Kita sama-sama tahu, hasrat kita seperti selalu
Selalu berujung pada harap-harap malu
Kita hanya malas mengurusinya, dan memang rasa malas itu adalah perihal terbaik untuk masalah ini.
Semestinya rasa malas untuk mengurusi perasaan tak tahu diri itu abadi saja.
Kita jadi lebih mementingkan pada yang patut untuk dipentingkan.
Mengenai kontribusi kita, peran kita, amal kita, bekal kita, dan sudah sejauh mana kita menjadi sebaik-baiknya manusia.
Selalu berujung pada harap-harap malu
Kita hanya malas mengurusinya, dan memang rasa malas itu adalah perihal terbaik untuk masalah ini.
Semestinya rasa malas untuk mengurusi perasaan tak tahu diri itu abadi saja.
Kita jadi lebih mementingkan pada yang patut untuk dipentingkan.
Mengenai kontribusi kita, peran kita, amal kita, bekal kita, dan sudah sejauh mana kita menjadi sebaik-baiknya manusia.
Kita sama-sama rasa, mungkin tak tahu dengan siapa.
Jika pada akhirnya menjadi penyakit hati.
Kita hanya menjadi perugi.
Sebab hampir disetiap larik do'a yang dipinta adalah syurga, namun dalam hati bertumbuhan bibit-bibit yang Allah murka.
Apa bisa kita kembali dalam kenikmatan syurga atas ridho-Nya?
Minta lah fatwa pada hati.
Sedang hati tak mau mengindahkan perintah-Nya.
Coba periksa kembali hati !
Na'udzubillah.
Semoga kita akhirnya berhenti menzalimi diri sendiri.
Kita sama-sama mengerti.
Pernah ada perasaan yang tumbuh pada waktu yang tak terprediksi.
Mari koreksi hati, ada perbedaan yang kentara antara perasaan suci dan perasaan yang ternodai.
Yang suci itu menjaga, perlahan, dan menimbulkan rasa tenang .
Yang ternodai itu merusak, tergesa, dan menyulam rasa resah dan gundah gulana.
Semoga kita memantapkan hati dalam kesucian yang Allah kehendaki.
Kita sama-sama berdo'a.
Melangitkan nama yang sebutannya adalah entah.
Tidak ada yang perlu dicela dari sebuah jawaban do'a.
Apakah lama atau sangat lama, atau tidak di ijabah-Nya, atau berbeda dengan yang diminta.
Mungkin kita pernah merintangi jalan do'a dengan dosa-dosa.
Semoga kita kembali tersungkur pada helaan istighfar yang tak henti-henti.
Karena kita bukanlah orang yang berputus asa dari rahmat Allah.
Jika kita kembali ingat bahwa kita dihidupkan untuk dimatikan lagi, dengan itu kita pun enggan mentenggarai hati dengan rutinitas tidak penting.
Kita pun jadi tak larut dalam apa pun persepsi orang.
Kita tetaplah menjadi apa yang Allah kehendaki untuk kita lakukan. Mempersiapkan diri bukan untuk sesiapa pun , namun untuk menjadi sebaik-baik hamba-Nya yang diridhoi untuk menatap wajah-Nya.
Itu saja...!
Jika pada akhirnya menjadi penyakit hati.
Kita hanya menjadi perugi.
Sebab hampir disetiap larik do'a yang dipinta adalah syurga, namun dalam hati bertumbuhan bibit-bibit yang Allah murka.
Apa bisa kita kembali dalam kenikmatan syurga atas ridho-Nya?
Minta lah fatwa pada hati.
Sedang hati tak mau mengindahkan perintah-Nya.
Coba periksa kembali hati !
Na'udzubillah.
Semoga kita akhirnya berhenti menzalimi diri sendiri.
Kita sama-sama mengerti.
Pernah ada perasaan yang tumbuh pada waktu yang tak terprediksi.
Mari koreksi hati, ada perbedaan yang kentara antara perasaan suci dan perasaan yang ternodai.
Yang suci itu menjaga, perlahan, dan menimbulkan rasa tenang .
Yang ternodai itu merusak, tergesa, dan menyulam rasa resah dan gundah gulana.
Semoga kita memantapkan hati dalam kesucian yang Allah kehendaki.
Kita sama-sama berdo'a.
Melangitkan nama yang sebutannya adalah entah.
Tidak ada yang perlu dicela dari sebuah jawaban do'a.
Apakah lama atau sangat lama, atau tidak di ijabah-Nya, atau berbeda dengan yang diminta.
Mungkin kita pernah merintangi jalan do'a dengan dosa-dosa.
Semoga kita kembali tersungkur pada helaan istighfar yang tak henti-henti.
Karena kita bukanlah orang yang berputus asa dari rahmat Allah.
Jika kita kembali ingat bahwa kita dihidupkan untuk dimatikan lagi, dengan itu kita pun enggan mentenggarai hati dengan rutinitas tidak penting.
Kita pun jadi tak larut dalam apa pun persepsi orang.
Kita tetaplah menjadi apa yang Allah kehendaki untuk kita lakukan. Mempersiapkan diri bukan untuk sesiapa pun , namun untuk menjadi sebaik-baik hamba-Nya yang diridhoi untuk menatap wajah-Nya.
Itu saja...!