Sabtu, 07 Januari 2017

Imijinasi

Saya selalu butuh ruang untuk menabur imiginasi. Tempat disana saya bebas berperan dan menjadi siapa pun yang saya inginkan. Tempat yang sesuka saya pula untuk menyeting ornamen keadaan seperti apa yang sesuai dengan keinginan. Sempurna....saya pengendali penuh jalan cerita dalam dunia imijinasi itu.

Seperti halnya, beberapa tahun lampau. Saat saya mengikuti sebuah kompetisi menulis. Selama proses menyelesaikan naskah tulisan, saya selalu menabuh imijinasi bahwa saya adalah pemenang dalam kompetisi tersebut lalu saya perkuat bubuhan rasa suka citanya menerima hadiah dan penghargaan pada hari pengumuman. Hal yang menggelikan dan sekaligus membuat adrenalin saya berbalapan dengan sistem tubuh untuk menyelesaikan naskah itu sebaik dan sesuai dengan keinginan dewan hakim berdasarkan rubrik peniliaian. Alhasil, kegagalan demi kegagalan pun terus mengitari saya dalam mengikuti kompetisi menulis. Imijinasi itu hanya menjadi sebatas imijinasi dan semua yang ada di dalamnya belum berhasil saya bawa ke dunia real.

It's not bad to me, life must go on, huh ?
Setidaknya saya telah berhasil melakukan yang terbaik bersama imijinasi itu. Bagi saya imijinasi sahabat terbaik dan terhebat yang sekiranya dapat  membantu dalam mewujudkan target yang ingin saya  dicapai.  It is like Pretending Sucess

Karena, di dunia ini kita bebas untuk menjadi apa saja dan siapa saja. Terlebih Allah telah meyakini manusia adalah hamba terpilih di sisi-Nya sebagai khalifah-Nya di muka bumi. Lantas, dunia ini sudah terlalu dipadati oleh arus pemikiran yang mampu menenggelamkan setiap diri pada sekulurisme, kapitalisme, liberasisme, dan 'isme' sejenis lainnya. Arus itu nyaris menggeser fitrah manusia dari hakikat  keunggulannya sebagai manusia. Lalu apa temalinya dengan tabur imijiasi ?

Di  14 abad silam, informasi penting terkait  dunia imijinasi yang  saya senangi itu  disampaikan. Sebutannya adalah  TAMAN SYURGA. Mungkin akan berbeda dengan imijinasi remeh saya sebelumnya yang hanya sebatas prestise dan prestasi. Perjalanan kehidupan semakin banyak menyadarkan saya, bahwa ada imijanasi yang lebih indah dan ceritanya dikabarkan dalam al-Qur'an. Imijinasi ini bukan untuk memenangkan kompetisi menulis atau apalah itu. Namun untuk memenangkan syurga yang luasnya seluas langit dan bumi  bersama keridhoan Tuhan Semesta Alam. It's  amazing, huh?.

Maka saya harus melawan arus. Terus sekuat yang dibisa untuk Menentang setiap arus yang menghalangi saya untuk menggapainya. Salah satu karya yang dapat dipersembahkan untuk memenangkan kompetisi itu,  Make  the World for the Better Place. Menjadi jalan manfaat bagi sebanyak-banyak manusia untuk menuju  tempat yang lebih baik, Syurga.

*tulisan ini diketik jam 0:26 jadi rada-rada gak nyambung, setengah sadar setengah mau gak sadar,'Zzzzzzzz

Rabu, 04 Januari 2017

Memperbaharui Kesyukuran

Ya Rabb...
AlhamdulillahiRabbil 'Alamin

Ketika mulai merebahkan diri di atas dipan, tetiba saya diseret pada sebuah perenungan tentang BERSYUKUR. Kasur empuk yang aman lagi nyaman untuk  saya jadikan lapisan tebal peristirahatan malam ini, kamar kos yang gak ada nyamuk, suhu kamar yang sejuk tanpa ac dan kipas angin, kamar kecil yang ada dalam kamar, bantal, selimut, lebih-lebih tubuh yang sehat wal 'afiat ini tak mampu menghasilkan rasa syukur yang saya lafadzkan dalam tahmid menjadi setara dengan semua perhatian dan kasih sayang Allah yang dikarunikan pada saya malam ini.

Terbayang dengan nasib saudara-saudari  seiman di palestina, myanmar, syiria, dan lainnya yang jangankan untuk berbantal bahkan beratap pun tidak tidurnya. [T.T] Apatah lagi mengingat mereka yang di rumah sakit, ya Allah....betapa nikmat yang diberikan membuat saya malu.

Saya mengerti bahwa rasa syukur dapat diwujudkan  dengan ketaatan pada Allah. Hamba yang senang bersyukur maka secara otomatis dapat menjadikannya sebagai hamba yang kuat ketaatannya pada Allah.  Sayangnya...saya masih jauh dari idealitas bersyukur itu.

Malunya...

Semoga Allah beri pertolongan agar menjadi ahli syukur....
Allahumma amin

Tausiyah

Pokok hikmah kajian Tauhid bersama Aa Gym, ba'da isya 04-01-17 @Daruut Tauhid

1. Kita tidak dapat melakukan apa-apa selain atas pertolongan Allah. Kita bisa berbicara baik karena Allah yang memberi pertolongan lisan dapat berbicara baik sehingga dapat menggugah dan mengubah yang mendengar,  tidak ada yang kita harap dari berbicara baik selain ridho Allah bukan untuk dipuji, dikagumi dan dikatakan orang baik tapi agar ridho Allah atas apa yang kita bicarakan.

2. Kita tidak punya apa-apa selain apa yang Allah titipkan. Jadi jangan pernah bangga dengan jabatan, prestasi, harta, pasangan hidup, dan anak. Mudah bagi Allah untuk mengambil apa yang telah dititipkan kepada hamba-Nya. Tugas kita atas titipan itu adalah menjaganya dengan cara mensyukurinya. Bentuk kesyukuran itu adalah meningkatnya ketaatan pada Allah.

3. Kita tidak punya ilmu sedikitpun selain apa yang telah Allah amanahkan untuk kita pelajari dan agar dapat diamalkan. Jangan sombong dengan pengetahuan yang hanya secuil itu, apalagi menganggap kecil orang yang belum memahami ilmu  yang kita miliki.

4. Yang kita punya hanya dosa. Nah, ini yang penting dan harus banyak-banyak di tafakuri. Bisa jadi dosa-dosa itu yang membuat sekat terjal antara kita dengan Allah. Sehingga berat mengerjakan kebaikan, sulit untuk ikhlas, payah untuk ibadah, malas berinteraksi dengan al-Qur'an (sebenarnya al-Qur'an lah yang malas berinteraksi dengan hati yang kotor), enggan untuk bertholibul ilmy, dan terhijab dari menerima kebenaran. Na'udzubillah.

Semoga istiqamah dan mengistiqamahkan ��

Selasa, 03 Januari 2017

Libur Telah Tiba

Bagi sebagian besar mahasiswa liburan sebentuk ruang lepas dari penyekangan muatan-muatan pelajaran ke dalam kepala. Sekiranya, statement ini saya dapatkan setelah berkontemplasi beberapa hari ini. Alhamdulillah hari keempat libur semester, hari yang tidak ada lagi chat grup yang berisi caution or assign for something. Hahahaha. Benar kan? Bahwa kini otak telah berada di rest area setelah menempuh perjalanan melelahkan selama satu semester.

Sampai-sampai saya tidak ada diberi nafas untuk menulis. Setiap jengkal waktu dalam ritme teratur menyelesaikan tumpukan analisis jurnal internasional, sintesis, membuat RPP based of Korea Curriculum, nyusun proposal thesis, makalah, persentasi, bedah buku models of teaching yang tahu kan tebelnya bisa sekaligus dijadiin pillow bobok. ^_^ and et al dah.

Syukur banget jari ini sudah bisa kembali menari di tas tut tut layar sentuh gadget.

Ada hal yang melegakan di liburan ini  yakni saat bisa muraja'ah  Qur'an tanpa mikirin DL assigment dari Dosen.

Alhamdulillah...
Semoga cepat kelar ya sholehah...

Kamis, 29 Desember 2016

Menulis dengan Ilmu dan Keimanan

Saya baru dapat  topik yang ingin saya utarakan dalam tajuk tulisan ini. Hasrat ini terkuak setelah membaca beberapa literasi pendidikan, psikologi, dan sains yang dibungkus dalam beberapa sudut pandang diantaranya:  filsafat, agama, sosial, dan sebagainya.

Berhubungan malam telah menggeser ke tengah lebih (00:04 wib). Saya belum mampu mendeskripsikan pembahasan ini secara holistik. Bahkan belum dapat menjelaskan apapun. ^_^

Di lain waktu space ini akan saya beri muatan....

Maaf !!!

Bahagia, Mulia, dan Selamat

4 Hal yang pasti akan terjadi dalam kehidupan kita, yakni:
1. Kita akan berbuat baik (taat)
2. Kita akan berbuat kesalahan (maksiat)
3. Kita akan diselimuti nikmat
4. Kita akan diberi sedikit musibah

Kunci menghadapi 4 hal itu adalah ikhlas. Tidak ada yang dapat membuat bahagia dan mulia jika kita tidak ikhlas. Putus harapan dari makhluk dan hanya berharap pada Allah adalah implementasi dari ikhlas. Tingkatan ikhlas luar biasa. Nikmatnya beramal tergantung tingkat keikhlasan.

Jika kita berbuat baik tidak ada urusan dengan balasan dari orang lain. Kita berbuat baik karena Allah suka jika kita berbuat baik. Jangan sampai berkurang kebaikan yang akan dilakukan karena kebaikan kita tidak direspon orang lain. Karena disinilah ujian keikhlasan atas apa yang telah kita lakukan. Berbuat baiklah agar Allah ingin mencintai mu. Tidak penting dikagumi manusia yang penting kita dikagumi Allah.

Balasan kebaikan pasti datangnya pada waktu yang tepat. Allah Maha Melihat apa yang kita lakukan dan Maha Mengetahui isi hati. Yakin lah pada Allah dengan sepenuh keyakinan. Jangan pernah mengatur Allah atas balasan kebaikan yang dilakukan. Biarkan Allah Yang Maha Pemurah memberi balasannnya.

Orang Taubat berpotensi untuk menjadi hamba yang dicintai Allah. Karena sebaik-baik orang yang berbuat salah adalah orang yang bertaubat. Bersyukur lah saat Allah masih memberikan kita kesempatan untuk kembali pada Allah.

Penguasa takdir itu adalah Allah. Maka hanya Allah yang berkuasa memuliakan dan menghinakan. Jangan pernah khawatir dihina orang tapi khawatirlah kehinaan kita dihadapan Allah. Tidak ada bahayanya dihina orang lain, Bahayanya adalah kita tidak jujur melihat diri sendiri dan terlalu picik menilai orang lain.

*Catatan Kajian Ma'rifatullah Aa Gym

Minggu, 18 Desember 2016

Meringanlah

Bila telah lelah rasanya sang hati, tak ada salah kita kembali memeriksanya. Boleh jadi ada yang perlu dilepaskan agar bebannya menjadi lebih ringan.

Meringanlah...
Bersama pelepasan segenap prasangka yang tak berguna. Hati nan fitrah tak mengenal cara tuk mengendalikan kehidupan orang lain dalam sangka dan praduga. Jika mengendalikan diri adalah pengaturan terbaik untuk membuat hati bernafas lega, maka lebih banyak mengoreksi celah diri dihadapan-Nya menjadi langkah-langkah untuk memberi ruang bagi hati tuk menyuplai udara bersih.

Meringanlah...
Bersama pelepasan sekelumit perasaan yang belum segera permisi dari hati. Sudah cukup masanya perasaan itu mengisi beban hati yang memayahkan. Izinkan dengan kesungguhan tekad perasaan itu keluar dan tak perlu lagi bertamu. Karena, mengisi hati dengan perasaan rindu hanya pada ridho dan pengampunan Sang Khaliq akan menyahdukan rasa. Lepaskanlah dan isi dengan yang lebih baik