Senin, 17 Februari 2014

Kado Istri Mujahid

Nasihat Istri Mujahid, DR Abdullah Azzam

Segala puji bagi Allah Rabb semesta alam
Shalawat dan salam semoga dilimpahkan selalu kepada Rasul yang mulia, keluarga, dan sahabat-sahabatnya semua.

Saudari-saudariku tercinta
Sesungguhnya umur itu sangatlah pendek dan kehidupan dunia ini hanyalah hembusan-hembusan nafas yang akan dihitung dan dihisab. Maka, Apakah tiap dari kita sudah mempersiapkan diri untuk menghadapi hari berpisahnya orang-orang yang saling berkasih sayang dan saling bersahabat ?

Hanya berpisahnya dari dunia yang fana ini, menuju yaumil hisab –hari perhitungan- dan alam kekal. Hari yang menjadikan harta dan anak-anak tidak lagi berguna, kecuali mereka yang menghadap Allah dengan qalbun salim (hati yang sehat).

Apakah tiap dari kita sudah mempersiapkan diri untuk masuk ke liang lahat, yang pernah disabdakan Rasulullah saw pada hari dikebumikannya sahabat mulia yang bernama Sa’ad bin Mu’adz ra:
“Seandainya ada orang yang selamta dari himpitan kubur, tentulah Sa’ad bin Mua’adz orangnya.” (Shahih al-Jami’ush-Shaghir, hadits no. 5306)

Saya berharap kepaa Allah Ta’ala agar kita semua termasuk orang-orang yang dibenarkan dalam sabda Rasulullah saw.
“Dan sebaik-baiknya perhiasan adalah wanita sholehah.”(Shahih Muslim, hadist no. 1469)
Wahai ukhti mukminah, keshalihanmu terletak pada kebaikan dienmu, benarnya aqidahmu dan baiknya tarbiya yang engkau yang engkau berikan pada anak-anakmu. Mereka adalah amanat di lehermu dan calon pemuda di masa depan, pembela dienul Islam dan sebagai kayu bakar yang akan terus menyala, menjadi api penerang bagi keabadian dakwah ini di masa mendatang.

Wahai saudari-saudari tercinta, wahai cucu-cucu Khansa’
Wahai kaum muslimah yang ridho kepada Allah sebagai Rabbanya, Islam sebagai diennya, Muhammad sebagai Rasulny serta al-Qur’an sebagai pedoman hidupnya.

Wahai kaum muslimahh yang menginginkan bendera “La Ilaha Ilallah” berkibar setinggi-tingginya, dan menginginkan hidup di atas bumi yang penuh keadilan dan ketentraman,
Wahai kaum muslimah yang ingin hidup bahagia lagi mulia dengan meniti jejak Rasul dan menjadikan al-Qur’an sebagai satu-satunya pedoman dalam hidupnya,

Wahai istri-istri kaum muslimin di penjuru bumi Timur dan Barat, doronglah suami-suami kalian untuk berjihad fi sabilillah . Karena sesungguhnya, suami kalian tidak akan pernah menjadi suami yang kalian idam-idamkan, kecuali ketika ia menjadi laki-laki kuat yang memanggul senjata dan membela dien, aqidah, tanah air dan harga diri mereka, serta mampu meneror musuh-musuh mereka dengan mempersembahkan syahid demi syahid.

Kemuliaan, ketinggian dan keluhuran hanya bisa diperoleh dalam naungan pedang di tangan manusia-manusia kuat yang mampu menggentarkan musuh-musuh mereka. Namun, itu semua tidak akan terwujud keculai jika tipa orang dari kita mau mendorong suami, anak, saudara, dan bapaknya ke medan perang, pertempuran dan kancah kemuliaan.

Itu semua juga tidak akan terwujud kecuali dengan kesabaran wanita atas kepergian suaminya, saudaranya, dan bapaknya, serta dengan mengganti peran mereka dalam mengurus diri sendiri, anak-anak dan rumah tangganya untuk menjadi baik.

Para wanita yang berperan di belakang mereka bak batu karang nan kokoh yang menopang dan menjadi tempat mereka bersandar. Menjadi penolong mereka dengan kesabaran dan pengorbanan, di samping menyiapkan segala perlengkapan yang pantas untuk diberikan bagi kaum laki-laki demi terwujudnya cita-cita ini.

Kemudian, jauhilah dunia dan pandanglah ia dengan penuh hina. Jangan pula kalian membebani suami dengan hal-hal yang ia tidak sanggup menghandirkannya. Jadikan dirimu rela dengan yang sedikit dari pemberian Allah yang dimudahkan untuknya.

Janganlah menyibukkan suami dengan tuntutan duniawi untuk kepentingan dirinya, yang senadainya diikuti dan menuruti syahwatnya, niscaya hanya akan membawa dirinya kepada kehancuran. Dia pun akan terus berupaya dan bersungguh-sungguh menghaiskan waktunya, untuk maraup dunia yang tidak akan habis-habisnya, sampai dunia itu melumat habis dirinya.

Kalian wahai ukhti muslimah, kalian wajib senantiasa mendorong suami pergi berjihad dengan segenap kemapuan yang kalian memiliki. Janganlah bimbang dengan jalan jihad hanya karena hambatan-hambatan yang ada, sebab umur itu ada di tangan Allah dan sesungguhnya jihad itu tidak akan mengurangi umur dan rezki mereka sedikitpun. Sebaliknya jika meninggalkan jihad, itu bukan menjadi sebab panjangnya umur dan bertambahnya rezki, itu semua sudah menjadi takdir Allah.

Allah berfirman: Katakanlah: "Aku tidak berkuasa mendatangkan kemudaratan dan tidak (pula) kemanfaatan kepada diriku, melainkan apa yang dikehendaki Allah." Tiap-tiap umat mempunyai ajal. Apabila telah datang ajal mereka, maka mereka tidak dapat mengundurkannya barang sesaat pun dan tidak (pula) mendahulukan (nya).”(Yunus: 49)

Wahai ukhti muslimah,bukankah kalian senang jika menjadi mujahidah fie sabilillah? Tentu kalian menjawab, “iya”. Tapi bagaimana mungkin hal itu bisa terwujud, sedang kalian sendiri tidak mendorong suami untuk berjihad serta tidak ikut menangani tugas-tugasnya dengan kesabaran atas kepergian suami, tidak juga menggantikan peran suami kalian di dalam rumah…?

Apabila Allah menakdirkan suami kalian hidup di bawah naungan jihad, maka kalian akan senantiasa hidup bahagia bersamanya. Apabila Allah menakdirkan mati syahid untuknya, kelak kalian pun akan dikumpulkan bersamanya sebagai seorang syahidah-InsyaAllah-karena orang yang mati syahid itu bisa member syafa’at kepada 70 orang dari kerabatnya.

Saudari muslimah, apakah ada martabat lain yang lebih besar dari ini? Keistimewaan apa lagi yang diinginkan seetelah diberikan kepadanya kebahagiaan mendampingi orang yang mati syahid lagi shaleh di dalam surga? Kita memohon kepada Allah, agar Dia mengumpulkan kita semua hidup bersama mereka di tempat yang penuh kebahagiaan di sisi Rabb Yang Maha Kuasa.

Wahai Ukhti Fillah, demi Allah akan saya terangkan kepada kalian sebuah hikmah dari pengalaman hidup saya. Yakni, jika kalian bertawakkal kepada Allah dalam hidup niscaya tidak aka nada satu perkara pun yang dapat membahayakan kalian dengan izin Allah. Walau sebesar apapun musibah itu, tentu akan terasa kecil selama itu di jalan Allah. Demi Allah yang tidak ada Ilah kecuali Dia, sesungguhnya kabar syahid suami dan anak saya, saya hadapi dengan penuh kerelaan di atas qadha’ dan qadar-Nya.

Saya juga merasakan bahwa kebahagiaan telah menyelimuti diri saya, bahkan menenggelamkan saya ke dalamnya. Padahal peristiwa syahidnya mereka telah lama berlalu, tapi saya tetap merasa teguh, ridha dan tenang, itu semua murni pemberian Allah dan takdir-Nya semata.

Perasaan yang muncul ini bukanlah atas kehendak saya tapi itu berupa keteguhan yang semata Allah karuniakan ke dalam diri saya.

Saya yakin betul kalauitulah batas usia mereka dan itulah akhir ajal mereka. Lalu apa gunanya putus asa dan kesedihan? Bukankah rela terhadap qadha’ dan qadar Allah itu lebih baik dibandingkan harus berputus asa? Bukankah balasan dari sebuah kesabaran adalah surge yang menanti?

Maka dari itu ya Allah, janganlah Engkau haramkan atas kami pahala-pahala mereka dan jangan pula Engkau jadikan kami sesat. Sesungguhnya saya betul-betul bahagia dengan syahidnya mereka, dan rasa bahgia ini lebih besar daripadanya yang saya rasakan ketika mereka masih hidup bersama kami.

Saya pun memperhatikan dan Allah juga yang lebih mengetahui, ssungguhnya mereka yang sudah syahid meninggalkan kami itu telah mendapatkan keberuntungan dan saya pun demikian ikut mendapatkannya dikarenakan setia bersama mereka. Semoga Allah menjadikan mereka penghuni surge-Nya yang demikian luasm serta mempertemukan kita dengan mereka kelak di tempat yang sarat kebahagiaan di sisi Rabb Yang Maha Kuasa, sesungguhnya Dia MAha Mendengar lagi Maha Mengabulkan.

Wahai ukhti muslimah, terakhir saya wasiatkan kepada kalian untuk selalu bertaqwa kepada Allah, mebaca al-Qur’an, menjaga lisan, bergaul dengan orang-orang shalih dan menjauhi orang yang buruk perangainya.

Janganlah hidup bermewah-mewah karena itu akan mematikan hati kalian, dan hati yang sudah mati tidak akan mampu mendidik dan mengarahkan orang yang hidup.

Wahai ukhti muslimah, sesungguhnya kita membeutuhkan suri teladan dari para sahabat Nabi yang perempuan-ridhwanullahu ‘alaihinna. Oleh karena itu perhatikanlah sosok Ummu Salamh, Khansa’, Sumayyah dan Khaulah untuk menjadi tauladan bagi kalian. Kemudian amalkanlah agar kalian naik ke jenjang yang tinggi, yang telah didaki oleh saudari-saudari kalian sebelumnya semisal para sahabat Nabi. Semoga Allah memberikan taufik kepada kalian atas amalan yang dicintai dan ridhoi Allah.

Inilah yang dapat saya tuliskan, dan saya memohon ampunan kepada Allah untuk pribadi saya dan akhwat-akhwat sekalian.

SAudarimu seakidah,
Ummu Muhammad ‘Azzam

Tidak ada komentar:

Posting Komentar