Selasa, 24 September 2013

Aku diantara Artefak dan Digital



Oleh: Sulastriya Ningsi

Karena budaya aku menyublim disana
Bukan Byzantium, Romawi tidak juga
Disini era remang-remang
Jiwa yang luhur ada kelakar disana
Bukan Firaun, Qarun tidak juga
Begini zaman peraduan
Bukan purba, modern tidak juga
Kesini kesana juga tetap lama
Namun setiap dera terlukis nilai sastra

Aku mengapung di eter nuansa….
Globalitas menjadi figur namun akhlak luntur
Westernitas sosok tenar namun syari’ah pudar
Materialis paham kesayangan namun jiwa berantakan
Korupsi ajang kompetisi namun perut rakyat tak terisi
Semua curang sebab enggan dengan seni suci
Bersih hati seputih melati, kemuning jadi seperti tahi
Teganya mereka ingkari Tuhan yang Maha Tinggi

Sejak renaisans sekularisasi gerogoti budaya Islam
Jalaludin ar rumi kecewa, gemparkan Tanya
Mana Tabriz lagi yang merajut peradaban bangsa
Siapa punya al matsnawi yang meniti gugahan iman
Bukan pula kemolekan dara-dara Arya yang kucelinguk
Tapi Al farabi si empu al musikal al kabir dan Qonun
Yang dayukan simfoni kecapi dzikir dan firman-firman Ilahi
Umar khayyam  punya ritme yang diekori  penyair dunia
Pemuda Islam pekak mengenali tuk dengungkan kalimah-Nya
Bukan Lady Gaga dengan lirik-lirik setannya
Aku terpaku pada pilar puisi Persia gubahan Hafiz shirazi
Pemandu arah merealisasi  asa umat mulia
Syekh Quthb  telah tiada, bersama Ma'alim fi tariq dia kekalkan nama di dunia
Bahkan Sunan Kali jogo hadir di Indonesia
Dengan wayang mediator dakwahnya
Pakai gaun budaya ia lekatkan diri pada takwa
Semua  kental pesona yang bermakna ibadah
Aku jatuh cinta….

Mumpung muda dilumuri karya
Beranda beringsut melambai hasrat jumpa
Kalau muda manipulasi waktu
Bau tanah menyingsing lengan aroma syahdu
Ini bukan artefak, digital belum sempurna
Karena satu belum tauhid dan nol masih takut mati
Aku arwah nyata bergentayang di jasad dunia perantara

Tidak ada komentar:

Posting Komentar