Kamis, 25 Juni 2015

Jatuh Cinta

Tentang jatuh cinta. . .
Ia ingin jatuh cinta lagi.
Jatuh cinta pada kedamaian.
Rasa yang menghembus semua apa yang ada dari segenap kericuhan batinnya.
Yang Ia tahu kini dia sedang menujunya.
Entah sudah dimana dia sekarang, entah bagaimana cara dia menuju itu. Ia hanya meyakini dia,kedamaian, tengah berupaya menujunya. 
Semoga kedamaian itu segera sampai.
Jika sudah tiba, Ia akan menyambutnya layaknya pujangga yang telah lama merindu.

©ningsi_afj

#perjalanan_untuk_sebuah_mimpi

Sabtu, 20 Juni 2015

Ajari Aku Makna Berserah Diri 2

Tahun sangat tahu bahwa aku bergelut dengannya. Mencandai bulan yang terus berganti, adakalanya bersitegang dengan minggu sebab susunan jadwal yang padat, mungkin bersedih karena hari dengan ketidaksiapan hati menghadapi pemberian Tuhan dalam bentuk ujian hidup. Kadang termangu bersama jam menunggu hal yang membahagiakan hadir. Bisa jadi terpulas bersama menit-menit dengan setumpuk pekerjaan yang dituntut untuk selesai. Kini…. sisa-sisa detiknya ku perindah dengan mencari hikmah untuk apa aku bersama waktu ?. Kita sudah sama-sama tahu bahwa Tuhan mensakralkan sumpah-Nya atas waktu. Rasul saw menyampaikan waktu luang adalah nikmat yang kerap luput dari pengetahuan kebanyakan manusia. Sehingga menghabiskannya pada hal-hal yang tak menghebatkan masa depannya di dunia , tak memuliakan masa akhirnya di akhirat. Pesan-pesan suci ini menghadirkan kekhawatiran dalam diri. Jangan-jangan aku begitu. Mungkin aku belum menemukan untuk menjadi versi terbaik dalam mengolah waktu. mari temukan dalam Firman Petunjuk, Kitab Pembeda, Al-Qur'an. Kata orang shalih semua lengkap disana. Pun ada yang ingin kita tahu lebih dari tuntunan nyaman hidup ini. Maka singgahkanlah mata untuk membaca hadist, persilahkan telinga untuk mendengarkan sabda.Mudah-mudahan kita bukanlah bagian dari kelalaian memanfaatkan waktu.
Karena waktu ini..
Ajari aku makna berserah diri…..

Biarkan aku menggenggam pena….
Agar ku tulis deburan ombak, dentingan nada, desahan angin, hingga hujan yang turun.
Semoga kau mengerti artinya.
Biarkan aku menggunakan kuas dan berikan aku kanvas.
Agar ku lukis megahnya senja, anggunnya bebukitan, kokohnya gunung, pagi yang berembun, sampai angkasa membentang.
Semoga kau melihat maknanya
Lalu, Ajari aku makna berserah diri….
Bisakah aku menghilang dari segala kebisingan. Sebab aku hanya mau menjadi bagian dari solusi. Bukan orang-orang yang suka mencaci maki, memberi protes tak bertanggung jawab, mengajukan sikap yang mengundang amarah. Aku hanya ingin menjadi bagian dari solusi. Solusi yang menerpa negri ini. Solusi yang menerpa banyak divisi di ibu pertiwi. Ah mungkin terlalu membesar-besarkan. Terserahlah ! Beginilah yang terbersit di hati, terlintas dalam fikiran, dan kerap mengganggu imiginasi. Dapat ku perlajari dari sirah Rasulullah saw. Manusia agung yang melaju dengan ribuan langkah di depan untuk melihat masalah. Dengan itu masalah terlihat lebih pasat dan jelas. Sehingga teliti dalam memandang masalah, sampai akhirnya menjadi bagian dari solusi.
Dalam meneladani Nabi saw.
Ajarkan aku makna berserah diri….

Ku rasa perjalanan ini masih sangat jauh. Entah perjalanan ini akan mendekat pada bahagia atau nestapa. Kita sedang sama-sama memaksimalkan ikhtiar. Untuk saat ini, mari kita duduk di atas bumi yang tengah berotasi. Walau duduk sendiri-sendiri di tempat masing-masing. Kita perhatikan daun nan berguguran, yang tidak pernah menggerutu pada angin, bahkan saat dibawa kemanapun yang angin pilih tuk menjatuhkannya. Mungkin daun yakin bahwa angin takkan pernah salah memilih. Tak pernah memilih tempat yang menyakiti daun. Daun akan ditempatkan pada bumi yang tulus menerimanya untuk dijadikan santapan tanah. Santapan kebersamaan mereka.
Bersama dedaunan yang berguguran itu….
Ajari aku makna berserah diri

Lupa rasanya, sudah berapa kali aku menulis jarak di formulasi fisikaku. Yang ku ingat dengan terang adalah belum menemukan cara tuk menggunting jarak dengan sebuah do'a. Jika do,a itu ada. Saat ini pasti itulah yang ku sajaknya pada Tuhan, sambil tersedu-sedu memelas. Agar jarak itu lebih dekat, sehingga aku dapat menatap mata orang-orang yang ku rindui. Terlebih dia yang menjadi perantara kasih sayang Tuhan. Perjalanan panjang selama ini tak membuat jarak semakim dekat. Sungguh tak ada perubahan berarti. Sebab satu meter masih begitu dan belum menjadi senti ataupun mili.
Karena jarak inI.
Ajari aku makna berserah diri…..

Setiap kali kau merasa dilupakan, wajar saja mereka makhluk. Sedang Allah takkan pernah melupakanmu.
Setiap kali kau merasa ditinggalkam, wajar saja mereka manusia. Sedang Allah takkan pernah meninggalkanmu.
Setiap kali lagi ada rasa diabaikan, diacuhkan, tak dipedulikan, tak didengarkan, tak dipandang, dan tak tak yang lain. Sebab kiat sering terkecoh bahwa Allah takkan pernah melakukan semua tak-tak itu. Allah selalu mengawasi hingga tak sempat mengabaikan, Allah selalu menjaga hingga tak sempat mengacuhkan, Allah selalu mendengar hingga suara bisikan hati yang halus, Allah selalu memandang setiap gerak-gerikmu bisa jadi mengarahkanmu ke jalan yang lurus. Begitulah Allah. Tuhan kita bukan ? Juga Tuhan Alam ini, Alam yang kerap kujadikan analogi dan metafora dalam tulisanku. Sebab banyak pelajaran yang kudapat darinya. Dalam mentadabburi alam ini…
Ajari Aku Makna Berserah Diri….

Hujan Air Mata

Kemarin baru embun saja yang turun, lalu terganti oleh rinai, saat ini awan kelam berarak ke atap lara hingga….. menderas lah air itu turun, melaju bersama himbauan gravitasi. Seolah alam ini melukiskan suasana yang ada. Terasa hampir begitu adanya. Kini Ia sudah lembab dengan air mata. Termangu sendiri dalam kecapaian. Menunggu kekuatan hati tumbuh rindang meneduhi teriknya ujian yang datang silih berganti. Memang karena pintanya begitu. Minta diberikan hati yang kokoh, yang kuat, yang tegar untuk meraih apa Yang Tuhan ridhoi. Bisa jadi, apa yang tengah dilewatinya adalah parameter keberhasilan mencapai apa yang dulu pernah ia minta pada Tuhannya.
Kini Ia masih menunggu…menunggu awan gelap itu tersaput kebeningan penglihatan. Hingga ia mampu melihat apa yang ada di atas kegelapan awan, Yakni semburat cahaya matahari yang kekal dan  takkan pernah hilang sampai  Tuhan menitahkannya untuk berhenti bersinar. Ia yakini itu, lalu  kini Ia  sedang mencoba memaknai kesabaran pada perihal menunggu terlihatnya cahaya. Sebab segalanya pasti berbatas. Kita tidak di tuntut untuk menunggu terlalu lama. Tidak mungkin seluruh badan kehidupan ini nestapa, karena disana pasti banyak berkecambah bahagia, nestapa itu hanya sekedar memperindah kebun kehidupan. Jika nestapanya ada kesabaran tentu menjadi kembang nan indah. Jika nestapanya kosong dari kesabaran tentu menjadi bunga busuk yang tak berarti. Pedih-pedih sedap rasanya… Nikmati saja kata sanubari ! Kelak selepas banyaknya kesabaran yang dijalani, ada suatu waktu kita akan terpana hingga lupa dengan pedihnya rasa sakit. Entah kapanlah datangnya. Ia hanya mampu tuk bersabar. Berbasar dalam ujian yang berbatas waktu. Tidak terlalu lama….semoga hatinya tak serapuh kapur, namun sekuat baja. Semoga…mari menangkan !
19: 52 wib @home
15_06_15| ©ningsi_afj

Meditasi Terbaik

Ia sangat ingin menguasai perasaan.
Menyeimbangkan gelombang kesedihan yang keras dan luapan kegembiraan yang tinggi.
Untuk itu, Ia melakukan meditasi terbaik.
Bentuk meditasi yang membuat alam ini membantunya  menemukan keseimbangan.
Meditasi itu adalah yang selama ini dikenal dengan  kekhusyukan hati. Khusyuk dalam mengenali siapa dirinya.
Khusyuk dalam menyadari untuk apa dia hidup.
Khusyuk dalam memaknai siapa Penciptanya.
Khusyuk menyelami hikmah setiap pemberian Tuhan, apakah pemberian yang mengagumkan maupun mencengangkan.
Hal itu sering menjadi solusi atas himpitan kehidupan yang kadang menjelma tak terduga.
Kita tentu tidak pernah tahu perihal takdir.
Kita hanya mesti meyakini segala takdir dari Tuhan tak punya kecacatan. Takdir itu maha sempurna, karena sebelum di tetapkan telah disempurnakan oleh Dzat Yang Maha Sempurna.
Tak sopanlah kiranya jika kita menolak apa yang telah disempurnakan untuk kita atas takdir.
Maka, sebisanya Ia pertahankan kekhusyukan itu, agar kegusaran tak  pernah ikut campur lagi jikalau takdir itu datang, apapun wujudnya.
Biar ketenangan saja yang menyambut takdir itu.
Karena goresan waktu yang lampau Ia terus belajar bermeditasi.
Dengan seutuhnya meditasi.....

19:24 WIB @home
16_06_15 |©ningsi_afj

Ujian

Di dalam hidup ini, apapun yang terjadi.
Jangan lupa bahwa kita selalu dijaga, walaupun kita jarang menjaga diri. Kita terus di awasi, walaupun kita acapkali luput dari pengawasan diri. Memang begini...
Karena hidup adalah sekumpulan ujian.
Maka dalam prosesi ujian  itu kita dijaga dan diawasi.
Tuhan tak pernah bercanda dalam memberikan ujian.
Dipilih sesuai kemampuan penerimanya.
Tidak untuk menyakiti, sama sekali bukan.
Ujian dari Tuhan semacam alat pembunuh kelemahan diri.
Agar kelak kita menjadi lebih kuat dan terselamatkan dari kelemahan diri kita.
Sebab kelemahan itu sering membuat beban hidup ini terasa amat berat. Padahal tidak lagi berat jika kita sudah di uji, dan sebelum itu kita telah dilatih untuk menghadapi ujian.
Sayangnya, kita sering kabur dari melihat bentuk latihan-latihan kecil itu. Apakah terlalu fokus dengan pekerjaan, atau terlena  dengan kesibukan. Terlepas dari semua itu, yang penting Tuhan sudah berikan kita latihan. Jadi saat ujian datang jangan banyak protes. . .!
Ambil dengan santun, jalani dengan kelapangan hati, kerjakan dengan ketulusan.
Bila soal itu terlalu rumit.
Tanyakan kembali pada Tuhan di waktu yang pas untuk kita dapat berkomunikasi baik dengan-Nya.
Bisa dalam shalat, dan lebih baik di saat kericuhan siang sudah ditelan sunyinya malam.
Tanyakanlah dengan penuh ketundukan. 
Memelaslah sejadi-jadinya, kalau mau tak mengapa sambil menghidangkan air mata, sebagai tanda bahwa kita sangat butuh.
Lihatlah, di hari-hari esok kita tidak akan pernah menyesal untuk di uji kembali. Sebab kita sudah menemukan cara untuk menghadapinya.

Semoga....mari menangkan !

20_06_15 @home|©ningsi_afj

Selasa, 09 Juni 2015

Ajari Aku Makna Berserah Diri

Memang hidup ini menarik, jika paham caranya.
Kini ajari aku tentang makna “Berserah Diri”
Apakah harus mengalah kepada angin, membiarkan diri dihempas dan tak perlu memikirkan kemana akan jatuh ?
Apakah harus mengalah kepada arus, hanyut ke tempat-tempat jauh yang tak pernah tahu dimana akhirnya ?
Atau kubiarkan berjalan sendiri.
Ada satu waktu dimana rasanya lelah itu mendaki hingga sampai ke puncak.
Mungkin selepas usaha yang begitu meresahkan.
Mungkin selepas berlari kencang mengejar deadline.
Adakalanya karena goresan luka yang mulai menganga.
Adakalanya karena kecewa.
Semua menjadi sangat lelah, memberingas menuju sel-sel otak.
Lalu …..
Kemarilah, ajari aku makna “Berserah Diri”
Pasrah pada apa yang telah digariskan.
Begitu?
Sudahlah….
Aku cukup percaya.
Kini juga belajar mempercayakan hidup pada sebuah garis yang tidak pernah kita lihat dimana ujungnya.
Pada garis hidup yang telah ada sebelum semua ada.
Pada sebuah cerita dimana manusia adalah pemeran utamanya.
Dimulai dengan sebuah pemahaman, bahwa bentuk takdir yang ditemui, semua diciptakan dengan tujuan baik.
Hanya butuh waktu untuk menafsirkan semua.
Biar kubisikkan keluhan pada bumi di sepanjang tubuh sepertiga malam, agar langsung bumi menyampaikan pesan ini pada Pemangku Langit.
Ajari aku makna “Berserah Diri”..
Roda aktifitas sehari-hari ku melesat dengan kelajuan menerus, percepatan yang bertambah.
Hampir-hampir tangan jiwaku hilang kendali.
Akal ku tergoncang hebat. Apalagi tubuhku sudah terasa penat yang menyelusup sekehendaknya saja.
Ajari aku makna berserah diri.

Sehingga pelangi tak lagi bersembunyi menjelang datang rinai. Agar aku tak perlu mengayuh terlalu penuh pedal sepedaku. Izinkan aku rehat sebentar. Dan datanglah….
Ajari aku makna berserah diri.

Saat ku pandang langit siang, teriknya kepalang tak tanggung. Ada binatang melayang hinggap di penglihatanku yang mengarah ke langit. Aku duga memang aku sudah letih. Aku sudah letih disini, di tempat dimana aku tak kunjung pergi dari gusar. Maka mendekatlah…
Ajari aku makna berserah diri.
Dipersinggahan yang sementara ini, aku ingin berarti.
Aku ingin mengabdi, aku ingin dalam ridho Ilahi
Ajari aku makna berserah diri…..

Pernahkah kau berjalan di tepi ranu.
Atau dari atas saja. Banyak yang suka pada ranu. Karena kejernihan airnya terkadang hadir menjadi cermin pribadi. Sayangnya aku tak pernah kesana, sehingga belum terlihat bagaimana aku ini adanya. Ajaklah aku kesana…
Ajari aku makna berserah diri.

Perjalanan ini masih jauh. Pun aku bingung sampai kapan berakhir atau adakah yang mau menghentikannya. Meminta mampir di gubuk sederhana. Yang isinya kemegahan hati dan kemuliaan akhlak. Jika belum, temani aku melanjutkan perjalanan ini. Hingga takdir langit turun tuk memarkirkan langkahku di tanah pilihan-Nya.
Ajari aku makna berserah diri.

Sedari dulu, kini, dan nanti kita tak pernah tahu di titik mana akan bertemu solusi. Bersabarlah lalu merengeklah akan pertolongan Tuhan. Ia senjata mukmin yang tak pernah tumpul. Pada hakikatnya zaman terus berevolusi pada satu poros yang pasti yakni kiamat. Untuk itu, ikutlah berevolusi bersama tasbih bumi mengelilingi matahari.
Ajari aku makna berserah diri.

Bahan bakarku habis, aku tak mungkin lagi melanjutkan perjalanan. Jiwaku memberontak bahwa kau tak boleh berhenti karena dunia ini bukanlah tempat yang nyaman tuk istirahat. Temukanlah bahan bakarmu diselubung alam semesta. Ia setia bersembunyi disana hingga kau mau menjemputnya. Para sufi menceritakan bahwa ia bisa kau ambil di sepertiga malam, saat kebanyakan manusia senyap dalam tabur mimpinya masing-masing. Mengendap-endaplah bentangkan sajadah. Luruskan hatimu pada Sang Maha Luas Kekuasaannya, Raja dari segala Raja, Pemilik Segala Sesuatu tanpa terkecuali. Lantunkan nada-nada tasbih dalam kekhusyukan. Rendahkan kepalamu tepat diatas bumi. Memintalah. Disana transfer energi terjadi. Sepanjang Mentari menemani hari kau sibuk dengan aktifitas yang beragam. Energi itu akan menjagamu tetap kuat untuk melanjutkan perjalanan. Berjuanglah bersamanya….
Lalu ...
Ajari Aku Makna Berserah Diri.

Adakalanya, aku ingin menjelma menjadi gamma. Bebas memutuskan perjalanan. Menembus apapun yang ingin dilaluinya. Tak terpengaruh oleh medan listrik, medan magnet, bahkan grafitasi. Hebat ! Bisakah kau mengubahku menjadi gamma. Sehingga nanti aku dapat menerobos apapun dinding ujian dari-Nya tanpa dibelokkan oleh niat yang lain selain mendambakan kemuliaan disisi-Nya. Aku tanya sekali lagi, bisakah ? Kalau begitu…
Ajari aku makna berserah diri…..

Adakalanya, aku ingin menjadi hujan. Datang ke bumi setulus keinginan. Hanya demi menemui setiap apa saja yang merindukan hadirnya. Walau banyak manusia yang jengkel dan mencaci maki hujan karena bajunya yang basah atau menghambat acara yang tengah di adakannya saat itu, saat hujan ditakdirkan untuk terjun ke bumi. Hujan akan memeluk siapapun yang bertengger di atas bumi tanpa pilih-pilih. Hujan tak peduli dengan kebencian makhluk. Ia datang ke bumi hanya untuk mematuhi titah Tuhan. Yakni bercengkrama bersama para tetumbuhan. Mengarus bersama sungai, bahkan rela mengendap kedalam bumi. Sampai datang panggilan dari langit, hujan akan naik bersama terik mentari, kembali bersemayam di gemawan atas sana. Apakah aku menjadi hujan saja ? Entah bagaimana caranya. Oleh karena itu….
Ajari aku makna berserah diri.

Roda-rodaku kelihatannya tidak lagi berputar. Padahal aku memutarnya. Walau dengan pelan. Gaya berat di atas kehidupan ini meraibkan gerakku berjalan. Padahal aku tak berhenti memutarnya. Sungguh, setelah aku sedikit tahu bahwa seorang pemenang takkan berhenti hingga ia mencapai harapan. Aku pun tertatih untuk dapat mengerakkan kaki ini agar tak terhenti. Kenapa aku juga tak bergerak. Mungkinkah aku butuh torsi yang lebih besar ? Sebuah gaya yang mampu merotasikan hidupku dengan lesatan yang tak tertandingi. Setidaknya mempercepatku untuk sampai pada harapan. Bisa jadi torsi itu sedekah. Sebab 1-1 tidak lagi 0 namun jadi 11. Betapa bahagianya bila torsi itu adalah sedekah. Ulama meyakini itu betul. Jadi kita tak mungkin lagi mengelaknya. Untuk menjalani ini…..
Ajari aku makna berserah diri.

Sore ini aku lihat mendung mengkanfas langit.Siluet senja menggurat jelas di wajah angkasa. Setidaknya, apabila memandang langit jingga ini aku dapat merasakan hal yang sama dengan insan dibelahan bumi lain yang berhasrat tuk dihibur menjelang datang malam. Langit sekalipun tak pernah malu memandangku. Membuat aku bisa bertahan lama memikirnya keagungan pencipta-Nya. Hanya aku saja yang malu pada Rabbku, sebab amalan ku tumpang, ibadahku kurang, dzikirku jarang, namun karunia-Nya selalu sempurna. Izinkan aku tuk kembali meminta.
Ajari aku makna berserah diri…..

Sempat berfikir tuk melautkan diri. Sempitnya hati ini tak jarang cuma menyisakan tekanan. Berbeda dengan laut yang kelapangannya membuat laut mampu menampung apapun yang masuk tanpa harus berceloteh panjang, tanpa harus mengeluh, tanpa harus merasa tertekan, tanpa harus melaknat Tuhan atas apa yang telah masuk. Damai bukan ? Cukup mendamaikan bagi orang sepertiku, insan yang masih memiliki perjalanan yang belum tau persinggahannya.Kelapangan itu amat cukup membantu. Jika kita mampu melapangkan hati tuk mencintai Allah, maka Allah akan melapangkan hati-hati manusia tuk mencintai kita dengan kecintaan yang lebih. Ah...aku jadi ingat orang tua ku untuk hal ini. Manusia pilihan Tuhan yang belum pernah bisa atau mungkin tak bisa untuk dibalas cintanya sebab cinta mereka adalah cinta Tuhan. Cinta yang Maha Agung dari segala cinta.
Jika memang kau setuju, maka…
Ajari aku makna berserah diri…..

21:03 wib | 09_06_15 @home
©ningsi_afj

Senin, 08 Juni 2015

Yang Dipilih Bukan yang Didamba

Bisakah kau memperjuangkan orang yang didambakan, dengan mengikhlaskannya.
Lalu memperjuangkan orang yang ditakdirkan, dengan menerimanya penuh keikhlasan. Menyambutnya dengan tatapan hati nan mantap.
Sebab Tuhan tak suka bermain dadu, apalagi mempermainkan perasaanmu. Yang dipilih adalah yang dari dulu telah disepadankan dengan upayamu. Bersikaplah layaknya sikap yang anggun seorang putri raja sembari menggandeng pangeranmu menuju istana syurga yang kau impikan.