Senin, 05 Desember 2016

Menikmati Sakit

Sambil ngunyah pisang perlahan dimulut, sembari mengurus lendir-lendir genit di hidung, dan lagi  mikir bagaimana cara menulis dengan pas tentang apa yang tengah saya alami sekarang dan beberapa hari lalu.

Aha ! , dah dapet ide ^_^

Saat kita belum bisa juga mensyukuri nikmatnya menghirup udara, maka Allah Yang Maha Penyayang pun selalu punya cara tersendiri agar kita menyadari bahwa udara yang selama ini keluar masuk dengan seenaknya itu bukanlah sistem yang sederhana. Lantas kita benar-benar tidak adalah alasan selain mensyukuri dengan penuh rasa terima kasih sebagai hamba pada Allah, Rabb yang selalu memberi karunia kita untuk  dapat bernafas. Setelah terjadi penyumbatan dibagian hidung akibat flu selama 3 hari belakangan, kembali mengetuk kesadaran saya yang selama ini terlalu banyak pinta sehingga lupa mensyukuri nikmat besar yang telah ada. Astaghfirullah....

Betapa tersiksanya saat bernafas hanya bisa lewat mulut, hks...hks....Ampun ya Allah, ampun,,,,,,benar-benar taubat ya Allah. Gitu saya sambil nangis merintih karena gak bisa tidur atas flu yang menjangkit akut. Ditambah suhu tubuh yang mulai menduduki level tertinggi serta sendi-sendi yang bergemeretak sebab suhu sekitar yang beda kontas dengan suhu tubuh. Kepala pun mengambil peran dengan pusing otomatis bersama  nyut-nyut yang entah dibagian mana posisinya, lidah menjadi hilang rasa dan....fiuuhhh ternyata hayati demam bang  [T.T]

Kita tak pernah tahu nikmatnya bernafas jika belum diingatkan dengan hidung yang bermasalah, kita jarang menyadari nikmatnya tubuh yang mampu beraktifitas jika belum diberi demam. Terkadang, sakit itu menjadikan kita lebih mengenal hakikat syukur dan tahu bagaimana rasanya bersabar.

Disisi lain, momen-momen menggenaskan begini saya jadi ingat rumah (derita anak perantauan). Mau pulang itu hal yang  rada-rada mustahil, selain terkait ongkos yang cetar juga minggu-minggu UAS yang tak lama lagi datang. Ah, sudahlah....gumam saya menegar-negarkan diri, dengan begini Allah membuat saya lebih menggantungkan diri hanya pada pertolongan-Nya. Pasti Allah sayang benar pada saya makanya dosa-dosanya mau  digugurkan dengan sakit ini, kembali saya mencari-cari sugesti biar gak nangis. *pedih kawan [T.T]

Dengan sakit ini saya jadi banyak mohon ampun, karena dosa-dosa yang tak terurus lagi banyaknya. Hks-hks...lebih lagi dosa atas jarangnya mensyukuri sehat yang sekian lama Allah karuniakan. Astaghfirullah....

Saya terus mencoba mencari cara agar sakit ini tidak sampai melontarkan keluh kesah, sebab keluh kesah tak pernah menyelesaikan masalah malah menimbulkan masalah baru yakni naik asam lambung, haha. Maka mengingat pesan-pesan Allah dalam Firman-Nya lebih menentramkan untuk menikmati rasa sakit ini. Sakit itu pasti, tapi mengeluh itu pilihan bukan? Jika bersabar lebih mendatangkan pahala, kebaikan, dan derajat mulia di sisi Allah maka tak ada ruang untuk mengeluh.

"Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar" (Q.S .al-Baqarah: 155)

Sakit-sehat tak lebih dari bola kehidupan yang terus menggelinding selama masih menjadi penghuni dunia fana ini. Kita mesti punya seni mengelolanya. Bagi saya seni terindah untuk membuat sakit dan sehat itu lebih berestetika adalah seni bersabar dan seni bersyukur. Allah selalu punya cara agar hamba-hamba-Nya itu kembali. Alhamdulillah.

Ujian berupa sakit itu nikmat dari Allah berupa hati yang mampu khusyuk dalam istighfar dan dzikrul maut. Nikmat dari Allah untuk dapat membuat diri sadar bahwa kita hanya makhluk lemah yang selalu butuh pertolongan Allah. Nikmat dari Allah berupa kasih sayang, rahmat, dan ampunan.

Nikmat lah sakit itu, Alhamdulillah. . .

*Do'akan saya ya ^_^

Maaf Belum Bisa Senang-Senang

Saya tetap berkeyakinan bahwa dunia ini belum tepat untuk dijadikan tempat bersenang-senang. Memang, saya secara pribadi tipe  yang belum bisa terlalu  mengikuti cara temen-temen menjalani kehidupan. Saya suka nolak kalau di ajak ngumpul-ngumpul, walau saya tahu sebenarnya hal itu kurang tepat  jika dipandang dalam perspektif sosial. Untuk menghadapi suasana hati yang sering dapat kecaman dari mereka  yang menyatakan bahwa  saya adalah orang yang  kurang bersosialisasi maka saya terus memohon petunjuk dam pertolongan Allah  bahwa apa yang dilakukan ini bukan karena saya tidak ingin bersenang-senang dengan temen-temen, tapi saya takut jika saya terlalu banyak merayakan kesenangan di dunia ini akan mengurangi kesenangan abadi yang akan saya dapatkan di yaumul akhir.

"Sesungguhnya penghuni surga pada hari itu bersenang-senang dalam kesibukan (mereka)."( Q.S Yasim:55)

Sudahlah, hidup ini telalu menyesangsarakan jika mengikuti penilaian manusia. Seti kita punya peran masing-masing dalam mendistribusikan manfaat diri. Bisa jadi peran saya bukan disana tapi di tempat lain (cukup saya yang mengerti dan Allah yang lbih memahami)

Maaf temen-temen belum bisa ikut senang-senang. Karena saya ingin bersenang-senang kelak, dalam kesenangan yang diridhoi Allah.

Jumat, 25 November 2016

Mengais Ketenangan

Ketenangan itu dari dari Allah dan Allah yang mengizinkan kita untuk memilikinya jika kita banyak mengingat Allah. Semakin banyak mengingat Allah semakin ketenangan itu meliputi hari-hari kita. Kian banyak maksiat, makin jauh dari Allah, makin sedikit intensitas mengingat Allah pasti hidupnya tidak tenang sekalipun hidupnya bergelimpangan harta dan kenikmatan dunia.

Orang-orang yang banyak mengingat Allah mirip banget dengan orang yang tawadhu' dan orang yang sedikit mengingat Allah kembarannya orang yang sombong.

Jikalau semua orang merasa bahagia bersama dunia, maka jadilah  orang yang merasa bahagia bersama ALLAH (Pemilik dunia).

Kembali Menulis

Setelah sekian lama melakukan hibernasi, mengumpul puing-puing  energi dalam muhasabah panjang, aku patut selalu bersyukur bahwa akhirnya aku dapat kembali pulih dari sekelumit luka-luka perih. Alhamdulillah....

Mengurus luka-luka itu butuh ketelatenan dan pengobatan yang tepat agar sakitnya tak telalu lama dan efek sampingnya tak terlalu berefek pada diri. Pengobatan terbaik bagi luka-luka hati itu adalah taubat nasuha dan selalu menghiasi hari dengan permohonan ampun pada-Nya. Lantas, kita tak boleh berhenti belajar untuk menjadi lebih baik setiap hari dalam kadar penilaian-Nya.

Luka-luka itu  membawa pada kulit kehidupan baru yang lebih segar dan memapankan  jiwa. Tak tahu mengapa begitu rumitnya bagi seorang wanita untuk dapat melaju dalam kehalusan  perasaannya. Walau, ada sebagian dari wanita itu melakukan kamuflase agar ia terlihat selalu tegar dan kuat dalam kerapuhan hati yang menjadi fitrahnya. Namun, terlepas dari itu semua aku benar-benar bersyukur dan tak ingin berhenti bersyukur atas Maha Dahsyatnya skenario dari Allah yang tertera untuk namaku, jalan hidup yang kupilih atas persetujuan-Nya.

Sekarang aku bisa menulis lagi, bersama hati yang seringan gulali dan harapan indah dan terarah untuk menjadi yang bercahaya dan mencahayai masa depan. Lebih segar dan lebih mencetar pada dimensi pencarian ridho Ilahi nan Maha Tinggi.

Jangan lupa untuk  selalu bahagia dan jangan lupa untuk  selalu optimis !

Hari-hari akan selalu indah dan megah dengan hiasan kesabaran dan kesyukuran. Lalu,  nikmati setiap momen sulitnya dengan tawakal total tanpa sangkal. Allah selalu menyertai langkah-langkah mu menuju-Nya....

Kamis, 24 November 2016

Rizki dari Pintu Mana Saja

Bismillah....

Nulis aaaahh....^_^

Pagi ini, MasyaAllahu walhamdulillah....dah tu aja lah. Hihi
Terima Kasih ya Rabb untuk pagi ini ^_^

Bingung mau menyampaikannya bagaimana, kalau Allah Yang Maha Baik itu sesuatu banget la romantisnya. Aku meleleh tapi tak mencair, oleh-Nya.  ya Rabb semoga bisa selalu menjadi hamba-Mu ahli syukur, ahli takwa, dan ahli tawakal.

Gini ya cerita, aduh semoga jadi kebaikan yang menular ya, semoga tak terbersit niat selain mencari keridhoan Allah, termasuk nulis ini. Amin

Malam tadi ada aa' lagi menjajakan dagangannya, satu-satu tuh didatengin. Tiba pula lah si  aa' dengan jurus enterpreneurnya menawarkan kripik pisang beragam rasanya padaku . Aku mah gak minat sama makanan tersebut , jadi dengan halus ditolak tawarannya (maaf ya 'aa). Jadi ceritanya nih aku gak beli. Di cerita lainnya, Ada hal yang membuat aku gak bisa berpaling memperhatikan penjual keripik itu. Satu hal yang sering disebut orang sebagai "optimisme dalam menjemput takdir terbaik". Keren banget 'aa nyaaaaaaa, *aku fans baru kamu lo aa', tratakdengcess*. Coba deh, dari hampir 50 orang lebih yang lalu lalang pulang kajian Ma'rifatullah  di  DT gak satupun yang mau  beli dagangannya * hks hks, klo aku dah guling-guling aja dijalan haha*  Tapi si 'aa tetep kekeuh menjajakan dan menyambar satu persatu jama'ah yang keluar dari pintu mesjid. Gak pake malu dan gak pake capek tuh mukanya.

Nah, apa hubungannya dengan kegembiraanku di pagi ini? Lanjuut...

Next, setelah menelaah lebih lanjut upaya 'aa tersebut maka limbik seorang perempuan mulai memainkan peran. Aku menyerah aaa' ya udah aku beli deh satu. Jreeeengg....! 'akhirnya ada yang membeli juga' (insting ku si aa' bilang gitu dalam hati, *ya kaleee). Langsung ku samperin si 'aa yang dari tadi ngelirik aku *gr beud ih*. Terus aku  suguhkan uang sesuai harga kripik itu. Akhirnya si aa' tersenyum setelah sekian lama menunggu ada yang menerimanya *eh* menerima dagangannya. ^_^

Tuh cerita harga kripik 15 reboan dan ujian hatinya aku adalah  ternyata itu stok uang terakhir di luar atm [T.T]. Sadarnya pas mau beli sarapan, mikir mau ke atm kejauhan. Ya Rabb, ampuni hamba *lirih seorang pendosa*. Ya udah deh sebab males jalan keluar kos dan kebetulan ada nasi sama sambal abc aku cukupkan aja lambung pagi ini seadanya, gumam diri menahan-nahan rasa ingin makan ayam *kriukkukuruyuuuk*, makan goyeng ayam mah maksudnya. Singkat cerita,  suapan pertama mulai memanjakan lidah dengan adukan nasi putih hangat plus saos sambal hingga beberapa suap seterusnya terdengar suara...."Ningsi kamu lagi makan ya? Nih aku ada ayam kentuky dan cireng kamu mau gak? " , kata temen sekosan. Aku langsung bergumam "Ya Rabb, betapa Maha Mendengarnya Engkau atas rintihan hati yang ingin makan goreng ayam pagi-pagi"  *tersungkur haru hatiku sambil menelan syukur sebanyak yang dapat diraup*...! Nah, Tanpa ba bo bu bubu  lagi langsung accept dah. Hahaha...
Alhamdulillah, terbukti rizki Allah Yang Maha Kaya itu datang dari pintu tak disangka-sangka. Allah pun pasti sedang lihat kalo aku lagi senyum-senyum sendiri atas keMahabaikkan-Nya pagi ini, walau hakikatnya kebaikan dari Allah tak pernah putus tercurah bagiku.

Coba, pernah gak kek gini? Tahu gak sih, hal yang sedemikan membuat diri ini harus semakin yakin bahwa Allah paling paham waktu yang tepat untuk memberikan yang kita butuhkan bukan yang kita inginkan. Kuncinya, perbanyaklah memberi dan jangan henti-henti melakukan kebaikan diatas niat tulus untuk mengejar keridhoan Allah Yang Maha Agung lagi Maha Mulia.

"Barangsiapa bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan mengadakan baginya jalan keluar. Dan memberinya rezeki dari arah yang tiada disangka-sangkanya. Dan barangsiapa yang bertawakkal kepada Allah niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan)nya. Sesungguhnya Allah melaksanakan urusan yang (dikehendaki)Nya. Sesungguhnya Allah telah mengadakan ketentuan bagi tiap-tiap sesuatu." (Q.S. ath-Tholaq:2-3)

Dalam hidup ini bawa takwa sama tawakal aja kemana-mana, udah lempeng waee mah nih jalanin hari-hari. Hikmah cerita malam tadi adalah tentang melakukan ikhtiar terbaik dalam menjemput terbaik  takdir Allah, yakin lah bahwa proses tak pernah mengkhianati takdir. Kedua, tentang sabar dalam menjali proses dan tidak mengeluh sebab keluhan tak dapat mengubah takdir yang dapat mengubah takdir hanya do'a *catet baik-baik ya*. Ketiga, Allah pasti akan balas kebaikan kita entah cepat atau lambat tapi pasti dibalas dengan sebaik balasannya dan di waktu yang paling menakjubkan *contoh waktu perut lapar trus dapat makanan barakah ^_^*. Keempat, perbanyak bersyukur sekalipun dalam sesulit kondisi karena nikmat Allah itu seluas lautan yang jika mau menyelami nikmat itu bakal kelenger dah kita. Kelima, jangan takut shadaqoh sekalipun kita dapat keadaan sulit, justru yang menjadi nilai shodaqoh kita ada sedikit tapi itulah harta satu-satunya yang tersisa.

Udah ah, mau makan lagi....Alhamdulillah

Gunakan Rasa


Ilmu rasa adalah ilmu penting, karena ilmu rasa adalah ilmu  kepekaan yang  menentukan reaksi dari hati. Rasa ditentukan oleh hati. Shalat yang lebih nikmat itu pakai rasa. Dzikir yang lebih dahsyat jika dilafazkan dari hati. Coba aja ya, ucapan salam yang dari hati akan berbeda nuansanya jika hanya sebatas lisan maka tidak akan membekas.

Termasuk menulis, jika hanya sebatas menulis tanpa menyertakan hati maka tidak akan membuat pembaca menjadi tersentuh. Karena menulisnya sekedar menyertakan akal. Latihan terus untuk menulis dari hati agar benar-benar jadi amal jariyah. Biasanya menulis yang dari hati adalah jejak-jejak amal seorang penulis. Tapi jika menulis sebatas verbalistis dan teoritis hanya kena dan singgah di ranah kognitif.

Nah, ada lagi yang penting untuk menyertakan hati yakni Ucapan terima kasih dan permohonan maaf. Bila hati melapisi lisan jelas lebih nembus  ke  hati yang mendengar, karena tidak ada embel selain mencari keridhoan Allah. Belajarlah untuk sekecil apapun kebaikan orang ucapkan terima kasih.

Menyebut nama Allah pun kalau pakai hati beda getarannya. Kita lebih baik kurangi bicara dan kalau bicara mesti dari hati. Agar yang keluar dari setiap lisan adalah untaian mutiara yang mengesankan hati.

Dua hal yang penting: berterima kasih lah atas sekecil apapun kebaikan yang telah diberikan sebagai rasa syukur dari Allah, namun jika kita berbuat baik jangan pernah harapkan kebaikan sedikitpun dari orang lain. Lalu jika kita berbuat salah segeralah minta maaf dari kedalaman hati dan jika ada orang yang berbuat salah segera maafkan tanpa sedikitpun ada bekas lagi di hati.

Majelis Pensuci Qalbu

Kajian Ma'rifatullah malam ini bersama Aa Gym di Darul Hajj, membahas asma Allah al-Hayyu (Maha Hidup)  dan al-Qoyyum (Maha Mengurusi).

Begini petikkan hikmahnya.....

Bersyukur kita diciptakan menjadi manusia bukan jadi nyamuk, coba deh kalau jadi nyamuk, riweuh banget kan ya?,  mau makan di ancam, sudah makan diancam, hidup selalu terancam. Padahal yang mau dikais adalah karunia Allah. Tapi lihat lah nyamuk gak pernah tuh mengeluh, selalu optimis walau nyamuk tahu bahwa maut  selalu mengintainya. 

Semua hidup kita ini diurus sama Allah swt, bisa bernafas, makan, minum  berpakaian, berteduh, dan semuanya hingga denyutan jantung, sistem mitrokondria, bahkan atom-atom penyusun  satu sel DNA Allah yang mengatur energi ikatnya. Bayangkan jika energi ikat itu Allah hilangkan, kita hanya lah lautan partikel yang tak berwujud. MasyaAllah.

Kita ini Allah yang mengurus dan semuanya tak terkecuali sejagad alam raya ini beserta isinya Allah yang menciptakan, memelihara, mengendalikan, dan Allah pula yang berkuasa untuk menghancurkannya.  Maka selalu minta pertolongan  pada Allah dan kembalikan semuanya pada Allah, apapun dalam kehidupan kita Allah yang memiliki, cukup berserah pada Allah, karena kita dalam genggaman Allah. Apapun itu, lapor aja sama Allah.  Pokoknya, mohon ampun selalu pada Allah dan sungguh-sungguh taubatnya.

Apa-apa yang dilihat tidak boleh jika tidak sampai mengingat Allah. Hujan turun, jangan fokus ke hujan tapi harus fokus bahwa hujan ini adalah karunia Allah. Hirup udara ingat Allah, berjalan ingat Allah karena kaki masih bisa digerakkan. Semuanya tidak tidak terlepas dari pengelolaan dan pengawasan Allah. Allah Maha Teliti dengan apa yang kita kerjakan.

Ingat ya...! Dengan kesulitan, Allah menjadikan kita lebih dekat dengan-Nya. Kita tuh suka lupa sama Allah, dan memang begitu tabiat manusia maka wajar-wajar saja jika Allah sayang dengan hamba itu maka Allah panggil kembali dengan ujian dari-Nya karena Allah ingin hamba itu derajatnya naik dan dosa-dosanya digugurkan serta diganti dengan kebaikan.

Terkait problematika yang tengah dihadapi bangsa ini harus membuat kita semakin menjadi lebih baik. Sikap-sikap yang membuat kita makin dewasa adalah  saat kita mampu manajemen masalah  dengan semangat saudara, semangat solusi, dan semangat sukses bersama.  Bangsa ini akan menjadi bangsa hebat jika akhlak bangsa ini adalah al-Qur'an. Karena al-Qur'an membawa kita pada kemuliaan akhlak. Dengan inilah pulalah Allah menurunkan rahmat-Nya.

Kita harus banyak belajar dan coba praktekkan dalam kehidupan kita, kurangi bicara yang tidak manfaat, perbanyak dzikir. Jadilah makhluk halus. Halus hatinya, halus tutur katanya, dan halus budi pukertinya.

Allahu Akbar !