Eh, bagaimana jika tidak ada lagi hari kecuali hari ini untuk beramal?
Maukah kita buat semacam pretending sebagaimana pretending succses yang kerap dielukan oleh para motivator itu. Kita diarahkan tuk menciptakan panggung masa depan dalam tambur imijinasi seperti yang kita inginkan....bukan sebatas masa depan di dunia tapi masa depan setelah dunia ini lenyap menjadi akhirat. Ada yang sudah menciptakan ruang imijinasi itu? Jika sudah, bagaimana cara untuk mencapainya ? Apakah telah kita perjuangkan?
Rasanya kontemplasi dengan diri sendiri itu mengganggu zona nyaman diri bahkan membangunkan diri yang tengah dalam kemandegan. Bahwa semua yang kita inginkan dibatasi oleh takdir namun kita bisa memilih lapisan takdir terbaik dengan upaya tulus. Semua ingin itu juga sering disekat oleh kemalasan tapi bisa ditembus oleh tekad. Lagi-lagi kita selalu difasilitasi oleh opsi. Salah memilih maka membiarkan diri terombang-ambing pada arah yang random. Membawa pada ketidakjelasan, bahkan diakhiri oleh banyak penyesalan.
Semoga hati masih terbungkus tekad, meskipun sempat tercabik-cabik oleh kelalaian menjaganya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar