Sambil ngunyah pisang perlahan dimulut, sembari mengurus lendir-lendir genit di hidung, dan lagi mikir bagaimana cara menulis dengan pas tentang apa yang tengah saya alami sekarang dan beberapa hari lalu.
Aha ! , dah dapet ide ^_^
Saat kita belum bisa juga mensyukuri nikmatnya menghirup udara, maka Allah Yang Maha Penyayang pun selalu punya cara tersendiri agar kita menyadari bahwa udara yang selama ini keluar masuk dengan seenaknya itu bukanlah sistem yang sederhana. Lantas kita benar-benar tidak adalah alasan selain mensyukuri dengan penuh rasa terima kasih sebagai hamba pada Allah, Rabb yang selalu memberi karunia kita untuk dapat bernafas. Setelah terjadi penyumbatan dibagian hidung akibat flu selama 3 hari belakangan, kembali mengetuk kesadaran saya yang selama ini terlalu banyak pinta sehingga lupa mensyukuri nikmat besar yang telah ada. Astaghfirullah....
Betapa tersiksanya saat bernafas hanya bisa lewat mulut, hks...hks....Ampun ya Allah, ampun,,,,,,benar-benar taubat ya Allah. Gitu saya sambil nangis merintih karena gak bisa tidur atas flu yang menjangkit akut. Ditambah suhu tubuh yang mulai menduduki level tertinggi serta sendi-sendi yang bergemeretak sebab suhu sekitar yang beda kontas dengan suhu tubuh. Kepala pun mengambil peran dengan pusing otomatis bersama nyut-nyut yang entah dibagian mana posisinya, lidah menjadi hilang rasa dan....fiuuhhh ternyata hayati demam bang [T.T]
Kita tak pernah tahu nikmatnya bernafas jika belum diingatkan dengan hidung yang bermasalah, kita jarang menyadari nikmatnya tubuh yang mampu beraktifitas jika belum diberi demam. Terkadang, sakit itu menjadikan kita lebih mengenal hakikat syukur dan tahu bagaimana rasanya bersabar.
Disisi lain, momen-momen menggenaskan begini saya jadi ingat rumah (derita anak perantauan). Mau pulang itu hal yang rada-rada mustahil, selain terkait ongkos yang cetar juga minggu-minggu UAS yang tak lama lagi datang. Ah, sudahlah....gumam saya menegar-negarkan diri, dengan begini Allah membuat saya lebih menggantungkan diri hanya pada pertolongan-Nya. Pasti Allah sayang benar pada saya makanya dosa-dosanya mau digugurkan dengan sakit ini, kembali saya mencari-cari sugesti biar gak nangis. *pedih kawan [T.T]
Dengan sakit ini saya jadi banyak mohon ampun, karena dosa-dosa yang tak terurus lagi banyaknya. Hks-hks...lebih lagi dosa atas jarangnya mensyukuri sehat yang sekian lama Allah karuniakan. Astaghfirullah....
Saya terus mencoba mencari cara agar sakit ini tidak sampai melontarkan keluh kesah, sebab keluh kesah tak pernah menyelesaikan masalah malah menimbulkan masalah baru yakni naik asam lambung, haha. Maka mengingat pesan-pesan Allah dalam Firman-Nya lebih menentramkan untuk menikmati rasa sakit ini. Sakit itu pasti, tapi mengeluh itu pilihan bukan? Jika bersabar lebih mendatangkan pahala, kebaikan, dan derajat mulia di sisi Allah maka tak ada ruang untuk mengeluh.
"Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar" (Q.S .al-Baqarah: 155)
Sakit-sehat tak lebih dari bola kehidupan yang terus menggelinding selama masih menjadi penghuni dunia fana ini. Kita mesti punya seni mengelolanya. Bagi saya seni terindah untuk membuat sakit dan sehat itu lebih berestetika adalah seni bersabar dan seni bersyukur. Allah selalu punya cara agar hamba-hamba-Nya itu kembali. Alhamdulillah.
Ujian berupa sakit itu nikmat dari Allah berupa hati yang mampu khusyuk dalam istighfar dan dzikrul maut. Nikmat dari Allah untuk dapat membuat diri sadar bahwa kita hanya makhluk lemah yang selalu butuh pertolongan Allah. Nikmat dari Allah berupa kasih sayang, rahmat, dan ampunan.
Nikmat lah sakit itu, Alhamdulillah. . .
☺
*Do'akan saya ya ^_^
Tidak ada komentar:
Posting Komentar