Kamis, 26 Juli 2018

Sakit Emosional

Pengalaman  selalu berani untuk membuat kita belajar menjadi manusia. Belajar tentang ujian dan kesabaran. Ujian tanpa kesabaran adalah nelangsa dan kesabaran tanpa ujian hanyalah kisah fiktif belaka. Kita tak kuasa mengubah banyak hal dalam menghadapi hidup ini, namun banyak hal itu takkan pernah berubah jika kita enggan untuk menghadapinya. Seperti menghadapi ujian dengan sabar walau tak mengubah apa yang terjadi tapi ia mampu mengubah sempit menjadi lapang.

Melalui konsekuensi hidup yang kita tak bisa menghindari dari rasa sakit secara emosional. Ada diantara mereka yang berupaya membunuh rasa itu dengan berpura-pura kuat, berpura-pura tegar, dan mencoba mengalihkannya dengan banyak kegiatan yang bermakna. Namun, pereda sakit itu tak bersifat lama. Karena yang sebenarnya dalam mengobati rasa itu adalah menerima. Pikiran dan hati itu mesti melakukan  observasi keadaan secara apa adanya. Sebuah penerimaan akan menjadi suatu respon positif terhadap emosi yang pada fitrahnya bersifat netral. Memahami lebih dalam makna penerimaan dan membiarkannya ada dalam diri. Mudah-mudahan rasa sakit itu beringsut pulih sebab situasi yang sebenarnya tak seburuk yang dirasakan selama ini.

Senin, 16 Juli 2018

Belajar Yakin

Jangan mendikte Allah untuk mengabulkan apa yang diinginkan karena Allah paling tahu kebutuhan setiap hamba-Nya. Gak mungkin Allah Yang Maha Baik itu mendzalimi kita dengan ketetapan-Nya. Gaaak mungkin !!! Tinggal kita aja, yakin ga sih ke Allah. Yakin kalau Allah memberikan yang terbaik bukan yang terbaik dalam versi bodoh manusia tapi terbaik dalam versi Allah Yang Maha Hebat.  Belajar yakin lah nona...biar hidup yang gini-gini aja nih gak jadi ribet

Senin, 09 Juli 2018

Pelajaran Hari ini

Sedari pagi saya dan temen-temen satu dospem ngumpul bareng buat menghadap Bapak. Namun, diujinya kami Bapak Dospem tetiba membatalkan kesepakatan untuk bimbingan siang ini. Iya okey, saya bilang dalam hati.. InsyaAllah ikhtiar udah maksimal. Berarti Allah minta saya istirahat sebab malem tadi baru bisa terlelap pas subuh alias gak tidur semaleman. Trus pagi-pagi   maksakan diri teteup kekampus dengan kepala tidak stabil pake banget. 😂😅

Jadi musabab Allah gontaikan  langkah ini ke kampus tidak sekedar untuk menyelesaikan urusan akademik. Tapi Allah mau kasih pelajaran baru ke saya lewat diskusi dengan seorang Ibu yang Qadarullah lagi nyusun tesis bareng saya.

Jadi abis gagal bimbingan kami memutuskan buat pulang aja. Nah, saat  perjalanan pulang saya ngobrol ini dan itu sama si Ibu lalu  bertanya beberapa hal ke Ibu Ema yang suaminya Alhamdulillah sebagai KaProdi Pasca Bahasa Jepang yang insya Allah kandidat Guru Besar di UPI. Beliau menceritakan lika-liku perjalanan rumah tangganya, saat pahit getir menjalani krisis ekonomi tahun 2001, sampai kisah beliau hidup 1 tahun di Jepang menemani suami melanjutkan studi. (Pengen banget, bilang dalam hati).

Okey, apa kisah dari Ibu Ema yang buat saya tersentuh? Yakni, cerita tentang perjalanan ibu Ema mensuport keberhasilan karir suami dan kesuksesan anak-anak beliau. Suami Bu Ema melanjutkan studi di Nagoya, Jepang dan mendapat penghargaan yang tak sedikit selama studi. Pas aku bilang gini "masyaAllah, gimana sih Bu tipsnya bisa menjadi wanita penghebat bagi suami dan anak-anak?. Inih jawaban lugas Bu Ema.

"Kalau kata suami, saya itu kopinya kopi bismillah, masakannya masakan bismillah, dan memang rasanya beda bahkan tidak terkalahkan oleh masakan restoran manapun"
Ya Rabb...aku langsung ucapkan tahmid.
"Terus Bu?" Tanya ku lagi.
"Iya neng, saya memang selalu mengutamakan masakan buatan sendiri untuk keluarga, juga setiap masak selalu dibubuhi doa".
"Saya juga agak 'keras' dalam mendidik anak agar lebih taat pada Allah"  MasyaAllah. "Anak-anak juga saya yang ajarin ngaji semua".
"Jadi ibu dapat amal jariyah ya Bu?". "Mudah-mudahan neng" balas Ibu.
(Diskusinya masih banyak banget)

Duh, saya teh langsung cemgimana gitu ya dapat tips rumah tangga dari teladannya langsung. Hikmah yang saya petik dari hari ini adalah pelajaran tentang rumah tangga, khususan tentang menjadi istri penghebat bagi suami dan anak-anak. Intinya,   saya harus belajar masak😂😂😂. Terus, masakan apapun dan olahan makanan apapun yang disajikan pake bismillah dan doa.

Akan terus belajar dan semoga Allah kuatkan.

Minggu, 08 Juli 2018

Tuan-Nona

Suatu hari, Tuan  pun mulai bersiap mendengar banyak hal dari Nona nya yang ingin menumpahkan luapan rasanya.

Nona: (cerita panjang kali lebar kali tinggi hingga jadi kisah yang bervolume)

Tuan: menyimak

Nona: (tetiba diam)

Tuan: Nona, kau suka hujan kan?

Nona: iya (dengan nada lesu)

Tuan: Entah kenapa sekarang aku benci sekali hujan.

Nona: (Jadi semakin pecah isaknya)

Tuan: aku benci hujan, jika ia harus turun dari mata indahmu (sambil menyeka air mata di pipi nona)

Nona: (Bertahmid penuh kesyukuran karena telah dititipi pada sandaran yang mendamaikan)

〰〰〰〰〰〰〰〰〰〰〰〰〰〰
Duh, jangan baper laa😂😂😂

Hamba

Sudah saatnya pergi dari semua hal yang merampas defenisi bahagia yang kau ciptakan. Jangan berkelahi dengan waktu karena ia hanya ditakdirkan untuk maju.  Akan lemah kepalan tanganmu saat kau paksakan memecahkan karang. Cobalah menikmati waktu dan biarkan karang itu kokoh pada tempatnya berpijak semula. Kau hanya perlu mencari tempat lain untuk tetap dapat menatap tenggelamnya matahari yang  telah mencabut jatah hari. Duduklah agak betah sebentar dipenghujung hilangnya cahaya kemerahan hingga menjadi jingga kelam itu sambil bertasbih memuji-Nya dengan rasa harap dan takut. Rasakanlah dengan hati yang khusyuk, ada bahagia yang mengalir dalam setiap sendi diri itu kala kau mampu mengenyahkan ketundukan pada hiruk pikuk dunia dengan kembali menjalani fitrah sebagai seorang hamba.

Kecewa

Baju bagi harapan tak sampai adalah kecewa. Tapi jikapun kau harus mengenakannya maka tak perlu sebegitunya juga. Masih terlihat pantas saat baju itu dipasangkan dengan bawahan ikhlas yang indah. Tak cukupkah hari kemaren yang terlewati untuk menjadi pembelajaran? Hayolah ! jangan sungkan untuk berlabuh di hati yang lapang. Gak malu sama kucing? hah? 

Kepada Tuan (2)


Sebagaimana gunung tak pernah meminta untuk dijadikan pasak bagi bumi. Untuknya, semua ketetapan dari titah Tuhan adalah ladang pengabdian. Aku padamu, Tuan, akan begitu. Saat ketetapan telah utuh dan takdirnya adalah kita. Itulah saatnya ladang pengabdian pada-Nya dimulai dan aku tidak lagi dititipi Tuhan oleh diriku sendiri, tapi kau akan menjadi bagian dari titipan Tuhan untukku juga sebaliknya. Kita mulai belajar makna baru akan hidup bersama bukan tentang saling memiliki tapi tentang saling dititipi. Sehingga, aku dan kau menjadi amanah satu sama lain untuk saling menjaga agar dijaga oleh-Nya. Menjaga kesetiaan untuk berkomitmen saling menguatkan dalam segala hal di kelemahan kita masing-masing. Menjaga  kesetiaan untuk berjuang saling menyempurnakan pada segenap kekurangan yang ditenggarai  oleh masing-masing kita. Menjaga hati dalam tautan iman agar setiap kondisi dapat kita interpretasikan sebagai kesempatan untuk bersyukur dan bersabar. Bahagia kita akan kita ciptakan dengan defenisi yang kita sepakati bersama. Lalu Allah selalu mejadi gardu terdepan tujuan kita dalam melangkah.

Dalam ketiadaan kita akan berjuang saling menemukan dengan cara yang baik, ditengah jeda kita belajar untuk mrawat rindu sepantasnya, disaat bersama kita akan belajar untuk setia saling mencintai tanpa karena kecuali karena-Nya. 

Tuan...semoga baik-baik selalu disana.
Selamat berjuang.
Semoga cepat sampai.
Aku, masih dalam kesetiaan doa dan harap pada-Nya.

Bila-Maka


Bila memang hidup ini melindas mu dengan keras, maka jadilah yang lunak untuk dilaluinya. Agar kamu tak hancur berkeping-keping jadinya.
Bila memang hidup ini sering berkhianat dengan harapan, maka jadilah yang jujur terhadap diri sendiri untuk mengakui bahwa kamu terlalu banyak bertoleransi dengan ketidakpenerimaan.
Bila memang hidup ini tidak membuat bahagia, maka jadilah yang sengsara. Agar kamu tahu betapa nikmatnya bersyukur.
Bila memang hidup ini tidak adil, maka jadilah yang bijak untuk tidak membanding-bandingkan diri dengan orang lain. Agar kamu sadar bahwa takaran keadilan paling pas hanya ada disisi Tuhan.
Bila memang hidup ini menjenuhkan, maka pergilah !!! pergi telusuri jalan-jalan dipinggir kota. pergi ke kerumunan  hidup orang-orang susah, pergi ke tempat-tempat hunian orang sengsara, atau pergilah menyendiri dibawah lindungan kubah masjid. Mungkin kamu lupa cara menjernihkan akal dengan sujud, atau lupa cara meminta pada Sang Pemberi, atau lupa cara untuk kembali pada Rahmat Tuhanmu yang memenuhi seisi jagad.

 

Lelah dan Tergelepar

Gradasi jingga di langit senja mulai usang, namun tidak sama halnya dengan hasrat ini. Semulai langkah asa diderapkan dalam medan capaian. Semua serentak hendak terus berjalan menyusuri jalan penyelesaian. Sampai tirai dewi malam menjulur mengelamkan warna angkasa nan tampak. Mata dan akal masih berkeliaran memangsa bacaan dan hati masih tak ingin berhenti menyeruput banyak hikmah. 

Aku....mulai lelah dan tergelepar di taman limbung.
Tapi mata masih belum sepakat dengan hati untuk melelapkan tubuh dalam rehat.
Fiuuuh !!!
Ah sudah, biar saja. saat nanti telah sampai di taman capaian barulah kau terbangun dan sadarr bahwa memang pengorbanan itu sepadan. 


Ada

Ada dari mereka yang telah merealisasikan segenap ingin yang disemogakan. Di sisi lain, ada yang masih berjuang untuk apa-apa yang mereka semogakan.  Selalu belajar agar hati dalam kontrol yang aman untuk mengendarai keadaan. Berjalanlah pada titian yang ingin dituju, fokuslah pada hal yang baik-baik. Biarkan yang lain dengan jalannya sendiri. Kita harus tetap maju sekalipun titik akhir masih belum menampakkan diri. Jangan berhenti nanti tidak sampai.

Masa Lalu


Selama belum ditemukan kendaraan yang dapat melaju melebihi kecepatan cahaya, kita  tidak pernah mampu melakukan perjalanan tuk menembus ke masa lalu. Kita hanya perlu membereskan diri dari semua yang ada dimasa silam untuk meneguhkan langkah di hari ini, kemudian menuju keesokan yang mudah-mudahan masih diizinkan untuk ditapaki. Sehebat apapun kekecewaan yang pernah ada, sepedih apapun luka yang pernah menganga, dan seberapapun keterjatuhan menerpa tetaplah melangkah maju. Jadilah seperti excitonium, meninggalkan lubang lama menuju tempat baru untuk menjadikan lubang itu sebagai muatan positif. Yah ! kita harus menjadikan apa-apa yang telah tertingggal dimasa lampau sebagai pembelajaran yang positif untuk membekali kita melompat  ke titik masa depan yang lebih baik. 

Mari, berdamai dengan diri sendiri wahai hati yang tengah belajar membaik.

Sabtu, 07 Juli 2018

Asumsi dan Komparasi

Hal yang bikin hidup itu jadi risih, kalau kita memobilisasi diri atas intervensi asumsi orang lain dan mengkonstruksi perbandingan hidup kita dengan hidup orang lain.

Saat kita melakukan sesuatu hal bukan lagi dari ketulusan naiwaitu tapi karena ingin dinilai orang. Itulah yang buat risih.
Saat kita mulai membandingkan orang lain yang dimudahkan sedang kita mesti melalui rintang dan getir untuk mencapai hal yang sama. Itulah yang buat risih.

Enyahkanlah kedua variabel yang buat hidup kita risih itu. Everything its okey, kalau kita mau menyingkirkan asumsi orang lain terhadap kita dan berhenti membandingkan hidup kita dengan  orang lain. Hey...! Kita sama-sama sedang ujian tapi soal setiap  dari kita berbeda. Jadi jangan mengisi jawaban dengan apa yang orang lain pikirkan dan jangan usil membandingkan hasil kita dengan hasil orang lain. Karena level soal yang mesti diselesaikan antara kita tak sama. Hayoolah...buat hidup ini lapang dan nyaman.

Saat

Saat hatimu terluka parah bukan karena sesiapapun tapi bisa jadi karena kamu terlalu berani jauh dari cinta Allah dan Rasul-Nya. Ayolah, hai kamu yang tengah mendidik hati untuk lebih baik jangan selancang  itu kau lari dari-Nya. Kembalilah mendekat pada-Nya. Kamu bisa  mendekat pada Allah dengan segenap kekuranganmu, kamu bisa mendekat pada Allah melalui hajat-hajatmu, dan kamu bisa banget mendekat pada Allah dengan sejagad dosa-dosa. Itulah fasilitas mendekat pada Allah yang paling syahdu.

Saat hatimu galau bukan karena pilihan atau masa depan tapi bisa jadi karena kamu sudah jarang berinteraksi dengan Al-Qur'an. Karena Allah tak pernah menitipkan kegalauan pada hati yang bersahabat dengan Al-Qur'an. Kala hati, lisan, dan tindakan itu telah  menginterpretasikan esensi al-Qur'an maka semuanya adalah keterarahan dan kedamaian bukan lagi kegalauan.

Saat hatimu tak merasakan bahagia bukan karena apapun tapi bisa jadi karena kamu lupa bagaimana cara bersyukur. Sungguh segala fitur-fitur kehidupan yang telah Allah berikan berupa akal, tubuh yang sehat,  keluarga, tempat tinggal, pendidikan, pekerjaan, dan banyak lainnya adalah karunia yang mestinya kamu bisa merasakan hidup ini enaknya pake banget. Kesyukuran lah yang buat kamu menterjemahkan hidup ini  sebagai ruang yang nyaman dan enak. Kesyukuran lah yang bakal buat bahagia berjalan cantik menuju mu. Bahkan semakin pandai kamu bersyukur kian bersegera kebahagiaan itu menuju mu.

Kapan Nikah?

Udah, gak perlu sensi gitu kalau dapat pertanyaan 'kapan nikah?'. Atau dapat bully genit dari temen, saudara, atau orang yang baru kita kenal. Sebenarnya mereka hanya ingin tahu update signifikan dari kita. Bahwa update semacam status adalah momen yang bagi mereka urgentif untuk dilacak. Jadi, Santai aja la😂....

Jumat, 06 Juli 2018

Kenikmatan

Kenikmatan dunia akan diberikan cuma-cuma kepada siapapun yang Allah kehendaki. Tapi kenikmatan iman hanya diberikan kepada hamba-Nya yang terpilih. Iman itulah yang akan membawanya pada kenikmatan agung di yaumul akhir. Iman yang membuat seseorang bertahan dalam sabar dan pandai bersyukur pada segala kondisi.

Daripada itu, jika kita ingin meminta maka mintalah kenikmatan iman bukan kenikmatan dunia. Sebab nikmat dunia ini hanya 1% dan 99% ada di Syurga.

Aphelion-Perihelion

kondisi saat ini berada pada titik aphelion yang pada waktunya menuju titik perihelion. Jadi tolong, jaga kesehatan, jaga hati, dan jangan lupa jaga iman. Sabar titik perihelion akan datang pada saatnya.

Kamis, 05 Juli 2018

Cukup

Cukup Allah...
Siapapun yang mendekati Allah, maka Allah takkan pernah meninggalkannya.
Cukup al-Alquran...
Siapapun yang menghiasi hati  dengan al-Qur'an maka hati itu tidak  merasakan apapun kecuali kedamaian.

Dengan kecukupan itu, semoga diri  kian peka mendeteksi hidayah, semakin lapang menerima ketetapan, semakin berani mengakui kesalahan dan bertambah utuh keyakinan pada-Nya.

Dengan keyakinan utuh itu, semoga disaat lemah yakin Allah Maha kuat, disaat berdoa yakin Allah Maha Mengabulkan, disaat sakit yakin Allah Maha Menyembuhkan, disaat tersesat yakin Allah Maha Pemberi Petunjuk, disaat susah yakin Allah Maha Melapangkan, disaat miskin yakin Allah Maha Kaya, disaat salah yakin Allah Maha pemaaf, disaat berdosa yakin Allah Maha Pengampun.

Gemintang

Apa kau pernah melihat ketiadaan?
Malam ini aku tengah memandang ketiadaan. Langit malam dengan gemintang yang katanya indah adalah sebuah citra ketiadaan.
Apa kau percaya?
Aku percaya hal itu seperti aku percaya tentang kamu. Bahwa gemintang yang kini ku cermati hanya sisa sinar dari ribuan tahun cahaya dulu. Kerlipannya hanyalah citra ketiadaan. Tampak tapi saat ini tak ada, atau mungkin dimasa kini bintang itu telah mati.
Lalu kamu?
Sebuah ketiadaan yang tampak ada di mata hatiku. Entah akan benar ada atau tidak, aku ingin tidak peduli dulu sementara waktu. Karena cukup dengan sebuah keyakinan bahwa yang terbaik selalu membutuhkan jeda agar menjadi indah. Seperti gemintang itu....cukup lama ia harus bisa tampak dengan  menempuh ribuan tahun cahaya.

Rabu, 04 Juli 2018

Lari dari Masalah

Pernah  kita berada dalam suatu persoalan hidup?. Semua terasa sangat menghimpit. Kita  merasa tak kuasa untuk menyelesaikannya. Lalu dengan kerdilnya jiwa memutuskan untuk lari dari  masalah. Padahal, sampai kapanpun kita tak akan pernah bisa lari dari masalah, kecuali lari kepada Allah. Kita bisa datang pada Allah untuk menolong kita menyelesaikannya. Maka, kita mulai mengerti kalau kita selalu butuh Allah dan tak bisa jauh dari-Nya. Hasbiyallah (cukuplah bagiku Allah) ucapkanlah itu dengan rasa terdalam. Cukup Allah tempat kita lari dari  masalah, cukup Allah ruang kita untuk mengadu keluh kesah. Karena masalah  itu Allah yang memberikan bukan untuk kita yang menyelesaikannya melainkan agar kita memohon pertolongan pada-Nya. Mintalah pertolongan dengan sabar dan shalat. Sebab itulah sebaik-baik penolong.

Jodoh-Maut

Jodoh akan menjemputmu sebagaimana kematian selalu setia untuk menemuimu. Dapatkah hati bisa menyeimbangkan rasa kala akan dijemput jodoh atau akan ditemui maut. Sekiranya, dua hal itu sama-sama menjadi kepastian bagi setiap hamba. Kita selalu menggebu-gebu membahas persiapan kedatangan jodoh tapi sudahkah sehebat itu pula ikhtiar kita dalam mempersiapkan pertemuan dengan maut. Duh...

Sendiri

Ada hal yang harus kita pahami bahwa mempermasalahkan kesendirian itulah masalah. Padahal tidak ada masalah kan bila kita masih sendiri.
Apa yang salah saat Tuhan masih menakdirkan kita untuk tetap sendiri? Tidak ada...!Kita saja yang usil terhadap diri sendiri dan mempersulit diri dengan pikiran yang rumit dan memenjarakan diri dalam penilaian orang lain.
Banyak waktu efektif yang dapat kita kelola menjadi sesuatu yang bermanfaat saat kita sendiri. Banyak kesibukan yang dapat menjadikan kita aktual dalam banyak hal saat sendiri. Terlebih kita masih diberi kesempatan waktu yang banyak untuk birrul walidain. Sungguh, itu hal yang sulit dilakukan saat amanah baru untuk hidup berdampingan telah tiba.

Ibu

Aku tahu, dalam sekujur doanya selalu ada aku.
Dengan lirih nan khusyuk ia meminta pada Ilahi Rabbi agar aku selalu dalam keimanan yang semakin baik, agar aku menjadi penghafal dan pengamal Qur'an, agar aku menjadi hamba yang mencintai  dan dicintai Allah, agar menjadi seseorang yang bermanfaat, diberi kelancaran pada semua aktifitas, ditunjukkan jalan yang lurus, diwujudkan semua harapan-harapan baikku, disampaikan pada segala asa yang ingin kuraih, daaan dipertemukan dengan lelaki yang sholih dan setia. Seseorang yang kelak akan menjagaku sebagaiman ayah menjagaku, seseorang yang kelak akan membimbingku menjadi lebih taat, dan membawaku dengan genggamannya kepada ridhoNya dan Syurga Firdaus.

Bagiku, semua pinta tulusnya pada Tuhan adalah cinta dan kasih yang takkan pernah bisa aku balas. Juga, saat doa-doa itu telah diijabah akupun mulai takut. Karena aku tak dapat lagi terus bersamanya, tak bisa selalu menemaninya, dan tak bisa selalu ada dalam setiap kebutuhannya. Kadang, berat bagi seorang perempuan untuk melepaskan masa kesendiriannya bukan karena ia tidak siap menerima amanah baru. Tapi karena ia sangat pilu untuk pergi dari seorang ibu yang selama ini bersamanya. Aku sangat merasakan ini. Tapi, ibu memanglah makhluk yang telah dianugerahi Tuhan kelembutan dan kasih sayang yang lebih. Dengan itu, ia menjadi sosok yang kuat dan tegar. Saat ibu bilang "Nak, menikahlah ! Setelah menikah kewajiban baktimu bukan lagi pada orang tua melainkan pada suami mu. Bila kau taat padanya dan menjadikannya ridho padamu atas pengabdianmu padanya maka itulah kemudahan jalan menuju Syurga bagi orang tuamu". Sungguh aku renyuh sekali dengan kalimat ini.

Masa Lalu

Sekiranya  membuka kotak masa lalu membuat langkahmu terasa berat tuk menjemput kebahagian, maka janganlah dibuka dulu. Cobalah bersahabat dengan hatimu yang dulu dengan meletakkan kotak itu dijantung keikhlasan. Sangat lelah bermain dengan kenangan, bukan?. Lantas hatimu butuh rehat dari semua kepenatannya. Cukuplah saat ini, berdiam dalam kontemplasi dan berdiskusilah dengan hati, nalar, dan iman. Kamu akan temukan keinsyafan diri atas banyak hal yang telah terlewati. Selepas kamu berhasil membebaskan yang hati yang baru. Jagalah ia dengan pandai dan baik. Jangan biarkan ia kembali terluka. Ada rumah yang teduh untuk menaungi hati itu. Kamu hanya cukup bertahan dalam kesabaran yang cantik untuk dibawa padanya oleh-Nya dan dengan cara-Nya.

Mengubur masa lalu kadang tak hanya soal waktu. Tapi perkara hati yang telah siap membiarkan kenangan itu tersimpan dalam hikmah. Lantas, dalam hikmah itulah tersimpan banyak kebaikan yang dapat dijadikan kekuatan untuk mengizinkan diri lepas dari kekangan  apa yang pernah terlewati.

Pranikah, Membelajarkan diri Menjadi yang Diidamkan (4)

Ladang pahala setelah menikah itu bukan hanya saat kita berhias dan melayani suami. Bukan sebatas menunaikan tugas sebagai istri dan mengurus rumah. Tapi bersabar atas kekurangan yang dimiliki pasangan juga bagian dari ladang pahala. Karena ada keberkahan dalam setiap kekurangan bila kita menerima dengan ketulusan mengharap ridho Allah. Kemudian saling memperbaiki satu sama lain. Disanalah letak ibadah hati bagi pasangan suami-istri. Selalu ingat bahwa pernikahan adalah ibadah yang paling lama untuk dijalani. Semoga Allah kuatkan !

Selasa, 03 Juli 2018

Tawakal

Terkadang hati kita sering tak seiya dengan lisan. Kala lisan berucap "apa yang disisi Allah lebih baik, maka cukuplah bagiku Allah". Tapi hati masih ragu untuk menjalani. Sehingga kita belum mampu berserah dengan tawakal yang baik.  Padahal jika kita bersedia berserah sepenuh hati pada-Nya tanpa ada celah ragu sebesar quark sekalipun, maka kita akan menemukan keajaiban-keajaiban yang tak terduga oleh logika. Lagi-lagi ini soal keyakinan (iman). Semakin kita yakin semakin mudah kita tawakal pada-Nya.

Bukan

Bukan tentang seberapa sering kau terjatuh, tapi perihal seberapa kuat kau untuk bangkit kembali. Ada keyakinan utuh dalam diri bahwa kau tengah ditempa menjadi sosok yang lebih kuat.

Bukan tentang seberapa sering kau gagal, tapi perihal seberapa banyak hikmah yang dapat kau kumpulkan dari segenap kegagalan itu. Sebab kau masih percaya bahwa keberhasilan yang cemerlang adalah terjemahan dari kegagalan yang sempat terjadi.

Bukan tentang seberapa jauh kau pergi dari-Nya tapi tentang seberapa hebat kau berjuang untuk kembali dicintai oleh-Nya. Sebaik-baik hamba adalah ia yang mengaku salah dan berjuang untuk tidak kembali pada kesalahannya, kemudian melakukan perbaikan diri yang Allah sukai.

Tetaplah berprasangka baik pada-Nya. Ada sesuatu hal yang kau kira menyebalkan itu merupakan penjagaan Tuhan padamu agar kau menjadi seorang pemenang bukan pecundang. Tersenyumlah hai hati yang tengah belajar membaik. Allah itu Maha Baik, bukan?

Kepada Tuan

Tuan, sulit bagi kita untuk jatuh cinta setiap hari nantinya.  Kala ujian mulai membelai hati dan membawanya  pada hasrat jenuh. Tapi tetaplah tenang karena kita selalu bisa bersabar dan bersyukur kapanpun  sekehendaknya kita.  Bolehkah  kelak, kita selalu belajar untuk dua hal itu?.  Pembelajaran yang sulit tentunya, kecuali Allah mudahkan dengan karunia taufik-Nya.

Karena tidak ada pasangan yang sempurna. Tidak semua yang ada pada kita masing-masing  menjadi sesuatu yang asyik. Tapi saling menerima sekiranya lebih menghangatkan kebersamaan. Sehingga selalu menjadi lumbung pahala baik dalam manis dan getir, hujan badai, kita beriringan bersama saling menguatkan.

Tuan, memang jodoh itu bukan tentang beruntung saling mendapatkan namun perihal bersyukur saling dititipi. Tersebab ibadah pula lah kita saling dititipi. Bila yang menjadi poros kebersamaan kita adalah ibadah seyogyanya semua adalah hal yang indah-indah karena membuat kita lebih dekat ke Allah.

Sebab Waktu

Tersebab waktu atau entahlah, satu persatu dari orang-orang terdekat kita mulai terasa berjarak. Mungkin kesibukan menyita banyak perhatian kita masing-masing, mungkin  tanggung jawab dan  amanah mulai berlipat-lipat, mungkin karena prinsip, mungkin kita sudah lupa bagaimana cara untuk memulai tawa bersama, atau mungkin kita tak lagi diikat oleh buhul iman sehingga semua menjadi sangat gersang. Entahlah....Saat silaturahim tak mampu menguatkan takwa, saat perbincangan tak lagi tentang kontribusi dan karya,  kala diskusi hanya berkutat seputar kepentingan dunia, dan kisah-kisah perjuangan Rasulullah saw serta  heroik para Sahabat seakan tertelan bumi dari obrolan kita.   Hal yang sedemikian tak pernah terlintas di pikiran kita, dulunya. Bahwa waktu telah mengubah banyak hal dari kita hingga hangatnya kebersamaan kian terasa beku.

Kepada hati yang tengah belajar membaik itu, tenanglah. Jika waktu yang membuat kita merasa kondisi saat ini sangat rumit untuk dipahami, maka biarkanlah pula waktu yang akan mengajarkan kita untuk menyederhanakan kerumitan itu. Ada waktunya nanti, kita jadi tahu ternyata kita tidak pernah bisa memaksa hati untuk saling terpaut, kita tidak punya kuasa untuk meminta siapapun tetap tinggal dalam hidup kita, kita tidak memiliki hak untuk menetapkan mereka agar selalu  ada dan menemani  kita, dan kita tidak boleh berharap banyak pada manusia.

Tetap langitkan doa-doa terbaik. Dulu, kita dibersamakan sebab kebaikan dan aktivitas yang membawa kita menjadi semakin baik.
Tetap berupaya menyapa dengan santun.
Dulu, kita dibersamakan dalam nuansa saling nasihat dan menasihati untuk lebih dekat pada Allah.
Tetap berbekal dengan sebaik-baiknya dan sebaik-baik bekal adalah takwa.
Dulu, kita pernah bertekad bahwa kita akan berjuang untuk saling menguatkan takwa.
Ah....dulu, banyak hal yang kita rindukan tentang apa yang ada di hari dulu itu,kan?
Bolehkah kini kita kembali mengukirnya  agar tetap menjadi hal yang kita rindukan di hari nanti?

Hati-Logika-Iman

Kepada hati yang tengah belajar membaik. Kepada logika yang tengah belajar  semakin cerdas. Aku ingin kau semakin tegar hai hati. Kuat untuk bersahabat dengan logika. Aku tahu, betapa sulit bagi kau ,logika, untuk berteman pada dia ,hati, yang suka menye-menye itu. Sebab kau bekerja sistematis dalam kendali intelektual dan dia telah lama hidup di alam nurani. Maka aku mohon bersahabat lah kalian dengan persahabatan nan indah, agar aku tak lelah.  Perkelahian kalian menghancurkan titik fokus ku dan menghambat langkahku untuk maju menuju hidup yang layak.

Tapi, adakalanya....
Saat hati berkata 'rindu' dan logika berucap 'tanyakan padanya, apa kabar?'. Kalian menjadi terlihat seirama untuk maju. Licik !!! Aku benci momen begini. Kemarilah, aku telah datangkan sahabat lamaku yang jarang aku kunjungi, ia adalah Iman. Sekiranya, saat hati dan logika bersesekongkol untuk menjerumuskan. Iman akan melindungiku dengan berbisik 'Sabarlah, simpan semua rasa dan ingin mu dalam doa'. Maka, kini Aku sepakat untuk memerintahkan kalian, hati dan logika, untuk tunduk padanya, iman. Selamanya !!!

Menunggulah

Menunggu lah dengan kesabaran yang cantik. Selaras dengan waktu tunggu akan ada seseorang yang tengah menujumu dengan cara yang baik. Bersabarlah untuk menjadi lebih baik karena-Nya. Nanti yang terbaik akan Allah hadiahkan atas kesabaran itu.

Menunggu lah dengan kesyukuran yang ranum. Kala itu pula akan ada seseorang yang tengah menujumu untuk menjadi ladang kesyukuranmu nan paripurna kepada Ilahi Rabbi.

Menunggu lah dengan ketaatan yang hebat. Disaat yang sama akan ada seseorang yang tengah menujumu untuk menyempurnakan ketataannya pada Allah.

Tetaplah menunggu, Nona. . .
InsyaAllah 'dia' akan menjemputmu.
Bersabarlah, bersyukurlah, dan tetaplah taat.

Senin, 02 Juli 2018

Manusia-Mukmin

Selalu ada kisah kesabaran dan keteguhan dalam menempa ikhtiar. Kedewasaan akan terpatri dari lika-liku perjalanan yang ditempuh. Jika ada perih yang membuatmu tak dapat membendung tangis, menangislah. Tetaplah menjadi manusia, menangislah karena kita memang tengah menjalani hidup. Namun, bertahan menjadi manusia saja tidak cukup membuat kita kuat. Melainkan kita harus menjadi manusia yang yakin (mukmin). Yakin bahwa pertolongan Allah lebih dekat, yakin bahwa Allah memberikan ujian yang hanya sedikit dan kekuatan untuk melewatinya lebih hebat, yakin bahwa dalam 1 kesulitan terbuka 2 pintu kemudahan, dan yakin bahwa Allah Maha Baik pada hamba-Nya jadi gak mungkin mendzalimi kita.

Berbaik Sangka

Adakalanya kita melihat atau mendengar aib tentang saudara kita, tolong jangan dengan mudah menjudge seseorang dengan informasi yang terbatas. Carilah alasan untuk tidak berburuk sangka padanya. Sebab kita tidak tahu atas dasar apa dia melakukannya dan bisa jadi dia punya alasan yang kita bahkan banyak orang lain tidak mengerti. Kelak yang akan ditanya saat hari perhitungan bukan tentang prasangka kita pada diri sendiri melainkan prasangka kita terhadap orang lain.

Belajar  mendidik hati dan mengendalikan mental untuk tidak menjadi hakim bagi orang lain itu butuh latihan. Jika ada seseorang yang kita dapati celah kekurangannya belajarlah untuk membuat 1001 alasan untuk berbaik sangka. Sungguh, jika bukan karena Allah menutupi kekurangan-kekurangan kita maka hancurlah hidup ini. Lagi pula manusia itu berada pada poros dinamika perubahan. Setiap orang memiliki potensi untuk berbenah menjadi lebih baik, bukan?. Jadi apa urusannya dengan kita menghakimi orang lain, apalagi mereka adalah saudara kita bahkan saudara seiman. Menahan diri untuk tidak berburuk sangka lebih Allah cintai daripada tergesa-gesa menilai orang lain dengan prasangka licik. Jadilah hamba yang mencinta dan dicinta Allah, Nona.

Waktu

Terkadang, waktu itu mengikuti alur emosi. waktu akan terasa lama saat kita menunggu dan terasa singkat saat kita beraktifitas. Waktu sangat kejam saat kita sedih dan sangat baik saat kita bahagia. waktu terasa membosankan saat kita tidak punya kegiatan dan terasa sangat bermakna saat kita mengisinya dengan karya.

Semoga kita mampu menghargai hari ini. Karena ia akan menjadi waktu yang paling dirindukan kelak dan waktu yang akan dibanggakan di masa tua nanti.

Ikhtiar

Layaknya absisi, akan ada waktunya nanti semua rasa penasaran kita atas jawaban dari ikhtiar itu akan  lepas dengan sendirinya seiring bertumbuhnya pemahaman akan ketetapan terbaik. Boleh saja berusaha keras untuk mencapai keinginan. Namun, jangan sampai menuhankan usaha dan mendikte Tuhan untuk pengambulan pinta.

"Silahkan anda melakukan sebab (ikhtiar/usaha) apapun yang terbaik. Tetapi kosongkan hatimu selalu dari sebab agar selalu terarah kepada Allah"
-Ibnu Qoyyim al-Jauzi-

Ungkapan ini  sekiranya  telah menjadi prinsip empiris, bahwa kita hanya diminta untuk melakukan yang terbaik. Selanjutnya, Tuhan lah yang berhak menentukan hasil terbaik selaras dengan yang kita butuhkan bukan sekedar yang diinginkan.

Bersyukur masih bisa terus belajar untuk mengasah jiwa agar kian tajam kebijaksanaannya. Sehingga dapat memangkas rapi kejahilan diri dalam memutuskan mana yang harus dilakukan dan mana yang mesti diupayakan. Sehingga diripun bisa bergerak layaknya mesin analitis mutakhir pada sekelumit persoalan hidup. Kemudian ketundukan nalar dan ego pada  iman mensintesis hikmah-hikmah nan terlerai itu.

Kita juga menjadi lebih menerima akan penundaan atau tak terkabulnya harapan. Karena kita tahu, hidup di dunia ini hanyalah kesementaraan. Dengan keyakinan bahwa hidup hanyalah kesementaraan menghadirkan makna indah bagi hati untuk lebih menerima ketetapan. Bahwa tidak semua yang kita inginkan akan terwujud. lalu dengannya, kita tetap mampu bertahan. sebab kita yakin keinginan yang terbaik hanyalah apa yang ada disisi Allah, keinginan ternikmat hanyalah apa yang ada ditaman Syurga. Kemudian kita pun sadar dan lebih rendah hati. Kemudian kita lebih mampu untuk bersabar. Kemudian kita belajar untuk memperbaiki doa-doa. Sekarang pinta tak hanya kebaikan untuk hadiah di dunia, tapi kebaikan yang bisa kita terima sebagai balasan paling menyelamatkan kita di akhirat. Pada akhirnya, setiap ikhtiar yang akan diayunkan dalam perjalanan adalah langkah-langkah yang semakin mendekatkan kita pada Allah. Mendekatkan kita untuk melihat wajah-Nya di taman Syurga.
ah....itu aduhai !