Dari jarak, aku lebih belajar lagi dalam memaknai.
Bahwa rindu akan tetap tumbuh, walau terpisah oleh jauh yang
ujungnya adalah entah.
Hal ini menjadi pameo bagiku, tergelitik oleh seni menyusun
rindu-rindu yang tak kunjung usai.
Dalam segenap hari-hari yang terlewati, merasakan bahwa rindu
terus memainkan perannya.
Karenanya, menjulurkan untaian do’a-do’a hingga ke etala
langit.
Terus setia menanti waktu untuk menukar jarak agar tak serumit
ini lagi.
Kini aku lebih belajar dalam menikmati jarak. Mendewasa bersama
jarak.
Sebab sejauh apapun jarak yang memisahkan, do’a dari
kerinduan akan menjadi penghubungnya.
Semoga Allah tetap menjadi yang pertama dalam apapun do’a
yang diminta.
Ayah semoga kerinduan ini berputikkan segala do'a-do'a kebaikan untuk Ayah.
Dengan itu, Semoga disana Ayah selalu disayang Allah.
Hingga kini aku belum menemukan cara, bagamana cara merindu tanpa mengeluarkan air mata.
Ayah....
Hingga kini aku belum menemukan cara, bagamana cara merindu tanpa mengeluarkan air mata.
Ayah....
Tidak ada komentar:
Posting Komentar