Selasa, 27 Mei 2014

Rasa

Ini tentang gudang rasa
Cinta, rindu, suka, kagum, haru, duka, sepi, dan nestapa yang melanda silih berganti.
Bicara cinta, teorinya sudah sangat sakral di sini, di benak, jiwa, dan pengalaman.
Bahwa sejatinya cinta hanya untuk Sang Pencipta, Rasul, Orang tua, dan sesama.
Bahkan setan kerap memudarkan makna hingga yang tersisa cinta pada sesama.
Itu dia yang namanya haluan nafsu. Aku tahu, tapi aku pelupa, hingga kadang terlena. Astaghfurullah...
Topik rindu, sebaiknya ditujukan pada kerinduan pada syurga, syahid, menjadi hafidzul Qur'an, ke Baitullah, dan pada variabel kebaikan laninnya.
Namun setan tak bosan mengubah kompas kerinduan pada kiblat yang salah.
Merindukan pada sosok yang tak pasti akan menjadi miliknya.
Merindukan harta, tahta, dan dunia yang jelas hanya fatamorgana.
Betapa aku tahu, tapi aku insan yang pelupa, jadi semua sedikit banyaknya pernah kuraba untuk kerinduan yang keliru.
Tema suka dan kagum. Ini yang hati ketar ketir memanajemennya.
Apalagi pada dia yang sholeh/ah, tampan/jelita, kaya raya, dan bernasab mulia.
Sudahlah..... sering niat jadi salah kaprah yang jadi tolok ukur bukan lagi agama tapi ambil kulitnya saja. Na'udzubillah.
Beginilah setan tak putus asa menggoda agar manusia itu celaka. Waspadalah
Lalu bagaimana kabar kegalauan, duka, sedih, dan nestapa ?
Bukan apa-apa kawan, ini bentuk luka dari kecelakaan iman.
Kamu pasti tahu, Hamba yang taat itu tidak ada kesedihan baginya dan tidak pula dia takut akan kedzaliman orang terhadapnya.
Begitulah rasa....
Aku remuk redam bernafas dalam lautan rasa yang berjuta sensasi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar