Oleh:
Sulastriya Ningsi, S.Si
(Juara Harapan MMQ tingkat Prov.Jambi)
Indonesia mempunyai potensi yang besar
untuk berkembang menjadi negara maju. Hal ini ditunjukkan oleh sumber daya alam
yang melimpah seperti tambang, perikanan, pertanian, kehutanan, dan sebagainya.
Banyaknya jumlah penduduk yang merupakan potensi sumber daya manusia. Namun
kenyataannya, bangsa Indonesia masih mengalami banyak masalah. Kinerja ekonomi
yang bagus lebih banyak dinikmati bangsa asing. Pertumbuhan ekonomi yang tinggi
tidak diikuti oleh peningkatan kesejahteraan rakyat. Belum lagi masalah
pendidikan, korupsi, kekerasan, tawuran, kerusuhan, merosotnya moral bangsa, kekayaan
sumber daya alam dan berbagai masalah lainnya. Berbagai masalah yang tengah
menghantam dewasa ini tentu sangat
berkorelasi dengan kepemimpinan di negeri ini (Triatmodjo, 2013).
Terbukti di Indonesia masih banyak praktek KKN (korupsi, kolusi,
dan nepotisme) yang di temukan, mulai dari daerah sampai pusat. Sebagaimana dilansir oleh sebuah lembaga penelitian
ekonomi independen yang berasal dari Hongkong, Independent Comitte Anti Korupsi
(ICAC), Indonesia termasuk kedalam 10 nominasi negara terkorup di dunia
(www.kpk.go.id, 2008). Sebuah potret yang menunjukkan maraknya abuse of power (penyalahgunaan
kekuasaan) yang dilakukan para pejabat (pemimpin) bermental korup. Selain KKN, krisis kepemimpinan pun telah menyergap ke berbagai juru kehidupan seperti
semakin tinggi gaung kemaksiatan, kemiskinan terus bertumbuhan, rendahnya
kualitas SDM, kerusuhan, pertikaian, kekerasan dan problematika lainnya.
Islam
sebagai rahmat bagi seluruh manusia, telah meletakkan persoalan pemimpin dan
kepemimpinan sebagai salah satu persoalan pokok dalam ajarannya. Asas kepemimpinan dalam Islam disampaikan
dalam Q.S al-Ahdzab [33]: 21 sebagai
berikut:
“Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri
teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan
(kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah”
Kepemimpinan dalam Islam mengacu
pada kepemimpinan Rasulullah Muhammad
saw. Dalam masa 22 tahun Beliau saw sanggup mengangkat derajat bangsa Arab dari
bangsa jahiliyah yang diliputi kebodohan dan keterbelakangan menjadi bangsa
terkemuka dan berhasil memimpin banyak bangsa di dunia. Dalam
kepemimpinan Rasulullah Muhammad saw telah ditetapkan empat sifat yang menjadi
tolok ukur seorang pemimpin yakni: shiddiq,
amanah, tabligh, fathanah.
Sifat dasar pemimpin yang telah
terpatri dalam diri Rasul saw akan menghasilkan formasi kepemimpinan yang
berkualitas, beintegritas, dan berakhlaqul karimah. Agar
terbentuknya karakter kepemimpinan yang berkualitas, berintegritas, dan berakhlak
karimah maka salah satu upaya yang dilakukan adalah melalui pendekatan
spiritual. Kepemimpinan yang berbasis spiritual menstimulus seorang pemimpin
dengan kesadaran penuh dan keikhlasan berpikir untuk memberikan kontribusi
besar bagi sustainabilitas bangsa serta bagaimana seorang pemimpin seharusnya
mendahulukan kepentingan bersama daripada kepentingan pribadi.

Tidak ada komentar:
Posting Komentar