Pulang kantor lihat motor Ayah terparkir di teras rumah. Serasa Ayah akan menyambut keluar dengan seulas senyuman. Maka kepenatan selama 8 jam kerja itu rontok sedikit demi sedikit. Ternyata Ayah tidak ada. Ayah tidak lagi berdiri di tempat yang biasanya berdiri.
Segala yang nanti adalah entah, maka yang terbaik adalah mencintai yang saat ini. Mengerti bahwa tidak semua hal bisa diperbaiki. Ada kalanya itu hanya dapat diterima, lantas dijadikan pelajaran serta pembenahan.Karena masa lalu tlah jadi jarak yang terjauh dan kita tak pernah mampu lagi menempuhnya.
Masa lalu itu ..
Masa Ayah masih ada, tempat aku diizinkan Tuhan untuk memandangnya dengan utuh. Lalu ku baca dari tubuhnya sikap kelembutan namun tetap perkasa. Aku jadi belajar dari Ayah tentang banyak hal . Teladan kebaikan yang disisihkan Tuhan untukku melalui Ayah.
Di dunia ini memang tidak sedikit hal yang menjadikan kita bersedih, disamping itu kita juga perlu tahu bahwa banyak hal yang menunggu di hari esok untuk kita rayakan kebahagiaan.
Tuhan Semesta kini menyembunyikan Ayah dengan sedemikian cara.
Hingga aku mencari sedemikian hingga tak kunjung bersua.
Sebab Alam telah bersekongkol memecahkan dimensi.
Aku disini dan Ayah 'disana '.
Tuhan Semesta...
Kiranya jangan bosan mendengar pintaku.
Aku yang acap salah menafsirkan rencana Mu.
Sesesal mungkin mengupayakan Kau tatap kembali.
Untuk permintaan sakral bagi anak manusia yang kehilangan.
Sayangi ayah 'disana' yang dulu Engkau percaya untuk kubaktikan sedebu jasa.
Disana ....semoga Ayah tengah merayakan kebahagian.
Disana..... semoga Ayah disayang Allah.
©ningsi_afj
#bait_bait_rindu_anak_ayah
18 Agustus 2015 @home