suka cita cerita dengan dia, mereka, mungkin juga anda
kau cinta... membalut duka dengan perban tak beraksara namun bermakna syahdu

Kadang aku merasa betapa kau hadir di yang bukan tempatnya, aku kecewa....
noktahnya amat menggerus sakit di hati, mendaraskan keperihan, hingga aku tertatih untuk bangkit kembali.
disana kau berperan amat kejam karena tertuju pada seantaro bisikan syaitani..
Cinta.....jangan lagi berbuat untuk membesarkan kitab dosaku

Cinta....Cinta...Cinta....aku memanggilmu pada kelekatan dirimu di sisi Alllah

Selasa, 27 Mei 2014

Rasa

Ini tentang gudang rasa
Cinta, rindu, suka, kagum, haru, duka, sepi, dan nestapa yang melanda silih berganti.
Bicara cinta, teorinya sudah sangat sakral di sini, di benak, jiwa, dan pengalaman.
Bahwa sejatinya cinta hanya untuk Sang Pencipta, Rasul, Orang tua, dan sesama.
Bahkan setan kerap memudarkan makna hingga yang tersisa cinta pada sesama.
Itu dia yang namanya haluan nafsu. Aku tahu, tapi aku pelupa, hingga kadang terlena. Astaghfurullah...
Topik rindu, sebaiknya ditujukan pada kerinduan pada syurga, syahid, menjadi hafidzul Qur'an, ke Baitullah, dan pada variabel kebaikan laninnya.
Namun setan tak bosan mengubah kompas kerinduan pada kiblat yang salah.
Merindukan pada sosok yang tak pasti akan menjadi miliknya.
Merindukan harta, tahta, dan dunia yang jelas hanya fatamorgana.
Betapa aku tahu, tapi aku insan yang pelupa, jadi semua sedikit banyaknya pernah kuraba untuk kerinduan yang keliru.
Tema suka dan kagum. Ini yang hati ketar ketir memanajemennya.
Apalagi pada dia yang sholeh/ah, tampan/jelita, kaya raya, dan bernasab mulia.
Sudahlah..... sering niat jadi salah kaprah yang jadi tolok ukur bukan lagi agama tapi ambil kulitnya saja. Na'udzubillah.
Beginilah setan tak putus asa menggoda agar manusia itu celaka. Waspadalah
Lalu bagaimana kabar kegalauan, duka, sedih, dan nestapa ?
Bukan apa-apa kawan, ini bentuk luka dari kecelakaan iman.
Kamu pasti tahu, Hamba yang taat itu tidak ada kesedihan baginya dan tidak pula dia takut akan kedzaliman orang terhadapnya.
Begitulah rasa....
Aku remuk redam bernafas dalam lautan rasa yang berjuta sensasi.

Kamis, 24 April 2014

Berjuta Rasanya

Aku dan Kamu mengalun dalam simfoni takwa..
Mengalir dalam mata air cinta di dunia
Lalu bersama menikmati mata air syurga di sana
Aku dan Kamu membelai lembut makna cinta
Mengukirnya pada bahan iman dan alat ibadah
Lalu bersama menghiasi hidup dengan dakwah fi sabilillah
Aku dan Kamu
Berjuta Rasanya.....