Senin, 16 Januari 2017

Keberkahan Bersama Al-Qur'an

Saya tuh pengen cerita, bahwa semakin kita merapatkan diri dan hati pada al-Qur'an maka keberkahan pun akan semakin mengitari hidup kita. Misal saja perkara kuliah kali ini, saya merasa begitu banyak pertolongan Allah melalui tangan-tangan manusia. Ingat banget deh, selama semester ini saya merasa upaya belajar tidak begitu maksimal. Kerjaan saya hanya pulang pergi ke mesjid buat menenangkan diri dengan tilawah,   muraja'ah atau menambah hafalan. Gitu aja mulu'. Lantas keluar nilai ip semester ini 3,79 dan hasil tes toefl dengan skore 500. Alhamdulillah wa syukurillah. Benar-benar tak menyangka. Saya merasa semua itu mutlak atas pertolongan Allah dan do'a ibu yang tak putus-putus di sepanjang shalat malamnya.

Keberkahan bersama Qur'an mendatangkan banyak kebaikan. Saya sangat merasakannya. Terlebih menghadirkan ketenangan. Sebab Ketenangan itu dari dari Allah dan Allah yang mengizinkan kita untuk memilikinya jika kita banyak mengingat Allah. Semakin banyak mengingat Allah semakin ketenangan itu meliputi hari-hari kita. Kian banyak maksiat, makin jauh dari Allah, makin sedikit intensitas mengingat Allah pasti hidupnya tidak tenang sekalipun hidupnya bergelimpangan harta dan kenikmatan dunia.

Orang-orang yang banyak mengingat Allah mirip banget dengan orang yang tawadhu' dan orang yang sedikit mengingat Allah kembarannya orang yang sombong.

Semoga istiqamah hatinya tulus bersama Qur'an ya sholihah...

Minggu, 15 Januari 2017

Belajar Mencintai Al-Qur'an

Betapa sulit melawan arus keinginan itu. Saat ingin untuk menumpahkan perasaan-perasaan yang tengah terlakoni, maka semua meski ditempatkan pada ruang tunggu yang telah disediakan hati. Sebab ketidaktegasan terhadap diri sendiri akan berakibat fatal kepada kebaikan masa depan yanh ingin dicapai.

Misalnya hari-hari libur begini. Satu persatu silaturahim  selama 1 semester kemarin yang  sempat longgar ingin  kembali dipererat dalam waktu liburan behini.  Tak ayal, kegiatan-kegiatan semacam silaturahim kerap mencuarkan baper-baper yang tidak penting. Akhirnya, jadi menulis lagi tentang melankolia jiwa. Ah, riweuh mah yang beginian.

Padahal sejak bulan Agustus kemarin sudah membulatkan tekad untuk lebih mencintai al-Qur'an. Untuk lebih banyak mengabiskan waktu bersama Qur'an saja. Yah, kalau mau menulis selalu mengajarkan atau tengah menceritakan kegiatan pembelajaran bersama al-Qur'an. Sudah menjadi rencana dalam untuk 2 tahun kedepan tidak berselancar di medsos seperti IG, FB, Tumbrl, dan sejenisnya kecuali blog. Tetep aja melawan arus keinginan itu bak berjalan menuju tempat yang jalannya tengah dihalau badai tornado. Beraaaat.....Fiuh...! Sesekali terjebak jua dalam pelanggaran rencana baik itu. Astaghfirullah.

Begitu saat kita telah bertekad menjadi pembelajar Qur'an. Medan magnetik setan ke arah distorsi pencapaian itu jelas akan semakin kuat. Ada-ada saja godaan yang ditayangkan dalam keinginan itu.  Namun, jangan menyerah. Ingat diantara manusia-manusia itu ada orang-orang yang berjuang mendapatkan keridhoan Allah (Hikmah Q.S al-Baqarah: 207). Semoga bisa termasuk bagian dari mereka yang memperjuangkan ridho Allah. Berjuang melawan semua arus yang tidak mengantarkan mu menjadi pembelajar dan pecinta  Qur'an sejati misalnya.

This worldly Life has a end, huh? Semoga waktu luang tidak membuat diri terlena. Sebab masih banyak ayat-ayat al-Qur'an yang belum dihafal. [T.T]  bahkan masih sedikit sekali yang baru dapat diamalkan. Liburan tinggal sedikit lagi, jangan lewatkan tanpa muraja'ah hafalan.

Jangan lelah belajar al-Qur'an ya sholihah. Ingat, bagi pemuda yang ingin berkiprah menjadi bagian dari pejuang ridho Ilahi maka kedekatan dengan al-Qur'an adalah harga mati. Jangan berhenti belajar mencintai al-Qur'an.

Perbedaan

Aku berharap, entah seperti apa caranya kamu dapat membaca tulisan ini.
Kamu yang entah menjadi takdir atau memang tidak ada sama sekali.

Kelak, aku  menyadari sepenuh hidupku akan sangat  berbeda dari sebelumnya.  Kamu juga. Setelah kita berkomitmen  mengikat ikrar untuk  mengarungi samudra lepas bersama.
Kita akan hidup dalam ruang perbedaan. begitulah kenyataan yang akan kita hadapi. Maka, percayalah kita akan benar-benar saling mengenal, saat kita dapat melihat keindahan satu sama lain dalam setiap kesedihan yang menerpa, memandang keindahan itu pada keterbatasan kita masing-masing. Maka, untuk mu aku akan menjadikan kekurangan adalah prioritas yang akan kucintai darimu, sedang kelebihanmu adalah bonus dari Tuhan atas rasa cinta yang kutanamkan pada celah kurang yang ada padamu. Kuharap kau mampu begitu pula padaku.

Kita tak perlu bersikap, bertindak, dan berkelakar untuk meyakinkan hati satu sama lain tentang perasaan tulus yang menyeringai di hati. Kita hanya perlu melakukan segala sesuatu untuk membuat Allah ridho pada sikap, tindakan, dan kelakar yang kita mainkan bersama.  Aku akan mencintaimu atas keimanan karena Allah yang darinya akan kudapatkan ridho-Nya dengan menjadi penyejuk hati bagimu. Semoga aku dapat menjadi  seperti apa yang kau do'akan pada Allah disepanjang sujud sepertiga malam itu. Tetaplah aku hanya wanita akhir zaman, yang memohon pertolongan pada Allah agar dengan mu aku dapat menjadi lebih baik di sisi-Nya.

Untuk saling jatuh cinta berkali-kali padamu itu tidak mudah, Namun karena itu telah menjadi kewajiban maka akan selalu kuupayakan setiap waktu. Kita sama-sama mengerti, kan? bahwa cinta datangnya dari Allah. Maka untuk menjaga cinta itu maka kita harus selalu mendekatkan diri kepada Yang Maha Cinta. Jika cinta diantara kita memudar, bisa jadi hubungan kita dengan Allah sudah mulai longgar. Itu cukup menjadi alarm cinta kita.

Bagaimana? Kamu ada tanggapan?

Apakah kamu Mengizinkan?

Apa kamu sudah tahu, bahwa ada seseorang yang diam-diam memperhatikanmu. Hampir setiap dari kegiatan yang kamu lakukan atau ingin kamu lakukan maka ia selalu bertekad menjadi orang yang dapat mengetahuinya. Agar kelak, jika ada kehendak langit untuk mengamini do'anya maka ia dapat mengkondisikan diri terhadap aktifitas sehari-harimu. Ah, itu hanya pikirnya saja. Lantas kamu belum tahu, kan?

Bagaimana jika ada satu waktu yang telah direncanakannya, membuat kamu jadi tahu akan perasaannya selama ini . Sedang kamu tidak pernah mengharapkannya dan tidak mau sampai tahu tentang perasaannya terhadapmu. Apakah kamu mengizinkannya? Karena ia hanya ingin mempertanggungjawabkan rasanya itu dan tidak ingin lebih.

Wajar saja jika kamu akan merasa terganggu dengan sikapnya yang berbeda itu. Keberaniannya membuat kamu malah menjadi takut. Bukan, sebenarnya kamu hanya belum siap, bisa jadi begitu. Terlebih dia belum pernah ada dalam hatimu bahkan  terbersit sepermili detik pun tidak. Namun, kenyataannya dia akan memperjuangkanmu dengan apa pun yang dia miliki. Apakah kamu mengizinkan? Sebab, ia tak mau bertele-tele tentang perasaannya padamu.

kondisi seperti ini akan menjadi pertimbangan yang cukup berat bagimu. Walau dia tak ada niat untuk membuatmu menjadi terbebani seperti ini. Dia hanya memperjuangkan perasaannnya yang telah ada selama ini. Tidak salah kan?. Lantas kamu tidak punya kuasa untuk menebas perasaan itu karena itu adalah haknya serta dia tidak meminta apa-apa atas perasaan itu melainkan jawaban tegas darimu. 'Iya atau tidak'. Cukup. Apapun yang kamu putuskan maka itu adalah konsekuensi yang mesti ditelannya mentah-mentah.

Bagaimana jika hari itu adalah sekarang. Apa kamu sudah siap untuk menjawabnya? Jika hari ini adalah hari perencanaan untuk bertemu denganmu. Meski pertemuan tidak pernah sanggup memastikan takdir . Dia hanya berkeyakinan bahwa  pertemuan daoat mengobati rasa penasaran tentang kepastian.

Ah, tidak tahu apa-apa itu lebih baik ketimbang dipaksa kondisi untuk mengetahui tentang apa yang dia rasakan selama ini.

Ini rumit sekali...

Kamu akhirnya memutuskan mengambil wudhu, menggelar sajadah, dan mengeheningkan hati di atasnya. Berharap ada bisikan pada hati yang akan menguatkan salah satu keputusan untuk di ambil di hari itu.

Lalu kamu akan tersadar bahwa kelak telah banyak cara  yang  diupayakan itu  tidak memiliki jalan untuk mengubah arah kembali. Kamu  tidak dapat memutar balik  ke titik semula. Teranglah  keputusan yang  pernah kamu  buat akan membentuk takdirmu kedepan . Dan untuk hal-hal yang seperti itu, kamu hanya  butuh  membanyak  sabar dan memperkuat iman. Meski untuk menjalaninya kamu akan letih dan tertatih. Bisa jadi akan meluangkan banyak pahala yang akan kamu terima di yaumul akhir.

Kamis, 12 Januari 2017

Teladan Wanita Era Modernisasi

*"Mencari Model Muslimah Modern"* Pelajaran dari Bunda Yoyoh Yusroh

_assalaamu’alaikum wr. wb._

Sabtu dini hari, 21 Mei 2011, anggota Komisi I DPR dari Fraksi Partai Keadilan Sejahtera, Yoyoh Yusroh, menghembuskan napas terakhirnya setelah mengalami kecelakaan lalu lintas di Cirebon. Dalam waktu singkat, kabar duka itu menyebar ke seluruh negeri. Beragam tokoh dari lintas komunitas menyampaikan belasungkawanya. Ust. Hilmi Aminuddin, Ketua Majelis Syuro PKS, bahkan mengatakan bahwa wafatnya Yoyoh Yusroh adalah kehilangan yang dialami oleh dakwah internasional.

Ruhut Sitompul dari Fraksi Partai Demokrat dan Tantowi Yahya dari Fraksi Partai Golkar termasuk di antara hadirin yang menyampaikan rasa kehilangannya pada hari itu. Dari dunia internasional, tak kurang dari Prof. Dr. Muhammad Badie, orang nomor satu di Al-Ikhwan Al-Muslimun Mesir yang menyampaikan pesan duka citanya. Belasungkawa juga disampaikan oleh berbagai komunitas lainnya, antara lain dari masyarakat Gaza, yang mengenal almarhumah sebagai salah seorang tokoh yang konsisten memperjuangkan hak-hak mereka.

Yoyoh Yusroh adalah sebuah pribadi yang menghentak kesadaran semua orang. Sebagai da’i perempuan, jadwal kegiatan dakwahnya tidak pernah kosong. Terlebih lagi semenjak ia diamanahi jabatan sebagai wakil rakyat. Namun di antara seluruh amanah yang dibebankan di pundaknya, Yoyoh telah menerima amanah sebagai ibu dari 13 orang anak.

Yoyoh adalah 1 dari 5 orang perempuan yang termasuk dalam 50 orang pendiri Partai Keadilan (PK). Saat PK baru berdiri, ia diangkat sebagai Ketua Departemen Kewanitaan. Setahun sesudahnya, ia mundur dari jabatannya di Departemen Kewanitaan untuk kemudian menerima amanah di Majelis Pertimbangan Partai (MPP).

Ketika ia diminta untuk menggantikan rekannya dalam periode PAW di DPR, Yoyoh segera mengontak Hidayat Nur Wahid, Ust. Rahmat Abdullah (alm) dan Ust. Hilmi Aminuddin untuk menanyakan alasan pengangkatannya, sebab ia merasa khawatir tak mampu menjalankan tugas lantaran punya banyak anak. Akan tetapi, jawaban dari ketiganya tetap sama: hal itu adalah keputusan jamaah (ittifaq jama’i).

Di luar kegiatannya sebagai anggota DPR, setumpuk amanah dan prestasi lainnya telah diukir oleh beliau. Aktif sebagai anggota Dewan Pakar ICMI (2005-2010) bidang Pemberdayaan Perempuan, Anak dan lansia, penerima tanda jasa dari International Muslim Women Union (IMWU) dan Mubaligh Nasional dari Departemen Agama Pusat tahun 2001. Namun kiprah paling heroiknya yang dikenang oleh masyarakat Islam internasional pastilah keikutsertaannya dalam rombongan Viva Palestina yang dikoordinir oleh Komite Nasional Rakyat Palestina (KNRP) yang telah melalui perjuangan berat hingga akhirnya mampu menembus Gaza dengan kawalan tentara Mesir.

Di tengah kesibukan yang luar biasa padatnya, Yoyoh tidak pernah meninggalkan kewajibannya sebagai seorang Muslimah, seorang istri dan seorang ibu. Mempresentasikan suatu kajian sambil mengasuh anak adalah pemandangan yang biasa bagi mereka yang kerap menyaksikan ceramah-ceramah beliau. Padatnya kegiatan juga tidak mengurangi kemesraan beliau dengan Budi Darmawan, suaminya. Sejak awal, seluruh amanah yang diembannya diterima dengan dukungan kuat suaminya, dan ditanggungnya bersama-sama. Ibadahnya pun tidak kendur, sehingga ia dikenal sebagai Muslimah yang selalu mengisi waktu senggangnya dengan tilawah, membaca tafsir, atau menghapal al-Qur’an.

Begitu kuatnya interaksi Bunda Yoyoh – demikian sebagian orang memanggilnya – dengan al-Qur’an, sehingga ia sendiri menetapkan kewajiban tilawah harian hingga tiga juz per hari. Salim A. Fillah, seorang tokoh penulis muda, pernah ‘memergoki’ Yoyoh bersama suaminya tengah bergantian menyimak dan saling mengoreksi hapalan al-Qur’an-nya di sela-sela kesibukan. Bagi beliau, aneka ragam persoalan yang semakin banyak dihadapinya dari hari ke hari justru merupakan alasan penguat untuk mempertinggi intensitas interaksi dengan al-Qur’an, bukan sebaliknya.

Sederet kesaksian lainnya diberikan oleh para tokoh. Lili Nur Aulia, misalnya, menjelaskan berbagai sifat keutamaan dalam diri beliau, antara lain selalu tersenyum, meski dalam keadaan paling kecewa sekalipun, tidak pernah mengeluh ketika menerima tugas-tugas dakwah, konsistensi dalam kesederhanaannya, selalu berbicara dengan kata-kata yang dalam dan sarat makna, ‘keras’ dalam membina diri sendiri namun ‘fleksibel’ dalam membentuk dan membina objek dakwahnya.

Tidak diragukan lagi, umat Islam telah kehilangan seorang tokoh Muslimah yang begitu perkasa, bahkan ia pantas untuk menjadi ikon keperkasaan seorang Muslimah di era modern. Kehilangan semacam ini mungkin yang pertama kalinya dialami oleh umat Islam Indonesia sejak era Cut Nyak Dhien.

Tidaklah berlebihan jika nama Yoyoh Yusroh diucapkan pada tarikan napas yang sama dengan penyebutan nama-nama harum lainnya seperti Zainab al-Ghazali, tokoh Muslimah Mesir yang bukan hanya mencicipi intimidasi karena kegiatan dakwahnya, melainkan juga hingga siksaan fisik. Yoyoh telah membuktikan bahwa identitas dirinya sebagai Muslimah dan da’iyyah tidak sedikit pun menjadi penghalang untuk berprestasi, sedangkan prestasinya tidak terbatas pada pengajuan wacana di mimbar-mimbar belaka, melainkan hingga pembuktian secara nyata di lapangan. Berapa banyakkah tokoh nasional – laki-laki atau perempuan – yang berani menerjunkan dirinya ke wilayah rawan konflik seperti Gaza?

Kisah hidup Bunda Yoyoh adalah sebuah kesaksian panjang tentang keperkasaan seorang perempuan yang membaktikan hidupnya untuk Islam. Perempuan tidaklah lemah, hanya saja ia memiliki kekuatan yang berbeda dengan kaum lelaki. Untuk membangkitkan keperkasaan yang hanya dimiliki oleh perempuan itulah Islam menggariskan ajarannya, yang diikuti dengan sangat baik oleh Bunda Yoyoh.

Ketika beliau diminta untuk menjadi anggota DPR, itu adalah karena keputusan jamaah. Partailah yang telah memutuskan bahwa kehadirannya di gedung wakil rakyat sangat dibutuhkan, bukannya semata-mata untuk memenuhi kuota jumlah anggota legislatif perempuan sebagaimana tuntutan kaum feminis. Begitu besar kepercayaan partai pada kapabilitas dirinya, sehingga amanah tersebut tidak dimundurkan barang seinci pun meski melihat kenyataan bahwa ia adalah ibu dari 13 orang anak!

Untuk eksis di segala lini, Yoyoh tidak pernah harus menggadaikan agamanya sendiri. Ia tidak pernah merasa perlu untuk tunduk pada standarisasi kaum lelaki hidung belang yang menghendaki para Muslimah untuk membuka auratnya masing-masing atas nama ‘kebebasan’ atau sekedar ‘tuntutan pekerjaan’. Yoyoh hidup dalam keadaan senantiasa memelihara kehormatannya, kemudian wafat dalam keadaan yang sangat terhormat pula.

Muslimah, berjilbab, menutup aurat dengan sempurna, sibuk luar biasa, aktif di dalam dan di luar rumah, ibu dari 13 orang anak, istri yang berdedikasi tinggi, pecinta al-Qur’an yang sulit dicari tandingannya, pembelajar yang tangguh, wakil rakyat yang sederhana, fungsionaris partai yang kehadirannya sangat signifikan, da’iyyah yang senantiasa sibuk dengan agenda dakwah, perempuan dengan segunung prestasi, mujahidah dengan keberanian yang telah dibuktikan di daerah-daerah konflik, dan intelektual yang kata-katanya senantiasa didengar orang. Tidak diragukan lagi, Bunda Yoyoh adalah mimpi buruk dari segala wacana yang dikumandangkan oleh kaum feminis-liberalis. Dengan kehidupannya, Bunda Yoyoh telah membuktikan bahwa seorang Muslimah tak mesti mengabaikan keluarga untuk menjadi seorang aktifis, tidak perlu merasa terkekang dengan kewajibannya mengurus anak, tidak perlu merasa lemah hanya karena ia perempuan, tidak perlu mengajukan batas kuota agar diakui pantas menduduki jabatan yang terhormat, dan seterusnya.

Selamat jalan, Bunda Yoyoh. Sungguh kami merasa begitu kehilangan ditinggal olehmu. Kami adalah saksi betapa engkau telah memenuhi kewajiban-kewajibanmu dengan baik, dan sebaik-baik istirahat adalah di sisi Allah, Dzat yang tak mungkin menzalimimu.

_wassalaamu’alaikum wr. wb._

9 Januari 2017
(Akmal Sjafril)

Tentang Keyakinan Kita

Aku masih percaya bahwa  kita memiliki keyakinan yang sama.
Sudah agak lama kebekuan hati ini ada , kini perlahan mencairkan diri dengan keyakinan itu.

Tentang keyakinan aku, kau, kita.
Kita yakin bahwa segala sesuatu dalam kehidupan ini mutlak milik Allah, termasuk kita.
Kita adalah milik-Nya, Dia yang mengatur, mengawasi, dan mendesain setiap yang ada pada kita dan kehidupan kita.
Daripadanya, kita sama-sama tenang tuk merebahkan hati ini utuh pada-Nya  saja  dan pada segenap ketetapan yang Dia ridhoi bagi kita.
Memang melelahkan dalam fase perjuangan ini, aku mengerti dan kau pun juga merasakannya, bukan?
Kita mesti menyearahkan langkah menuju tujuan yang sama, walau sebegitu banyak aral dan arus yang siap membuat diri kita kehilangan arah tujuan itu.
Semestinya kita tenang saja.
Allah selalu menjadi yang Maha Baik bagi hamba-Nya yang taat. Jangan khawatir, bila Allah yang aku dan kau tuju maka kita pasti tiba di titik yang sama.

Tentang keyakinan aku, kau, kita.
Kita yakin rasa sabar yang kita jaga bukan semata diperjuangkan untuk menciptakan damai, namun dengan sabar itu kita bisa lebih dekat dengan Allah dan Allah ridho dengan kita.
Dengan kedekatan dan ridho-Nya maka kedamaian adalah bonus bagi kesabaran yang kita pelihara setia itu.
Semakin kita dekat dengan Allah dan Allah ridho pada kita, disana penuh keberkahan bagi pertemuan tuk meneguh iman.
Allah Maha Penyantun bagi hamba-Nya yang tak kenal lelah memperjuangkan ridho-Nya.

Tentang keyakinan aku, kau, kita.
Kita yakin bahwa kebersamaan adalah seni menikmati suka duka dan seni menghiasi tangis dengan tawa. Menikmati kebersamaan sebagai jalan merengut syurga dan membentengi diri dari neraka. Maka dalam kebersamaan kelak kita  meski menjadikan tauhid sebagai landasan urgentif bagi dua insan yang telah berikrar menggenapkan agamanya bersama dan bertekad untuk saling mengokohkan keimanannya.  Begitulah yang akan ditempuh, cara kita  menikmati kebersamaan  bisa jadi tidak dengan mendapatkan dan menerima hal-hal yang indah lagi penuh bahagia , mungkin kita  akan menikmatinya dengan melewati suka duka, kelelahan dan ketertatihan dalam menyeimbangkan perbedaan.

Tentang keyakinan aku, kau, kita.
Kita sama-sama yakin bahwa penyatuan kelak  merupakan  ruang bagi kita agar dapat  mengasah iman dan kedewasaan, tempat kita tuk belajar bersabar dalam  ujian dan tekanan.  Setiap kita akan diuji pada titik terlemah diri masing-masing. Mudah-mudahan kita tak lupa tuk saling mengingatkan dan menguatkan, menikmati ujian dengan iman dan kesabaran.  Menikmati karuniaNya dengan iman dan kesyukuran. Mari kita Pahamkan dan persiapkan diri, sebelum kita benar-benar bertemu.

Tentang keyakinan aku, kau, kita.
Kita sama-sama yakin bahwa ada masanya kita tidak lagi berjalan sendiri-sendiri. Saat itu, kita akan mencoba menyamakan langkah. Mungkin agak canggung untuk kita yang telah terbiasa melangkah dalam jalan masing-masing. Sebelumnya, kita telah terbiasa dengan cara sendiri dalam melakukan perjalanan. Tapi kedepan, perjalanan yang akan kita tempuh adalah kebersamaan kita menuju tujuan yang sama. Maka kita perlu menenggelamkan ego untuk saling mengerti agar dapat menyesuaikan ritme. Tentu untuk menyamakan ritme kita butuh latihan yang tak sebentar. Tak perlu berlari. Kita akan menyelesaikan perjalanan itu dengan pelan-pelan saja, yang kita kehendaki  adalah tetap bersama, bukan?

Kita berada pada keyakinan yang sama. Maka kita harus yakin kesabaran kita akan menyatupadukan rindu pada tempat yang tengah kita cari tahu dan waktu yang sedang kita selami bersama.

Teruslah bersabar, jika aku atau kau tak mampu bersabar bisa jadi kita tak bertemu.

Pagi dan Rindu

Malam itu tak dapat dihentikan, padahal 'dia' sudah berupaya datang sebelum datangnya malam. Sayang, Dewi Malam telah mengambil tahta untuk mengomando sang langit. Tirai kelam telah menjuntai ke bumi, 'dia' tak ada daya upaya lagi. Harus menunggu anggun di luar sana. Sembari menahan rasa sabar dengan kondisi gulitanya gelap malam ini. Hanya sendiri terpaku di luar tanpa ada kekuatan untuk menyapa. Sudah terlanjur malam, mungkin butuh istirahat dan 'dia' sangat hati-hati kepadanya. Agar tak ada prasangka yang mengotori.
Biar sajalah...
Masih ada pagi dan 'dia' yakin akan janji Tuhan bahwa waktu pagi itu akan menjelang.
-----------------------
Pagi esok jangan lupa  buka jendela dan coba lihat keluar sana.
Ada 'dia'.
Mungkin telah ditikam suhu dingin semalam, terkurung diluar sebab tak bisa masuk. Jika tak dapat jua tampak oleh mu.  Coba lihat di atas tanamanmu mungkin dia hinggap disana, menjadi embun yang ingin menyegarkan pagimu. 'dia' adalah rinduku.
Kamu punya jendela kan ?
Jangan lupa dibuka besok ya?