Senin, 15 Agustus 2016

Menjaga Keimanan

Pada hari kelima memijaki kota pendidikan, aku menemani wanita yang paling kucintai, IBU, beli kaca mata. Sudah bolak balik di toko optik itu sebenarnya. Kok bisa-bisanya baru kelihatan hari ini. Subhanallah...

Dari cerita-cerita serius tentang kaca mata, entah dari mana muasalnya kok malah wanita yang paling kucintai itu jadi curcol sama akang penjual kaca mata. Haha

Tepat pada titik cerita tentang aku, mata gak mau lagi lihat-lihat kaca mata di toko itu. Aku palingkan arah keluar menuju pemandangan lalu lalang orang di jalan. Kan malu ih, dicerita-ceritain gitu. Nih dialognya

Ibu: nih si anak gadis saya makin tinggi jenjang pendidikan, kian jauh pula merantaunya

Akang kaca mata: mau cari jodoh neng disini?

Aaaaaarrrrggghhhhh......! Stop!!!!!
Aku mesti bilang MasyaAllah apa Subhanallah yak untuk pertanyaan yang nonjok hebat perasaan akuh. *tratakdengces*
Kesini aku mau cleansing kang tapi kenapa disemprot pertanyaan semengenaskan itu, berontakku dalam hati.

"Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar." (Q.S.al-Baqarah:155)

Aku harus yakin bahwa pertanyaan ini akan menggembirakanku jika aku kuat untuk tetap bersabar. Terkadang memang mesti di uji sekian kali perasaan kita sampai sejenis apapun ucapan yang dituju ke hati tak membuatnya salah sangka. Allah tidak akan meluluskan jika kita belum maqamnya untuk lulus. Lantas aku ingin lulus untuk kali ini. Sudah terlalu jauh matahari yang aku kelilingi maka tidak boleh berlama-lama mengulangi ujian yang itu-itu aja. HARUS LULUS !!!

Kesini waktu membuat aku dapat ilmu lagi bahwa kelulusan itu ditentukan oleh kapasitas keimanan. Jadi yang terurgen untuk hidup hari ini dan kedepan adalah mensistem waktu sedemikian rupa untuk dapat mengisi pundi-pundi diri dengan keimanan yang terus bertambah baik.

Dah ceritanya selesai...^_^

Tidak ada komentar:

Posting Komentar