Kamis, 28 Juli 2016

Ini untuk Kamu



Hai kamu yang pernah terjatuh. sakit yah ?. Terkadang hidup ini memang harus begitu dulu. kamu dibuat-Nya terluka. Agar kulit hati mu tergantikan dengan yang lebih kokoh dan tangguh. Kamu lagi diajari-Nya cara menyelesaikan luka-luka dengan keahlian mengobati sendiri. Lalu kamu bermetamorfosis menjadi lebih tegar. Pertahankanlah. 

Hai kamu yang pernah menangis, sepilu apa perasaan mu ? tak mengapa. Kan kamu masih manusia. Menangis bukan berarti lemah. Air mata yang mencucur itu setidaknya dapat meringankan beban-beban yang terasa berat. Hatimu masih dilembutkan, sehingga air mata dapat jatuh dengan syahdunya. Tenang saja. Selagi kamu tak luput dari mengingat Allah, maka Allah akan memperhitungkannya. Sabarlah. Sebab sabar adalah perkara penting. Semoga Allah membantu kamu untuk sabar menghadapi orang-orang yang sulit. Memang  satu  diantara kita menjadi ujian bagi yang lain. Menangis saja dan tetaplah menjadi manusia.

Hai kamu yang tengah sendiri. Kesendiran akan memberimu makna berharga. Kamu bisa lebih leluasa bercerita pada diri sendiri. Pada akhirnya, semua orang-orang juga akan pergi  satu persatu meninggalkan mu. Kecuali Allah. hanya Dia lah yang setia bersama mu. mengertikan sekarang ? Allah lah yang tak pernah pergi dari kamu. Maka kamu wajib menjadikan-Nya tetap yang pertama dan garis terdepan tujuan.

Hai kamu yang tengah ditinggalkan. Seberapa kehilangan kamu tanpanya ? Cobalah mengikhlaskan yang telah pergi. Boleh menangis karena kamu manusia namun jangan menangis terlampau lama. Sebab Allah tak menyukai sesuatu yang berlebihan. Sadarilah, hidup harus terus berjalan. Sadarilah ada tanggungjawab menantimu di depan sana. Lihat sekelilingmu, kemudian bertasbilah atas nama Allah. Itu lebih baik. 

Sungguh Dia Maha Baik, atas segala kondisi yang Dia hadiahkan dalam hidup kita. Tetaplah berbaik sangka.  Dengan itu pula  hanya kebaikan yang akan kamu temukan, meski begitu meresahkan, menggundah gulanakan, mengoncang keras perasaan,  bahkan terkadang seakan mampu merobohkan pendirian. Tetaplah berbaiksangka, pertolonganNya begitu dekat. Dia lebih dekat dari urat nadi mu. Berdo’a lah pada-Nya, karena Dia Maha mengabulkan do’a. Agar dia yang telah meninggalkan mu selamanya ‘disana’ selalu disayang Allah. 

Kita tak bisa kembali ke masa lalu dan mengubah sebuah awal yang buruk, namun kamu bisa membuat akhir yang indah.
Mulai saat ini.

*ternyata aku pernah menulis ini dalam buku ku" Perjalanan untuk Sebuah Mimpi" . MasyaAllah [T.T]

Menghibur-Hibur Diri

Ada banyak cara untuk menghibur diri. Apakah mengibur diri karena pernah kehilangan orang yang paling kita cintai. Apakah menghibur diri karena impian yang tergadaikan kenyataan. Apakah menghibur-hibr diri saat berada dalam himpitan. Apakah menghibur diri saat mendapat celaan dan pembicaraan orang yang tidak sedap. Apakah menghibur diri saat keinginan tidak sejalan dengan realita, Apakah menghibur diri menghadapi lelahnya aktifitas. Dan tentang kejadian duka, pilu, lara, gundah. resah, dan setipe dengannya selalu ada cara untuk kita menghibur-hibur diri.

Ada dari mereka yang menghibur diri dengan mencari kesibukan agar sedih tak lagi sempat mengetuk hati. Ada dari mereka yang menghibur diri dengan denger musik yang menghanyutkan suasana hati yang tidak enak. Ada dari mereka yang menghibur diri dengan mengunjungi tempat-tempat yang mereka percaya menemukan ketenangan disana. Ada menghibur diri dengan belanja kepasar malah, beli ini dan itu biar hatinya enjoy lagi, biasa ini berlaku untuk orang-orang elit. Dan banyak lagi , rasanya capek untuk dituliskan semua disini.

Namun, aku kagum dengan orang yang menghibur-hibur dirinya dengan dirinya sendiri. Ia mampu menemukan replika dirinya dan mengajak berdiskusi tentang masalah yang tengah dihadapi. Karena baginya jarak antara masalah dan solusi hanya sebatas sujud. Walau sempat terjatuh namun lukanya tidak membuatnya berhenti melangkah. Ia selalu menghibur-hibur diri dengan sujudnya itu. Membuat ia mampu bertahan atas semua yang terjadi. Ia selalu menghibur-hibur diri dengan kesabaran. Baginya semua pemberian Tuhan adalah baik. Ia selalu menghibur-hibur diri dengan berpikiran positif. Baginya kebahagiaan sejati tidak pernah ada di dunia ini. Kebahagiaan sejati hanya ada di syurga-Nya kelak. Untuk itu, ia selalu menghibur-hibur diri dengan harapan terindah untuk dapat menjadi salah satu pemilik kebahagian sejati itu.



Aku Masih Muda

Salah satu metode untuk sukses adalah pretending (berpura-pura). Iyapz..maka sampai kapanpun kita harus terus berpura-pura jadi anak muda. *tratatakdengces*.  Namun dengan jiwa yang sedewasa orang tua. Jiwa yang melesat jauh dari takaran usia berpadu dengan kobaran semangat jiwa muda. SEMPURNA. Saat aku membuka kenangan-kenangan di masa muda, SMA dan saat kuliah. Aku jadi merindukan kembali semangat juangku dimasa muda itu. Sehingga menyulam senyum simpul didepan layar LCD laptop saat ini. Aku yang lugu dulunya adalah seorang yang orientasinya adalah menjadi pemenang, jadi juara.  Setiap harinya adalah semangat. Setiap langkahnya adalah optimisme, setiap visulisasinya adalah kesuksesan, setiap keinginannya selalu kesungguhan tekad, setiap jamnya adalah belajar. *kalau gak belajar gak bisa sama-sama orang pintar, hihi*.Apalagi ada pak tentara yang bangunin tiap subuh sambil tendang pintu sekuat tenaga.*hahahaha*. Aku rindu Pak Karsono, rindu sangat padamu Pak. Bapak banyak mengajarkanku tentang semangat juang, tentang pantang menyerah dalam menegakkan kebenaran, tentang jiwa seorang pahlawan.*huhu*. Karna jiwa patriot bapak yang selalu tertatam didalamnya untuk menjaga NKRI ini. MasyaAllah rinduuuu pak. 

Walau kenangan SMA terlalu pahit untuk diulang kembali. Terlalu lelah untuk menjalaninya ulang. Kerana aku gak kuat lagi untuk lari sejauh 3,2 KM setiap pagi ditambah push up dan sit up 30 kali. Apalagi harus apel pagi dibawah terik mentari yang kalau telat dapat jatah push up dan sit up lagi. *kelenger soleha Pak...hahaha*. Ternyata aku sudah melampai dengan baik semua yang dulu aku rasa sangat sulit untuk disudahi. Dan aku rindu bisa memiliki semangat seperti itu lagi. Rindu dengan teman-teman yang juga daya juang dan semangatnya tak jauh beda. Saat impiannya untuk kuliah di Jerman, Jepang, dan kampus-kampus impian di Indonesia membuat mereka mati-matian belajar sampai-sampai dijalan pun menghafal pelajaran. Kalau di jalan dan apel pagi pegang buku dengan kantong mata yang sudah melebar.*Haha* Walau ada juga yang santai tapi tetap sukses mendapatkan nilai terbaik. Beda dengan aku yang harus memeras otak dan tenaga belajar sampai larut malam untuk bisa mendapatkan semua itu. Karena orang pintar bisa dikalahkan dengan orang rajin. Itulah yang selalu aku jadikan prinsip.*Wowww*. Aku rindu dengan jiwa yang seperti ini dan aku ingin menginstalnya kembali. Pun kurasa akan terus aku pakai sampai mati. Tapi bukan lagi tentang pencapaian pribadi namun untuk kehidupan yang lebih berarti tak sebatas dunia tapi juga akhirat.

Kelak saat sudah diberi kepercayaan untuk mengemban amanah sebagai 'Bunda Peradaban' maka semua ini akan aku tularkan pada mereka tentang jiwa heroik masa muda bundanya dulu. Lalu aku akan menghembuskan nilai-nilai keimanan bagi mereka agar tak ada resah bagi mereka untuk mengarungi samudra kehidupan ini. Walau entah kapan Allah mengizinkan  tapi tulisan ini menjadi catatan pengingatku kelak bahwa aku memiliki azam untuk mewujudkannya. Eh kok kesini ceritanya *hahaha*. Kan jadi gak kuat lanjutin ceritanya lagi nah. *haha*


Menyemai Makna Keberadaan Diri

Bukan sedikit orang yang mengejar kesuksesan di masa depan untuk dapat membuat hidupnya lebih layak dan lebih merasakan damai dan kenyamanan. Berjuang hingga berada di titik kesuksesan yang ditakar sesuai pandangan masing-masing itu benar-benar membutuhkan kesungguhan tekad. Kita tidak akan pernah memiliki gairah untuk menggapainya jika tidak ada dorongan intrinsik dalam kemauan diri. Melihat begitu banyaknya orang-orang yang sukses dan memaknai kesuksesan mereka dengan tolok ukur finansial, keluarga, dan kedudukan. Kadang membuat kita sempat memiliki angan yang sama untuk hal yang seperti ini. Setelah memepelajari ulang dan meninjau resiko negatif dari semua itu pasti kita akan manarik diri untuk tidak memiliki sudut pandang yang sama dengan mereka tentang memaknai kesuksesan.

Saat hidup kita hanya untuk menjalani kehidupan tidak sering yang kita dapati adalah sepi dan tak berarti. Namun seseorang yang menjalani hidup untuk menghidupkan maka nalurinya menyala, geraknya gesit, energinya besar, tidak akan mundur apalagi gentar terhadap kenyataan yang dihadang, semangatnya berkobar, sebab visinya besar dan tujuannya terarah. Disana mereka tidak hanya cerita tentang kepentingan pribadi tapi tentang mencurahkan kontribusi, menebar manfaat, dan menyemai makna keberadaan diri. Semoga keikhlasan semakin mengindahkan hidup yang menghidupkan itu.

Hidup akan menghidupkan dengan menyemai makna keberadaan diri. Itulah menjadikan hidup lebih bernilai. Disanalah kesuksesan sejati bagi para perindu syurga dan pejuang keridhoan Allah. Dengan memanfaatkan setiap kesempatan yang ada untuk mendedikasikan diri melakukan yang terbaik, bukan untukkepentingan pribadi tapi untuk sesama.

Ittaqillah !

Bahtera-Dermaga-Samudra

Begini bahtera...
Dermaga hanya bisa mendo'akanmu dapat menepi dengan penuh keselamatan. Melihat cuaca langit...sesekali membuat debar-debar kembali bangkit dan keraguan terungkit. Semoga dibentangan perairan manapun kamu ini, Allah akan menjagamu dalam rahmat-Nya, menjagamu dalam keimanan, menjagamu dalam ketaatan pada-Nya, menjagamu selalu bersama al-Qur'an, dan dengan semua penjagaan yang terbaik seperti yang kupinta dalam dendangan do'a-do'a dilangit gelap. 

Begini bahtera....
Kamu yang sangat diharapkan kelak menjadi bahtera kokoh yang kuat untuk memikul semua beban yang akan diangkut saat telah sampai di dermaga sederhana ini. Iya ini hanya dermaga sederhana yang aku bangun sekian lama dengan perbaikan yang berulang-ulang kali. Tetap bukanlah dermaga yang sempurna. Kuharap pula, nanti sesampaimu disini berlapang dada dan bersabarlah untuk memperbaiki semua ketidaksempurnaan ku ini. Bantu aku dan papah aku untuk menjadi lebih baik lagi.

Begini bahtera....
Saat waktu yang terbaik itu sudah tepat membuat kamu bisa ada disini, di dermagaku yang sederhana ini. Bawalah aku ke pulau harapan kita yang sama. Pulau terindah yang telah dijanjikan-Nya. Dengan al-Qur'an sebagai pedoman perjalanan kita. Bersama mujahid-mujahidah yang padanya kita wariskan pengajaran terbaik, mimpi-mimpi besar dan kita lestarikan al-Qur'an pada mereka.  Di samudra lepas yang kita tempuh nanti, bersama kita akan saling menguatkan genggaman jemari menembus segala ombak-ombak ganas yang menantang. Sebanyak air di samudera tidak pernah mampu menenggelamkan kita selama bahtera ini tidak retak maka tidak akan ada air yang merembes masuk. Kita akan belajar agar kegetiran, kegundahan, dan sedemikian rupa beban hidup yang kita jalani tidak menghanyutkan apalagi menggelamkan hati kita. Apapun yang terjadi kita akan terus memperbaiki semua kerusakan bahtera kita dengan cinta yang kita adopsi dari kaki langit dan kemapanan iman yang tertempah oleh ketaatan pada-Nya.

Bahtera yang kelak akan membawaku ke pulau harapan yang sama....
Aku takkan mau lelah menemanimu hingga renta. Aku akan terus belajar untuk dapat membuatmu bahagia bersamaku dengan segenap apapun yang aku miliki. Jika kelak Allah mencabut nyawa salah satu diantara kita.  Semoga kita sudah lebih dulu mengetahui konsekuensi kebersamaan yang tak bisa selamanya itu. Namun, kita tetap berharap dan berdo'a hikmat untuk bisa menyatu di pulau yang terindah itu, kan?. Aku yang akan jadi bidadarinya dan kamu adalah pangeran syurganya. Begitulah kata-kata yang selalu meghibur kita disepanjang perjalanan yang melelahkan nanti.  

Semoga Allah mudahkan kamu untuk menepi dalam langkah-langkah yang diridhoi lagi penuh keberkahan.
Aamiin

Lebih Bersyukur

Kita ini adalah pelajar yang akan selalu belajar. Tentang semua hal termasuk belajar memahami rasa syukur. Tidak baik kita menyibukkan hari-hari memikirkan apa-apa yang belum didapatkan. Karena sulit bagi kita untuk bersyukur selama masih berfokus pada hal itu. Jika kita mau berkompromi dengan rasa syukur maka kebahagiaan akan berjalan elegan ke arah kita, perlahan tapi pasti. Sesederhana itulah sebenarnya hidup ini. Kita yang sering mempersulitnya dengan menafikkan banyaknya karunia Allah yang menghujani di semanjung waktu kemarin hingga kini. 

Pernah menghitung bintang di langit? kalkulator tercanggih dan termutakhir yang dilengkapi instrumentasi berbasis nanoteknologi termodern pun tidak bisa menjalankan intruksi untuk memberi hasil tentang jumlah bintang di langit. Tahu mengapa? Agar kita sadar begitulah karunia Allah yang selama ini kita abaikan. Sampai berkali-kali Allah tegaskan. "Maka terhadap nikmatku, yang manakah yang kamu dustakan?.". Malu bukan dengan semua ini. Iya aku yang sangat lebih malu. Semoga rasa malu kita ini menjadi hikmah termanis bagi kita untuk kembali lebih bersyukur pada semua nikmat-nikmat yang Allah karuniakan. 

Kita memang manusia dhoif yang terus belajar untuk menjadi lebih baik. Untuk lebih baik dalam  mensyukuri kehidupan ini. Tidak ada yang salah pada masa lalu hanya saja kita belum bisa mensyukurinya. Secara tidak sadar semua itu telah membuat kita menjadi pribadi yang lebih kokoh jiwanya dan lebih tertempa kuat.

Ittaqillah !

Lebih Mapan

Tahu hidup ini mengerikan ? Menjalani hari-hari bersama bumi yang terus berputar statis. Berotasi dan berevolusi. Hidup di atas dataran yang dikepung oleh 3/4 lautan. Berjalan di atas bumi yang menyimpan didihan ganas dari ledakan reaktif di inti bumi. Berpayungkan langit yang sewaktu waktu dapat robek oleh komet atau benda angkasa. Berada di eter udara yang mengandung bermiliaran jenis kuman dan virus. Itu semua mengerikan, Bukan?

Kita butuh menjadi yang lebih mapan. Tidak ada idealitas pada realitas, semua hanya ada dalam jangkauan ekspektasi. Maka kita harus lebih mapan untuk mengayuh pedal sepeda kehidupan ini. Untuk tidak terpengaruhi oleh semua yang mengerikan itu. Kita harus belajar untuk memapankan diri dengan memapankan ilmu, memapankan emosi, memapankan sudut pandang, memapankan akal, terlebih memapankan iman. Semua ada dalam kitab petunjuk-Nya, al-Qur'an. Bacalah ! kita akan lebih mapan dengannya.

Nanti, bila kemapanan itu satu persatu telah kita kuasai. Jangan lupa untuk mengajarkannya kepada yang lain. Agar tidak terlampau banyak orang yang ketakutan di dunia ini, di atas bumi ini. Kita patut bersyukur menjadi orang yang pernah merasa takut sebab ketidakmapanan itu. Dengannya kita dapat lebih memahami dan menerima dengan lapang hati saat berhadapan dengan orang yang sedang ketakutan itu. Bawalah pada petunjuk-Nya. Hidup ini memang mengerikan tanpa itu semua.