(Kutipan Buku "Hingga Senja Meramu Jingga" By: Ningsi_AFJ...Do'akan bisa diterbitkan ya ! ^-^)
Pernah kamu ingin mencapai ‘dia’.
Berusaha menyusuri banyak jalan untuk mendefenisikan arti-arti darinya.
Akhirnya kamu sampai pada titik kalimat, “mencapainya tidak segampang dalam
spekulasi ku selama ini”. Kamu yang dibuatnya terjungkal jauh pada rasa sakit,
harus menerima penolakan, mesti kembali
menyusun hati yang seperti kepingan-kepingan puzel, dan berusaha untuk bangkit
kembali. Kamu mulai belajar mendewasakan jiwa, karena kedewasaan itu bukan masalah usia,
tapi masalah pengendalian diri, pengendalian emosi.
Kamu sangat ingin mencapainya sebab ‘dia’ bagimu bukan lagi
pilihan tapi tujuan. Namun, untuk mencapainya benar-benar memeras perasaan.
Ketika kamu dimintanya untuk menutup komunikasi. Untuk tidak berinteraksi,
tidak ada balas sapa dan menyatakan, “kalau jodoh pasti bertemu”. Lalu ‘dia’
tidak memberi jawaban apapun atas pertanyaanmu. Tak lama kemudian, kamu
menemukan jawaban atas pertanyaan itu bukan darinya, tapi dari selembar
undangan yang di antar oleh temannya. Hari itu seolah bumi runtuh, gunung
bergoncang hebat, langit terbelah, dan dunia musnah. Kamu langsung mengutuki
perasaan yang pernah kamu tanamkan dalam hati untuknya. Memang tidak mudah
untuk mencapainya bukan ?
Akhirnya setelah menghabiskan rasa
kecewamu yang menggumpal terlalu kental itu, kamu kembali pada berserah. Untuk
mencapainya kali ini menjadi kamu lebih
pasrah, lebih tawakal, kamu sangat
mengakui bahwa kamu benar-benar tidak tahu siapa yang terbaik untuk
dirimu sendiri. Sehingga kini kamu hanya mengupayakan yang terbaik, walau tidak
pernah tahu tentang yang terbaik dan kapan yang terbaik itu tiba. Kamu mencoba
menyerahkan urusan tentang ‘dia’ yang tidak pernah kamu takar rencananya, dia yang tidak pernah mengerti keinginannya, pada
Allah saja.
Dengan
kulit pemahaman yang matang kamu mencelupkan diri pada keinginan-Nya dan
percaya bahwa tujuan yang sama akan mempertemukan orang-orang dalam perjalanan.
Jika ternyata ‘dia’ begitu, maknanya kalian tidak menuju tujuan yang sama.
Buktinya kalian tidak bertemu. Itu keniscayaan dan sederhana, kan ?. Sehebat apa pun kamu
berupaya akhirnya kamu hanya kembali pada meminta. Meminta untuk menemukan
tujuan yang terbaik untuk dicapai. Barangkali, ini saatnya memperbesar usaha. Bukan usaha agar bisa segera
bersama dengan dia, tapi usaha untuk melapangkan hati agar rela jika kehendak-Nya kelak tak sesuai yang kita angankan."
Apa yang terjadi dalam hidup mu hari ini. Akan kamu pahami
dikemudian hari. Terus berjuang, meski melelahkan, meski menyita perasaan.
Tujuan itu tidak akan kemana-kemana. Jangan berhenti, nanti tidak sampai.
Sekarang adalah waktu persiapan diri dan hati untuk apapun yang nanti terjadi
atas keputusan yang telah kita ambil.