Setiap dari kita tidak perah luput dari masalah, tidak pernah lepas dari salah, tidak sekalipun benar selalu. Ada suatu waktu kita akan diuji Allah dengan kehadiran seseorang. Awalnya mungkin biasanya, lalu saat hati mulai diganggu kenyamananya maka emosi akan mulai mengambil andil, kan ? Misalnya kita sempat menjadi pergunjingan seorang teman yang selama ini kita yakini kebaikkannya. Tentu akan sangat sulit hati menerima. Betapa berat untuk seketika itu juga mengikhlaskan kesalahannya. Yah, karena kita memang manusia dhoif, yang tak seindah akhlak Rasulullah SAW. Kita kita bayangkan, fitnah apa yang belum sempat dikecamkan pada Manusia Teragung ini SAW. Dengan kebesaran jiwa Rasulullah SAW selalu mengikhlaskan kesalahan orang yang mendzalimi, bahkan mendoakannya. MasyaAllah.
Tapi tidak menutup kemungkinan jiwa pemaaf itu bisa kita miliki. Memang butuh latihan. Kita harus menyadari bahwa menjadi pemaaf tidak akan mengurangi kadar kemuliaan kita di hadapan Allah, bahkan membuat derajat kita semakin menjulang di sisi-Nya. Jangan lupa pula untuk melapangkan hati untuk segera meminta maaf jika memang kita terindikasi salah. Sebab memita maaf bukan berarti kita salah dan mereka benar. Perbuatan tersebut menunjukkan kita mampu mendewasakan diri dengan menaklukkan ego.
Semoga Allah menjaga kita untuk berjiwa pemaaf dan selalu peka jika berbuat salah, terutama jika berbuat salah pada Allah Yang Maha Baik. Sungguh memaafkan itu membahagiakan...!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar