Jumat, 29 Januari 2016

Kita Sama-Sama

Kita sama-sama tahu, hasrat kita seperti selalu
Selalu berujung pada harap-harap malu
Kita hanya malas mengurusinya, dan memang rasa malas itu adalah perihal terbaik untuk masalah ini.
Semestinya rasa malas untuk mengurusi perasaan tak tahu diri itu abadi saja.
Kita jadi lebih mementingkan pada yang patut untuk dipentingkan.
Mengenai kontribusi kita, peran kita, amal kita, bekal kita, dan sudah sejauh mana kita menjadi sebaik-baiknya manusia.

Kita sama-sama rasa, mungkin tak tahu dengan siapa.
Jika pada akhirnya menjadi penyakit hati.
Kita hanya menjadi perugi.
Sebab hampir disetiap larik do'a yang dipinta adalah syurga, namun dalam hati bertumbuhan bibit-bibit yang Allah murka.
Apa bisa kita kembali dalam kenikmatan syurga atas ridho-Nya?
Minta lah fatwa pada hati.
Sedang hati tak mau mengindahkan perintah-Nya.
Coba periksa kembali hati !
Na'udzubillah.
Semoga kita akhirnya berhenti menzalimi diri sendiri.
Kita sama-sama mengerti.
Pernah ada perasaan yang tumbuh pada waktu yang tak terprediksi.
Mari koreksi hati, ada perbedaan yang kentara antara perasaan suci dan perasaan yang ternodai.
Yang suci itu menjaga, perlahan, dan menimbulkan rasa tenang .
Yang ternodai itu merusak, tergesa, dan menyulam rasa resah dan gundah gulana.
Semoga kita memantapkan hati dalam kesucian yang Allah kehendaki.
Kita sama-sama berdo'a.
Melangitkan nama yang sebutannya adalah entah.
Tidak ada yang perlu dicela dari sebuah jawaban do'a.
Apakah lama atau sangat lama, atau tidak di ijabah-Nya, atau berbeda dengan yang diminta.
Mungkin kita pernah merintangi jalan do'a dengan dosa-dosa.
Semoga kita kembali tersungkur pada helaan istighfar yang tak henti-henti.
Karena kita bukanlah orang yang berputus asa dari rahmat Allah.
Jika kita kembali ingat bahwa kita dihidupkan untuk dimatikan lagi, dengan itu kita pun enggan mentenggarai hati dengan rutinitas tidak penting.
Kita pun jadi tak larut dalam apa pun persepsi orang.
Kita tetaplah menjadi apa yang Allah kehendaki untuk kita lakukan. Mempersiapkan diri bukan untuk sesiapa pun , namun untuk menjadi sebaik-baik hamba-Nya yang diridhoi untuk menatap wajah-Nya.
Itu saja...!

Kamis, 28 Januari 2016

Bait-Bait RIndu Anak Ayah 22

Apa ayah tahu, tiap bulir hujan yang menyerak di pelataran bumi terus menciptakan nada elegi yang disesapi sepi.
Apa ayah tahu, rumah tanpa ayah mencabik-cabik ketahanan hingga tak mampu membendung ancaman cuaca yang menghantam.
Apa ayah tahu, tak pernah henti ingatan tentang ayah memeluk erat hari-hari.
Apa ayah tahu, sebegini hebatnya rasa rindu menderu-deru, tak tahu diri bahwa yang dirindu tak mau lagi bertamu.
Apa ayah tahu, ada dada yang bergemuruh jika ada yang bertanya, "Apa kabar Ayah ".
Apa ayah tahu, untuk menyelamkan pilu kehilangan ini membuat nafas menjadi sesak akhirnya terisak.
Apa ayah tahu, ada seorang anak yang melulu dalam hari-harinya adalah kerinduan untuk sosok yang tak pernah lagi hadir untuknya.
Apa ayah tahu, kini anak itu belajar mencintai kehilangan, mencoba walau akhirnya terpana dengan kondisi yang melankolis.
Apa ayah tahu ?
Ayah.... anak mu tak tahu cara menjahit mata ini untuk tidak menangis saat rasa rindu untuk bertemu hinggap tetiba di hati.
Di tiap cairan bening yang jatuh ada do'a-do'a yang terkonsentrasi penuh.
Semoga Allah selalu menyayangi Ayah 'disana' dengan segenap rahmat, pengampunan, dan ridho-Nya.
Ada hal yang melipur kesedihan atas kehilangan orang yang paling berharga, bahwa: "Orang yang ridho atas ketetapan Allah yang tidak menyenangkan adalah sebentuk keyakinan yang telah matang". Semoga begitu. Semoga dikuatkan...
Salam rindu seantaro jagad dari anak Ayah...

‪#‎bait_bait_rindu_anak_ayah‬

BAit-Bait Rindu Anak Ayah 21

Ditenggari dinginnnya malam bersama tarian hujan.
Izin aku bercerita tentang rindu.

Karena orang yang paling berharga itu, kini telah tiada
Kerinduan yang menyelubungi pori-pori kesenyapan hati.
Lagi-lagi mengenai seseorang yang sejak sekian bulan kemarin tak lagi disini bersama kami.
yang di waktu ini, kami hanya bisa memeluk bayangannya.
Mengecup manisnya kenangan dalam pahit.
Saat menyapa hanya mampu lewat do’a.
Kala mendekap hanya mampu sebatas hasrat.
Sedang jarak tak pernah peduli dengan rintihan keberpisahan.

Sesal melumat sesal terus menyemburkan api kemarahan.
Sebab tidak mampu membalas jasa cinta yang agung.
Sebab tak mampu membayar pengorbanan yang begitu dahsyat.
Sebab tak bisa memberikan yang terbaik semasa orang yang paling berharga itu ada.
Sebab dalam helaan nafasnya yang terakhir, aku tak dapat melepas kepergian itu.
Bahkan tak sempat meminta keikhlasannya dalam segenap salah dan khilaf semasa perjalanan hidup bersama, tak sempat meminta maaf.
Pedih rasanya !

Bahkan kini musim hujan telah berpindah ke mataku.
Sejak Ayah pergi, sejak ayah tiada lagi, sejak semua menjadi begitu berubah.

Ayaaaaah…
Atas punggung mu yang terbakar terik matahari demi mencukupi nafkah keluarga, semoga menjadi pahala terbalaskan syurga.
Atas keringat mu yang menyucur deras untuk membahagiakan keluarga, semoga memudahkan hisab pada yaumul akhir.
Atas peluh, letih, dan pengorbanan tulus mu untuk membesarkan anak-anak dalam kesejahteraan, semoga terlimpahkan pengampunan hingga Allah tak menyisihkan satupun selain rahmat dan kasih sayang-Nya.
Atas cinta mu dalam diam semoga Allah ridho dan mengizinkan Ayah untuk melihat wajah-Nya.
Ayah….




Dalam hening sepi, tersemai rindu dari anak mu, sepenuh jagad.
Merindu Ayah, anaknya hanya dapat terus belajar menegarkan hati.
Karena harapan tak bisa lebih selain mengulum kehampaan.
Mantra yang terampuh mengeringkan air mata hanya do'a.
Semoga, 'disana' Ayah tenang dan selalu disayang Allah.

‪#‎bait_bait_rindu_anak_ayah‬

Bait-Bait Rindu Anak Ayah 20

Ada seraut wajah sungkan memburam.
tergambar kian menjelas dan kian mengitari hasrat berjumpa.
Untuk kesekian kalinya, gagal membendung air mata.
Entah di belahan bumi yang mana dapat ku sembunyikan rasa.
Rindu atas sosok seorang Ayah yang telah pergi ke dunia abadi.
Ayah yang selama ini paling setia menjaga kepeduliannya dalam sembunyi-sembunyi.
Ayah yang tak pernah mau mengungkapkan kata sayang melalui kata-kata, cukup tindakannya menjelaskan semua itu.
Ayah yang amat enggan mengutarakan cinta tulusnya melalui sajak-sajak berkalimat, sebab pengorbanan sudah lebih untuk menjadi aksara cinta itu.
Ayah yang selalu ingin anak nya menjadi orang yang berguna, anak yang sukses di masa depannya.
Ayah yang menyekolahkan anak-anaknya dengan sebaik-baiknya pendidikan . Walau kadang harus memaksa diri agar anaknya bisa tetap sekolah, agar anaknya dapat mengecap pendidikan terbaik.
Ayah yang selalu pandai menyimpan rasa sakit dan lelah di depan anak-anak dan keluarga. Sehingga yang kami tahu, ayah selalu baik-baik saja.
Ayah yang paling tahu cara untuk menasihati anak-anaknya.
Ayah yang sangat sabar, sangat cerdas, sangat ikhlas, sangat ingin terus belajar menjadi ayah yang baik dan sangat teliti menjaga keluarga.
Ayah yang tidak bosan mendengarkan keluh kesah anaknya ini, mendengar banyak cerita dari anaknya ini, mendengar banyak hal dari anaknya ini. Menyimak dengan baik dan menanggapi dengan bijaksana.
Ayah terus membuat aku jatuh cinta setiap hari padanya. Hingga kini Ayah tiada, rasa cinta itu terpelihara dengan anggun di selaksar hati, bertumbuhan indah dan menjadi energi yang menghidupkan.
Yah...rindu ini mendorong diri untuk menyiapkan sebaik-baiknya pertemuan dengan Ayah pada yaumul akhir.
Semoga kita berjumpa di sebaik-baiknya tempat kembali.
Kelak anak mu akan tak henti-henti lagi bercerita.
Bagaimana tiap harinya harus mengadu kepada Allah tentang rasa rindu untuk bersua.
Salam rindu sepenuh jagad dari anak Ayah.
Semoga Ayah 'disana' selalu disayang Allah

‪#‎bait_bait_rindu_anak_ayah‬

Nasihat untuk Pecinta Al-Qur'an

Orang yang yang menjadikan al-Qur'an paling utama dalam detik, menit, jam, dan sehari-harinya. Maka ialah orang yang dijadikan Allah utama atas hamba-hamba-Nya.
Orang yang selalu bersama Al-Qur'an, Untuk itu Allah pun selalu bersamanya. Maka baginya kemudahan dunia dan akhirat, ridho Allah atasnya, dan untuknya pulalah kemuliaan di sisi Allah.

-Syekh Ali Jaber-

Minggu, 08 November 2015

Bait-Bait RIndu Anak Ayah 19

Walau langit malam ini tak berbintang.
Walau lukisan langit malam ini tanpa rembulan.
Walau malam ini tanpa Ayah.
Masih ada temaram cahaya yang kemarin ku simpan di kantung hati.
Terus menerangi ruang rindu.
Bintang tak perlu terlihat, karena rasinya telah ku ukir dalam ingatan jiwa.
Pun rembulan tak perlu tersingsing, karena polanya telah jelas dalam ingatan.
Ayah… meskipun tak lagi disini menemani anak gadisnya bercerita tentang malam, sang anak akan terus mengabadikan kisah rindunya dalam bait-bait puisi dan jalinan do’a-do’a


Ayah ?
Sudahlah….
Semoga ‘disana Ayah selalu disayang Allah….Aamiin
dari dinda mu Yah, yang terus mengirim rindu sepenuh jagad
mampukah Ayah menampung rindu itu ‘disana’ ?

Bahagia dan Sedih

Duhai, seseorang yang sedang bergembira. Tetaplah taat.....! Bersyukurlah, kamu masih dianugrahi sejumput rasa bahagia. Semoga bisa lebih sederhana lagi dalam merayakan kegembiraan, agar ketika sedih menjenguk tak terlalu berpesta pora bersama gundah gulana.

Duhai, seseorang yang sedang bersedih. tetaplah taat...! Bersabarlah, kamu tengah menjalani prosesi ujian untuk naik level di sisi Allah. Semoga bisa lebih sederhana lagi dalam menikmati kesedihan, agar ketika gembira berkunjung tak menjadi lupa diri.

Bahagia seperlunya, sedih secukupnya...Semua sederhana-sederhana sajalah. Sebab yang seimbang lebih sempurna dan Allah lebih suka. Dunia yang hanya sekedar sandiwara mengapa mesti serius benar melakoni perasaan dalam perannya. Cukup serius perasaan untuk 'kehidupan yang nyata' kelak saja. Kini bukanlah kehidupan yang sebenarnya. Jangan tertipu dayalah. Bahagia dan sedih ayolah segitu-gitu aja....

-AFJ