Dear.....
Sebuah Harapan
Awalnya kita pernah mencoba mengkanfas harapan di selaksa langit, pun akhirnya terpupus oleh saputan gemawan. Lalu terhempas jatuh pada kecewa.
Lanyas mencoba lagi mengukir harapan di tepian pantai, pun ujung-ujungnya terhapus ombak silih berganti. Kembali lagi tergulung hebat kekecewaan.
Mungkin kita harus lebih banyak mengerti tentang harapan itu.
Mungkin pula tergesa-gesa bukan jalan keluar terbaik untuk mendapatkannya.
Jelasnya, kita mesti sadar kepada siapa harapan itu patut ditancapkan.
Kini adalah persiapan untuk menjemput sebuah harapan. Saling bersiap walau entah kepada siapa kita akan siap dan dipersiapkan. Bersiap atas keputusan yang telah ditetapkan. Bersiap melapangkan hati terhadap kenyataan. Dimana pun dia kini. Bisa jadi dia masih sangat jauh, buktinya hingga saat ini harapan itu masih absurd dan abstrak. Untuk itu, kita hanya perlu menaruh keyakinan dalam hati bahwa kita sedang dipersiapkan bagi seseorang yang tengah mempersiapkan dirinya untuk kita.
Kini adalah ketundukan hati untuk merawat sebuah harapan. Kita telah tahu bahwa hati adalah taman indah tempat segala rasa bertumbuhan . Jika kita tidak menundukkannya, bisa jadi harapan yang tak dirawat itu rusak. Berat memang, kala berselisih kita hanya mampu saling berpaling pandang dan menurunkan kepala menatap tanah. Syukurnya kemampuan kita menundukkan hati menyanggupi mata untuk taat pada perintah-Nya, dengan itu pula kita saling merasakan lezatnya iman dan cahaya ilmu. Dengan menundukkan hati kita telah saling menyelamatkan diri dari fitnah, menjauh dari sedemikian rupa persepsi mereka yang tidak mengerti. Kita sedang menundukkan hati untuk seseorang yang hatinya selalu tunduk patuh pada Tuhannnya.
Kini adalah kesabaran untuk meraih sebuah harapan. Tentu satu sama lain dari kita tetap harus percaya. Allah selalu bersama kita selagi kita masih setia bersabar. Lagi pula pertolongan utama bagi seorang mukmin adalah sabar. Tidak ada kebaikan dalam rasa resah selain hanya menyisakan sesak yang menikam. Sabar itu biasanya tak menyenangkan diawal tapi manis rasanya diakhir. Kita sedang bersabar bagi seseorang yang terus menjaga kesabarannya untuk meraih harapan yang sama.
Kini adalah keteguhan untuk merenggut sebuah harapan. Jiwa kita tidak boleh rapuh oleh kondisi. Prinsip yang telah terpatri jangan sampai tumbang oleh paradigma. Kita mesti kembali mengokohkan jiwa dengan keteguhan niat yang tulus. Sebab hanya orang-orang tuluslah yang mendapatkan rasa nikmat menjadi hamba Allah. Kita sedang meneguhkan hati pada keikhlasan untuk seseorang yang juga memiliki hati nan teguh dalam menjaga keikhlasannya.
Kini adalah penjagaan untuk mendapatkan sebuah harapan. Kita tidak pernah tahu apa yang terjadi jika kita tidak saling menjaga perasaan. Meskipun ada pembenaran bahwa rasa itu fitrah adanya, namun tidak menjaganya adalah malapetaka. Allah akan selalu menjaga kita, selagi kita selalu menjaga-Nya dalam menapaki hari-hari. Kita sedang menjaga hati untuk seseorang yang tengah menjaga hatinya untuk kita.
Kini adalah perentangan jarak untuk mendekatkan sebuah harapan. Dari jarak nan terbentang kejam kepada lantunan do'a-do'a. Sebab tidak ada kekuatan bagi keberpisahan selain melangitkan do'a-do'a pada-Nya. Sebagai seorang hamba sudah selayaknya tidak putus dari meminta. Sebentuk bukti keyakinan bahwa Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu dan hanya Allah SWT lah yang mampu menjawab do'a itu. Pada waktunya, kita akan tersenyum takjub bahwa, apa yang sempat kita do'akan ternyata ada dalam dirinya. Lalu do'a-do'anya dikabulkan dalam diri kita. Kita lagi mendo'akan orang yang di entah tempatnya, pun juga sedang mendo'akan kita.
Mari kita simpan dengan rapi rasa itu, karena akan berkesan dikenakan pada waktu yang tepat. Sekarang bukan saatnya. Kini kita tengah melaju ke satu titik temu untuk satu urusan yang telah ditetapkan-Nya, urusan yang sakral, tentang harapan itu. Hukum alam yang sangat klise kita dapati, bahwa "lelaki yang baik hanya patut disandingkan dengan wanita yang baik dan wanita yang baik hanya layak dipimpin oleh lelaki yang baik."
Kini kita menjalani semua dengan sekuat yang kita mampu untuk menjalani. Sebaik yang kita bisa lakukan.
Untuk mu harapan, yang tengah dirawat, didekatkan, yang ingin didapatkan, direnggut, diraih, dan dijemput.
Tetaplah memperbaiki diri !. Tidak harus menjadi lebih baik dari orang lain, hanya perlu lebih baik dari dirimu dihari kemarin.
Seharusnya kita tenang, karena kita yakin bahwa Allah lah yang mengatur hidup kita. Jika Allah mampu menukar malam kepada siang, dan menutup siang kepada malam. Maka sangat tidak sulit bagi Allah swt untuk mewujudkan harapan itu. Kita hanya butuh menanam yakin sebanyak-banyaknya, agar keraguan tidak memiliki tempat untuk berkecambah. Jangan lupa untuk menjadikan Allah sebagai gardu terdepan tujuan. Pancangkan harapan mu pada-Nya !