Selasa, 24 September 2013

Pesona Ilmu Fisika dalam Kalam Ilahi



Oleh: Sulastriya Ningsi, S.Si
(Alumni Fisika Universitas Andalas, Padang)


Kicauan merdu yang mengalun dengan simfoni tak terperikan. Frekuensi suara ini kerap menarik perhatian siapapun yang mendengarnya. Makhluk itu tercipta indah dengan kedua kepak sayap yang menyemburatkan gelembung iri di hati manusia. Bagaimana tidak, Camar, Pelikan, Elang, dan sekumpulan jenis burung lainnya dapat dengan bebas mengarungi angkasa lepas. Mereka terbang tanpa harus membuat polusi suara dengan kebisingan-kebisingan layaknya pesawat yang diciptakan manusia. Kenyataannya segala akal dan kegeniusan manusia belum mampu menandingi terbangnya burung dengan mulus dan sempurna tanpa harus melibatkan mesin-mesin berteknologi. Apalagi saat menyaksikan atraksi mereka berlangsung di udara, sungguh luar biasa dan mengagumkan. Design pada tubuh burung ini adalah setitik dari lautan kebesaran Sang Maha Pencipta.
Beberapa pertanyaan bisa jadi bersemayam di akal manusia. Bagaimana burung ini dapat terbang?. Inilah jawaban yang sering luput dari penjelasan secara umum biasanya. Burung dapat terbang dengan sekelumit formula-formula fisika yang telah mereka terima sebagai insting dari Tuhan. Dalam kerjanya, terdapat empat gaya yang terlibat ketika burung melakukan atraksi tertua ini:
1.      Gaya Hambat Udara (Drag Force). Gaya ini dihasilkan dari tumbukan molekul-molekul udara dengan sayap burung yang arahnya berlawanan. Luas permukaan dan kecepatan lintas burung sebanding dengan besarnya gaya hambat udara. Jika semakin luas permukaan burung maka menjadikan gaya hambat udara lebih besar. Contohnya seperti manusia yang sedang mengarungi angin kencang, apabila ia membuka kedua lengannya (meluaskan permukaan tubuh) maka akan semakin sulit untuk melangkah. Begitu pula halnya kecepatan lintas.
2.      Gaya Angkat (Lift Force). Sayap burung diciptakan dengan design yang sangat teliti. Bagian atas dari sayap burung memiliki permukaan yang melengkung. Bentuk ini menjadikan lintasan udara yang melewatinya semakin jauh. Seperti gambar 1.
Gambar 1. Aliran Udara pada Sayap Burung
Dengan bentuk sayap seperti itulah yang membuat perbedaan tekanan udara antara udara di bagian atas sayap dan bawahnya. Tekanan di bagian atas akan semakin kecil karena  udara bergerak lebih cepat akibat lintasan yang lebih jauh. Akhirnya,  burung mendapat gaya dorong ke atas. Disamping itu, gejala alam aksi-reaksi pada kepakan sayap juga mampu menciptakan gaya angkat tersebut. Apabila aksi sayap burung menekan udara ke bawah maka akan menimbulkan reaksi gaya  angkat tubuh burung ke atas.
3.      Gaya Dorong (Trust). Ini sangat simpel sekali. Gaya ini diproduksi dari kepakan sayap yang membentuk seperti angka 8 tidur (diamati dari samping). Gerakan tersebut menciptakan pusaran udara (vortex) yang menjadi gaya dorong tubuh burung ke depan. Besar kecilnya gaya dorong tergantung pada kekuatan otot.
4.      Gaya  Berat (Weight). Gaya ini berasal dari gravitasi bumi yang menarik tubuh burung ke arah bawah.
 
Gambar 2. Gaya-Gaya pada Burung ketika Terbang

Dengan memodifikasi keempat gaya di atas, burung dapat melakukan atraksi seperti  parachutting (gerak parasut),  gliding (meluncur), flight (terbang kedepan), dan soaring (membubung).
Sebagai seorang muslim sudah menjadi kewajiban kita untuk senantiasa dalam tadabbur alam ini. Sesungguhnya tidak ada satupun dari penciptaan Allah swt yang luput dari kemanfaatan.  Perintah iqra’ tidak semata membaca dalam makna tulisan, lebih dari itu ‘Bacalah alam ini!’, inilah pesan yang tersirat dari Kitab Suci Umat Islam (Q.S. al-‘Alaq: 1).  Betapa getir hati ini jika menyaksikan semangat para ilmuan di masa keemasan Islam (Khalifah Turki Utsmani). Mereka mampu membuahkan karya-karya agung di setiap lini ilmu.  Jelas mereka belajar dari alam dan melakukan observasi pengetahuan dari kalam Ilahi. Untuk masalah ini, pada abad ke-7 Abbas Ibnu Firnas adalah sosok cendikiawan muslim yang menjadi penggagas pertaman pesawat terbang bukanlah Wrigth Bersaudara yang dikabarkan baru menemukan pada abad ke-19 ini.   Tahukah anda apa yang menginspirasikan Abbas menciptakan pesawat, tidak lain adalah atraksi burung di udara.  Abbas pun merakit alat terbang dengan teknologi tercanggih di masa itu melalui perakitan sayap yang ditempelkan pada punggung. Alat terbang ini menjadi titik tolak teknologi penerbangan pesawat di Era Modernisasi sekarang. Metode penerbangan burung dipelajari secara detail oleh para ilmuan di abad ke-19 yang kental dengan dasar ilmu-ilmu fisika seperti yang dipaparkan sebelumnya.
Teknologi mutakhir pada tranportasi udara sudah menjadi perancangan Allah swt sejak alam diciptakan beserta dengan perangkat hukum-hukumnya. Ini terbukti dari pesan tersirat yang disampaikan langsung oleh Malaikat Jibril kepada Rasul saw 14 abad silam. Tepat dalam Q.S al-Mulk: 19 Allah berfiman, “Dan apakah mereka tidak memperhatikan burung-burung yang mengembangkan dan mengatupkan sayapnya di atas mereka? Tidak ada yang menahannya (di udara) selain Yang Maha Pemurah. Sesungguhnya Dia Maha Melihat segala sesuatu”. Coba perhatikan ayat ini baik-baik, pahami dengan seterangnya pemahaman, maknai dengan setajamnya pemaknaan. Lalu kembali pada ilmu fisika yang bekerja pada saat burung atraksi sebagaimana penjelasan sebelumnya.  Atraksi meluncur, membumbung, mendarat, terbang kedepan, serta berbagai jenis terbang lainnya melibatkan sayap, kepakan (mengembangkan dan mengatupkan), dan udara.  Semua konsep ini telah tertoyong dalam al-Qur’an jauh sebelum riset-riset ilmiah dilakukan oleh segenap para pakar di bidang penerbangan. “Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan?”
Al-Qur’an memang bukanlah kitab pengetahuan namun kitab agung yang menjadi inspirasi-inspirasi sains dan teknologi modern. Penelaahan gaya (force) pada atraksi burung hanya satu contoh dari sekian ilmu fisika yang terkandung dalam Kalam Ilahi. Semoga tulisan ini mampu mengembalikan ghiroh  umat Islam agar lebih dekat dengan al-Qur’an dan senantiasa mempelajari makna-maknanya untuk menguatkan keimanan, menyemaikan takwa, serta membuahkan ketaatan pada Allah swt.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar