Minggu, 12 Januari 2014

My Dream

Menjadi Bagian dari Kebaikan

Oleh: Solikhin Abu ‘Izzuddin

Rasulullah saw bersabda,
“Muadzin (orang yang adzan) akan diampuni dosa-dosanya sesuai dengan panjangnya suara adzannya. Siapapun yang mendengarnya pasti membenarkannya. Dia mendapatkan pahala dari orang-orang yang shalat bersamanya.” (Shahih Targhib wat Tarhib)

Orang-orang shalih memiliki obsesi yang tinggi untuk meraih keutamaan dan menggerakkan diri untuk menjadi bagian dari kebaikan. Bahkan menjadi pintu-pintu kebaikan dari orang-orang lain dan setelahnya.

Seorang pelopor dakwah Islam di Mesir, Imam Hasan Al Banna rahimahullah, dalam memoarnya beliau menuliskan pengalaman-pengalaman saat masih menjadi bocah kecil. Dia berpikir bagaimana mendapatkan pahala terbesar dari ibadah adzan, sementara masjid-masjid yang dia ketahui sudah memiliki muadzin masing-masing. Apakah yang harus dia lakukan untuk tetap mendapatkan pahala adzan, terutama adzan Shubuh?

Allah Azza wa Jalla akhirnya memberi petunjuk pada dirinya tentang seni meraih kebaikan dari adzan tersebut. Hasan Al Banna menuliskan di dalam Memoarnya,

“Saya menemukan kebahagiaan besar dan kelegaan yang luar biasa ketika saya membangunkan para muadzin untuk adzan Shubuh. Setelah itu saya berdiri, mendengarkan suara adzan yang keluar dari tenggorokan mereka dalam satu waktu, di mana antar masjid jaraknya berdekatan di desa. Terlintas dalam benak saya bahwa saya menjadi salah satu sebab bangunnya sejumlah jamaah shalat dan bahwa saya mendapatkan pahala seperti pahala mereka.”

Saudaraku, inilah cara sederhana untuk bahagia. Memulai kebaikan dari diri kita sehingga bisa menjadi bagian dari keshalihan orang lain. Memperoleh pahala dari suatu kebaikan yang dilakukan oleh orang lain. Cara cerdas untuk berprestasi dan berkarya meski dalam kondisi serba terbatas. Cara cerdas untuk menghadirkan keridhaan Allah dalam banyak ketaatan.

Sederhana, Man dalla ‘alaa khairin falahu mitslu ajri fa-ilihi... Barangsiapa menunjukkan pada kebaikan baginya pahala sebagaimana orang yang mengamalkan.

Nah, kini 9o-an hari ke depan kita akan memasuki pesta rakyat, pesta kenegaraan. Apa artinya malam minggu // Bagi orang yang tidak mampu // Mau ke pesta tak ber uang // Akhirnya nongkrong di pinggir jalan …

Agar tidak hanya sekadar nongkrong di pinggir jalan, mari kita gabungkan diri di sini menjadi bagian dari kebaikan, agar mendapat pahala dan keberkahan dari Allah Ta’ala.

1. Ishlahun Niyah

Memperbaiki dan terus memperbarui niat-niat kita. Menjadi bagian dari kebaikan dan proyek kebaikan tentu ada suka dan dukanya. Kita mesti terus menyiapkan diri dengan perbaikan niat agar apa yang kita kerjakan selalu bersandar kepada Allah dan keridhaannya. Membangunkan para muadzin tentu menjadi kebahagiaan namun jangan sampai membawa ketakaburan, justeru pahala dari Allah dalam ridha-Nyalah yang selalu dirindukan.

Niat yang benar akan menjadi kendali untuk terus taat. Sejarah telah memaparkan bahwa godaan duniawi dalam Perang Uhud bisa meluruhkan ketaatan. Ini warning Rabbani agar kita selalu berhati-hati. Sejati yang kita cari bukan ghanimah tersebut namun pertolongan Allah.

Keterbatasan berbagai sarana, senjata dan perbekalan dalam perang Badar justeru menjadikan para sahabat Nabi merasakan kuatnya keharusan kebergantungan kepada Allah sehingga mereka benar-benar mengerahkan seluruh kemampuan dan bertawakkal menyandarkan kelemahan kepada Allah.

Kini, di medan siyasi, dalam ‘aam intikhobi, menuju pertarungan eksistensi dakwah kita mesti memperbaiki kembali niat-niat kita agar kita tidak tergelincir dalam keterpurukan. Dakwah sebagai panglima harus terus menjadi kekuatan yang mengerahkan gerak para da’inya bersama berjuang menyambut kemenangan.

2. Ishlahun Nafs

Untuk menjadi bagian dari proyek kebaikan kita mesti menjadi menjadi ahlul khair, menjadi orang-orang yang fair untuk terus berpikir dan berdzikir membentuk jati diri muslim, mukmin dan da’i sejati. Karena pemenang atau pecundang terbaca dari maknawiyahnya, dari spiritualnya, dari kualitas ibadah dan penghambaannya kepada Allah.

Meski kita lemah, namun kita tidak mudah menyerah oleh masalah. Ketika diberi amanah disambut dengan sigap, bismillah saya akan mulai, saya beranikan untuk mencoba,  saya akan pelajari dan saya akan usahakan semaksimal kemampuan. Itulah jiwa yang sehat.

Spiritual yang sehat akan mempengaruhi cara pandang yang sehat dan menghadirkan pertolongan Allah sehingga semakin dekat. Nashrun minallahi wa fathun qoriib. Menurut kesaksian Ibnu Mas’ud radhiyallahu ‘anhu, “Turunnya surat Al Fath ketika jiwa kami sudah menjadi baik dan bertobat. Laqod rodhiyallahu … ayat 18.”

Saudaraku, pemilu dalam kacamata dakwah bukan sekadar memilih anggota dewan atau wakil rakyat di parlemen, namun lebih merupakan pertarungan eksistensi dakwah kaum muslimin. Akankah kita mampu menjaga keberadaan dan keberlangsungan dakwah sehingga para pengambil kebijakan benar-benar berpijak kepada kepentingan umat. Kita merasakan benar adanya kezaliman dimana-mana ketika kerusakan terus meluas sementara kemampuan kita untuk memperbaiki keadaan belumlah setara dengan eskalasi keburukan.

Dalam kacamata dakwah pemilu adalah cara bijak untuk bertindak mengambil peluang di tengah sempitnya bahkan berusaha ditutupnya berbagai peluang untuk menyuarakan kebenaran. Amru bin Ash radhiyallahu ‘anhu berpesan, “Seorang pemimpin adalah orang yang tahu jalan masuk ke suatu perkara dan mengetahui jalan keluar dari masalah sesempit apapun jalan yang tersedia.”

Oleh karena itu, Pemilu sudah dekat, daripada sibuk mempermasalahkan masalah lebih baik segera menyelesaikan masalah satu demi satu sebagaimana pesan heroik Khalid bin Walid dalam suatu pertempuran, “Daripada kalian sibuk menghitung jumlah kepala musuh lebih baik kalian segera memenggal leher mereka satu demi satu.”

Maka kader tak perlu keder melihat keangkuhan spanduk dan baliho yang terpajang karena mereka hanyalah spanduk, lebih segera silaturahim satu demi satu untuk menggerakkan dukungan. Dana kita sangat terbatas, kata Presiden PKS Anis Matta, namun kita mengubah keterbatasan dengan memperbanyak silaturahmi. Siap pak, laksanakan!

3. Ishlahul ‘Amal

Kita bekerja di jalan dakwah dan terus memperbaiki kualitas amal-amal kita dengan menjaga keikhlasan dan menjaga keshahihan amal sesuai manhaj, sesuai Al Qur’an dan As-Sunnah. Apa yang sudah kita kerjakan untuk dakwah ini? Bukan sekadar amal, bukan sekadar afiliasi, bukan sekadar partisipasi, bukan sekadar kontribusi, namuan ahsanu amala. Amal terbaik. Karena apa yang kita berikan itulah yang bakal menjadi milik kita sesungguhnya. Kita mesti all out alias tumplek bleg mengerahkan segala kemampuan.

Sebab…
kalau kita berpikir menang maka seluruh jalan akan terbentang
kalau kita berpikir menang maka seluruh strategi akan dirancang
kalau kita berpikir menang maka seluruh kekuatan akan digalang
kalau kita berpikir menang maka seluruh energi akan diundang
kalau kita berpikir menang maka seluruh halang rintang akan diterjang dan akhirnya kita menang
gunung kan ‘kudaki
lautan kan kuseberangi
rumah-rumah kudatangi
warung-warung kutelusuri
sawah-sawah kucangkuli
lapangan kusapu setiap hari
untuk meraih kemenangan sejati
menjadi tiga besar pemenang pemilu di negeri ini

Saudaraku, jangan sekadar “yang penting saya bekerja” karena itu sama halnya sudah mengkhianati janji diri menjadi muslim sejati. Namun kita mesti memastikan bahwa kita melakukan yang terpenting dan yang terbaik. Simak nasihat Buya Hamka, “Untuk mengejar cita-cita yang mulia, engkau jangan sampai kalah sama ayam jantan yang mengejar ayam betina. Ayam jantan bisa terbang dan menerjang bahkan naik ke genteng hanya demi sekadar melampiaskan syahwatnya.”

Kita tidak akan mendapatkan kemenangan jika kita tidak bekerja sama dan bersama bekerja di jalan dakwah, karena tangan Allah bersama jamaah, bersama orang-orang yang berjamaah di jalan dakwah. Sebab kebenaran yang tidak terorganisir, kata Sayyidina Ali karamallahu wajhah, akan bisa terkalahkan oleh kebatilan yang terorganisir. Dan berhati-hatilah dengan kebatilan orang-orang pintar atau tepatnya cerdik.

Kebatilan yang dilakukan oleh orang-orang pintar jauh lebih berbahaya dibandingkan dengan kebatilan yang dilakukan oleh orang yang bodoh.

Jika orang bodoh mencuri ayam, terkadang bukan ayamnya yang tertangkap, justeru dirinya yang tertangkap.

Jika orang-orang pintar yang mencuri bisa miliaran bahkan triliunan rupiah, tak juga ketangkap bahkan bisa menangkap dan membuat perangkap kepada para penegak hukum agar menaati titahnya dan mulutnya terbekap.

Aneh ‘kan? Memang aneh. Tapi begitulah kenyataannya. Maka jangan mudah kau sakit hati bila melihat orang jahat diberi umur panjang, ketenaran, popularitas karena bisa membeli media dengan uang hasil kejahatannya, bisa menutup perkara dengan jaringan mafianya, bisa membeli alat negara dengan kemampuan lobi liciknya.

Jangan sakit hati saat engkau melihat kenyataan yang menyakitkan ini. Justeru mari sehatkan diri, kokohkan hati dengan hal-hal kecil untuk membangun optimisme diri bahwa selalu ada jalan untuk berprestasi meskipun kecil.

Jangan sakiti hatimu, bekerjalah dan terus bergeraklah menjadi bagian dari kebaikan. Semoga Allah mempertemukan kita dalam wajah cerah di tengah kemenangan dakwah dan insya Allah dalam reuni abadi di jannah dalam keadaan Happy Ending full baROkah.

Allahu Akbar
Allahu Akbar
Allahu Akbar
Walillahil Hamd


*Solikhin Abu ‘Izzuddin – ZERO to HERO
Jazakumullah kepada ust.Muhith Muhammad Ishaq yang telah banyak menginspirasi tulisan ini. 

Kisah Kaum Ad

Kaum Muslimin, rahimakumullah

Marilah kita senantiasa meningkatkan ketaqwaan kita kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala dengan melaksanakan perintah-perintah Allah sesuai dengan kemampuan dan menjauhi semua larangan-Nya

Kaum Muslimin, rahimakumullah

Allah Subhanahu wa Ta’ala menciptakan semua makhluk-Nya agar beribadah hanya kepada-Nya dengan mengikhlaskan semua amal perbuatannya untuk Allah berupa ketaatan terhadap perinta-perintah Allah, menjauhi semua larangan Allah, menunaikan hak-hak Allah Subhanahu wa Ta’ala dengan menegakkan keadilan dan melarang semua tindak kezhaliman.

Melalui kitab-Nya, Allah memberikan perintah, melarang, memberikan motivasi juga memberikan ancaman, mengisahkan kisah terbaik sebagai nasihat dan pembelajaran. Dan sunnatullah yang berlaku pada orang yang melakukan perbuatan maksiat dan orang yang sombong dari umat terdahulu tidak akan berubah. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

سُنَّةَ اللهِ فِي الَّذِينَ خَلَوْا مِن قَبْلُ وَلَن تَجِدَ لِسُنَّةِ اللهِ تَبْدِيلاً

“Sebagai Sunnah Allah yang berlaku atas orang-orang yang telah terdahulu sebelum(mu), dan kamu sekali-kali tiada akan mendapati perubahan pada Sunnah Allah.” (QS. al-Ahzab: 62)

Diantara kisah yang diceritakan dalam Alquran yaitu kisah kaum ‘Aad yang tidak ada tandingannya dalam masalah kekuatan dan kezhalimannya. Kisah mereka dimuat dalam beberapa surat diantaranya dalam surat Hud ‘alaihissalam yaitu nama Nabi mereka juga dalam surat al-Ahqaf yaitu tempat peristiwa itu terjadi. Ibnu Katsir rahimahullah mengatakan, “Allah Subhanahu wa Ta’ala menyebutkan kisah mereka dalam beberapa tempat agar kaum Muslimin bisa mengambil pelajaran dari kisah pembangkangan mereka.”

Mereka memiliki fisik yang bagus, tinggi dan kuat. Bahkan Allah Subhanahu wa Ta’ala tidak pernah memberikan kekuatan seperti kekuatan mereka. al-Baghawi mengatakan, “Belum pernah diciptakan seperti kabilah ini dalam masalah ketinggian dan kekuatan fisik.”

Tempat tinggal mereka adalah tempat tinggal terindah dan terbaik serta kokoh. Mereka berlebih-lebihan dalam masalah ini. mereka banyak sekali membangun bangunan megah, padahal mereka tidak butuh. Mereka melakukan itu hanya untuk unjuk kekuatan dan kemampuan. Perilaku ini diingkari oleh Nabi mereka:

أَتَبْنُونَ بِكُلِّ رِيعٍ ءَايَةً تَعْبَثُونَ

“Apakah kamu mendirikan pada tiap-tiap tanah tinggi bangunan untuk bermain-main.” (QS. Asy-Syu’ara: 128)

Kaum Muslimin, rahimakumullah

Allah Subhanahu wa Ta’ala membukakan pintu-pintu rezeki buat mereka sehingga kekayaan mereka terus bertambah dan bertambah pula bangunan-bangunan yang mereka dirikan. Allah Subhanahu wa Ta’ala menganugerahkan tumbuh-tumbuhan dan mata air, Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman, yang artinya,

وَجَنَّاتٍ وَعُيُونٍ إِنِّي أَخَافُ عَلَيْكُمْ عَذَابَ يَوْمٍ عَظِيمٍ

“Allah telah menganugerahkan kepadamu binatang-binatang ternak, dan anak-anak, dan kebun-kebun dan mata air.” (QS. Asy-Syu’ara: 133-134)

Lalu Allah Subhanahu wa Ta’ala memerintahkan mereka untuk mengingat-ingat berbagai nikmat ini agar bisa meraih ridha Allah dan kebahagiaan dunia dan akhirat. Namun apa yang mereka lakukan ?

Mereka membalas kebaikan-kebaikan Allah itu dengan pembangkangan dan penentangan. Mereka menyembah berhala. Seruan rasul (utusan) Allah mereka remehkan dan Nabi mereka dituduh sudah gila. Mereka mengatakan,

قَالُوا يَا هُودُ مَا جِئْتَنَا بِبَيِّنَةٍ وَمَا نَحْنُ بِتَارِكِي آلِهَتِنَا عَنْ قَوْلِكَ وَمَا نَحْنُ لَكَ بِمُؤْمِنِينَ إِنْ نَقُولُ إِلَّا اعْتَرَاكَ بَعْضُ آلِهَتِنَا بِسُوءٍ ۗ قَالَ إِنِّي أُشْهِدُ اللَّهَ وَاشْهَدُوا أَنِّي بَرِيءٌ مِمَّا تُشْرِكُونَ

Kaum ´Ad berkata: “Hai Huud, kamu tidak mendatangkan kepada kami suatu bukti yang nyata, dan kami sekali-kali tidak akan meninggalkan sembahan-sembahan kami karena perkataanmu, dan kami sekali-kali tidak akan mempercayai kamu. Kami tidak mengatakan melainkan bahwa sebagian sembahan kami telah menimpakan penyakit gila atas dirimu. Mereka juga mengungkapkan kekufuran mereka dengan terus terang. Mereka mengatakan, “Kami sekali-kali tidak akan mampercayai kamu.” (QS. Hud: 53-54)

Dengan ini mereka menolak dakwah Nabi mereka. mereka mengatakan:

سَوَآءٌ عَلَيْنَآ أَوَعَظْتَ أَمْ لَمْ تَكُن مِّنَ الْوَاعِظِينَ

“Sama saja bagi kami, apakah kamu memberi nasehat atau tidak memberi nasehat.” (QS. Asy-Syu’ara : 136)

Itulah perilaku buruk mereka, kebaikan-kebaikan yang Allah berikan, mereka balas dengan keburukan dan kesombongan, seiring dengan perjalanan waktu, berbagai keburukan mereka pun bertambah, sampai-sampai mereka meminta agar rosul yang diutus kepada mereka bukan dari golongan manusia akan tetapi dari golongan malaikat. Mereka mengatakan,

قَالُوا لَوْ شَاءَ رَبُّنَا لَأَنْزَلَ مَلَائِكَةً فَإِنَّا بِمَا أُرْسِلْتُمْ بِهِ كَافِرُونَ

“Kalau Rabb kami menghendaki tentu Dia akan menurunkan malaikat-malaikat-Nya, maka sesungguhnya kami kafir kepada wahyu yang kamu bawa.” (QS. Fusshilat: 14)

Mereka tidak mengimani keberadaan hari kebangkitan, bahkan mereka menilainya suatu yang mustahil. Mereka mengatakan,

أَيَعِدُكُمْ أَنَّكُمْ إِذَا مِتُّمْ وَكُنْتُمْ تُرَابًا وَعِظَامًا أَنَّكُمْ مُخْرَجُونَ هَيْهَاتَ هَيْهَاتَ لِمَا تُوعَدُونَ

Apakah ia menjanjikan kepada kamu sekalian, bahwa bila kamu telah mati dan telah menjadi tanah dan tulang belulang, kamu sesungguhnya akan dikeluarkan (dari kuburmu)? Jauh, jauh sekali (dari kebenaran) apa yang diancamkan kepada kamu itu.” (QS. Al-Mukminun: 35-36)

Dan masih banyak lagi perbuatan buruk yang mereka lakukan dalam perjalanan hidup mereka.

Kaum Muslimin, rahimakumullah

Akibatnya, Allah Subhanahu wa Ta’ala menimpakan mereka adzab dari arah yang tidak mereka sangka-sangka. Allah Subhanahu wa Ta’ala menahan air hujan sehingga semua menjadi kering kerontang. Dalam kondisi seperti itu, Allah mengirimkan awan hitam kepada mereka, sehingga hati mereka berbunga-bunga saat melihatnya. Mereka mengatakan:

قَالُوا هَٰذَا عَارِضٌ مُمْطِرُنَا ۚ

“Inilah awan yang akan menurunkan hujan kepada kami.” (QS. Al-Ahqaf: 24)

Namun penilaian dan harapan mereka ini dibantah oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala :

بَلْ هُوَ مَا اسْتَعْجَلْتُمْ بِهِ ۖ رِيحٌ فِيهَا عَذَابٌ أَلِيمٌ

“(Bukan!) namun itulah azab yang kamu minta supaya datang dengan segera (yaitu) angin yang mengandung azab yang pedih. Yang menghancurkan segala sesuatu dengan perintah Rabbnya.” (QS. Al-Ahqaf: 24-25)

Dalam firman-Nya yang lain

مَا تَذَرُ مِنْ شَيْءٍ أَتَتْ عَلَيْهِ إِلَّا جَعَلَتْهُ كَالرَّمِيمِ

“Angin itu tidak membiarkan satupun yang dilaluinya, melainkan dijadikannya seperti serbuk” (QS. Adz-Dzariyat: 42)

Itulah adzab yang Allah Subhanahu wa Ta’ala kirimkan kepada mereka yang membangkang perintah-Nya. Cepat atau lambat adzab itu pasti datang, tidak ada yang bisa menghalanginya jika sudah tiba waktu. Sungguh, Allah Subhanahu wa Ta’ala maha kuasa untuk mengirimkannya dalam hitungan detik bahkan lebih cepat dari itu. Maka, hendaklah apa yang dialami kaum ‘Aad, kaum terkuat yang pernah ada, namun akhirnya binasa, manjadi pelajaran bagi kita, kaum Muslimin yang masih hidup. Kekuatan yang mereka miliki tidak berarti sama sekali saat berhadapan dengan kekuatan Allah Subhanahu wa Ta’ala , Pencipta langit dan bumi.

Kaum Muslimin, rahimakumullah

Memohon pertolongan kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala adalah jalan yang ditempuh oleh para rasul. Saat diremehkan dan tidak dipedulikan oleh kaumnya, mereka berdo’a kepada Allah:

قَالَ رَبِّ انْصُرْنِي بِمَا كَذَّبُونِ

“Ya Rabbku, tolonglah aku, karena mereka mendustakan aku” (QS. Al-Mukminun : 26)

Juga tawakkal kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala merupakan jalan untuk meraih kemenangan. Kaum Aad adalah kaum yang sangat kuat sementara Hud ‘alaihissalam tidak memiliki kekuatan untuk menghadapi mereka.

Setelah berusaha mendakwahi mereka, Nabi Hud ‘alaihissalam menyerahkan segala urusannya kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala :

إِنِّي تَوَكَّلْتُ عَلَى اللَّهِ رَبِّي وَرَبِّكُمْ ۚ

“Sesungguhnya aku bertawakkal kepada Allah Rabbku dan Rabb kalian.” (QS. Hud: 56)

Kemudian juga, istighfar memohon ampun kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala dan bertaubat kepada-Nya termasuk diantara sebab yang bisa mendatangkan kekuatan, rasa aman dan kemakmuran. Nabi Hud ‘alaihissalam mengatakan kepada kaumnya:

وَيَا قَوْمِ اسْتَغْفِرُوا رَبَّكُمْ ثُمَّ تُوبُوا إِلَيْهِ يُرْسِلِ السَّمَاءَ عَلَيْكُمْ مِدْرَارًا وَيَزِدْكُمْ قُوَّةً إِلَىٰ قُوَّتِكُمْ وَلَا تَتَوَلَّوْا مُجْرِمِينَ

“Dan (Dia berkata): “Hai Kaumku, mohonlah ampun kepada Rabb kalian lalu bertobatlah kepada-Nya, niscaya dia menurunkan hujan yang sangat deras atasmu, dan dia akan menambahkan kekuatan kepada kekuatanmu, dan janganlah kamu berpaling dan berbuat dosa.” (QS. Hud: 52)

Kamis, 09 Januari 2014

Thahirah

        Dari sekian banyak wanita di kampus itu masih segelintir yang menggunakan busana muslimah yang rapi. Modernisasi telah mewarnai perilaku dan fasion kaula muda terkhususnya wanita. Kewajiban menjaga aurat sebenarnya tidak ada istilahtawar menawar. Selain menjaga kehormatan wanita juga berfungsi menghindari wanita dari terpaan fitnah. Tidak semua bisa memahami ini, atau lebih tepatnya kurang mau memahami. Oh ya...ini bukan kampus biasa melainkan kampus Favorit di Dunia, Oxford University. Selain kultur Weternisasi yang kental disini juga di suport oleh keyakinan beragama yang beragam, dan  muslim adalah masih relatif minoritas disini. 
   Bagi seorang muslimah yang menempuh pendidikan di sini, jelas bukan perihal mudah untuk mempertahankan diri tetap menjalankan syari'at Allah dalam berbusana. Kisah ini adalah suatu cerminan bagi para muslimah di seantaro bumi. Bahwa Barang siapa yang menjaga Allah maka dengan langsung Allah lah yang menjadi penjaga disetiap tapak kehidupannya.
      Thahirah seorang muslimah asli Indonesia asal minang yang sering dipanggil Irah. Ia adalah wanita yang ulet dalam menuntut ilmu, pantang menyerah, dan pekerja keras. Anak dari seorang kuli bangunan dan penjaja goreng keliling ini mengecap pahit hidup sedari umur 3 tahun. Ia anak simatawayang yang menjadi tumpuan harapan orangtuanya. Memang Allah selalu punya cara sendiri untuk menjadikan hamba-Nya menjadi lebih kuat dan menguji ketahanan serta kesetiaannya untuk dapat meletakkannya mulia di sisi Sang Maha Rahim. Sejak umur 3 tahun, Irah ditinggalkan oleh ayah tercintanya. Ia harus menanggung hausnya kasih sayang dari seorang ayah. Tidak lama setelah itu ibunya pun menyusul kembali kehadirat Allah. Semenjak itu ia di asuh oleh orang tua angkat dan di boyong ke Jakarta.
     Siapa sangka ternyata Irah kecil dijadikan bahan kekejaman orang tua angkatnya. Di usianya 4 tahun, Irah harus menjadi pengemis di jalanan yang uangnya disetor ke juragan, yang tak lain orang tua angkatnya. Pernah suatu ketika rambutnya dijambak dan di pukul dengan rotan hingga berdarah di sekujur punggungnya karena uang setoran kurang dari biasanya. Benar-benar memilukan tak terperi. Hari-hari Irah di pelataran jalan kota menyisakan sejarah yang tak pernah dilupakannya. Ia baru dapat makan kalau uang yang diperoleh lebih dari batas minimum setoran.
     Hingga suatu hari ia bertemu dengan laki-laki renta yang menyebrang jalan. Kakek itu terseok-seok sambil menjinjing plastik berwarna hitam, entah apa isinya. Melihat kakek in Irah pun meraih tangannya dan menyebranginya sampai ke sebrang. Begitu terkejutnya Irah saat kakek itu menyodorkan padanya sebuah bungkusan petak yang berbalut koran. Apa ini kek ? Tanya Irah kebingungan. Ternyata kakek itu bisu dan menjawab dengan isyarat tangannya. Irah semakin tida mengerti. Kakek itu pun berlalu.....dan Irah harus terus menyambari setiap orang yan lalu larang sembari menyodorkan kalengnya. Tiba-tiba hujan mngguyur deras dan Irah kelimpungan mencari perteduhan sementara. Ia lupa memwawa payung yang biasanya di gunakan untuk mencari uang tambahan dengan jasa payung. Terpaksa ia istirahat sejenak di depan warung nasi bukan untuk makn tapi untuk melihat betapa menggiurkannya makanan itu, perutnya pun mulai meilit, suasana yang mendung dan dinginnya suhu membuat laparnya semakin akut. Tapi belum boleh makan karena baru jam 14.00 wib dan uang setoran belum terpenuhi.  Dibukanya pemberian kakek tadi, ternyata isinya adalah uang dan tidak sedikit. langsung ia sembunyikan, takut teman-temannya memperhatikan. Sudah genap 1,5 tahun lebih Irah dipekerjakaan tidak manusiawi, dan bukan Irah sendiri. Ia dan 23 temannya yang lain juga mengalami hal yang serupa, bakan ada yang diamanahkan untuk menjadi pencopet. Tapi Irah belum pandai untuk tugas yang seperti ini, oleh karena itu Ia hanya dipekerjakan sebagai peminta jalanan.
     Perasaan Irah tak karuan, Ia mulai gelisah. Mau diapakan uang sebanyak ini. Ia menyadari mata-mata juragannya tersebar di pelosok kota ini, jadi untuk lari adalah suatu yang mustahil. Kejenuhannya akan penderitaan hidup membuatnya mengambil keputusan diluar perkiraan. Irah memang masih terlalu dini untuk merasakan kekerasan hidup ini. Di antara teman-temannya hanya Ia sendiri yang masih berusia 6 tahun. Uang yang ada di sakunya itu 3 ikatan uang seratus ribuan, dan satu ikatan senilai Rp. 10.000.000,-. Bayangan kakek itu terus menghantuinya. Mengapa ada orang yang sebaik ini, Irah membatin. Kekalutanya sudah memuncak, toh kalau IA pulang uang ini terpaksa harus diserahkan pada juragan. Maka, Ia perhatikan kendaraan yang lalu lalang. Lalu.....

      ARghhhhhhhhhh ! semua pekikan menghempa, anak kecil itu di lindas mobil yang berplat putih, merck Toyota Alvard. Teman iRah langsung histeris. Suasana langsung ricuh.

      Irah di tabrak bang !, ujar teman Irah menelpon juragan. Ah, biar sajalah anak ingusan itu pendapatannya segitu-gitu aja, kita doakan aja langsung mati, Ujar Juragan dari sebrang telpon. mengetahui hal itu maka semua anak anak di komandoi untuk tidak menggubris Irah yang tertelentang di tengan jalan itu.

     Keluarlah seorang ibu berjilbab ungu dari mobil itu, raut wajahnya begitu merah dan cemas melihat darah Irah telah memuncrat di depan mobinya. Ibu itu langsung  meminta pertongan agar anak ini di masukkan kemobilnya. Saat itu juga Irah di bawa ke rumah sakit.dengan kecepatan ekstra. Dan dirawat di ruang ICU. Sudah satu bulan Irah koma. Melawan kematian sementara. Wanita paruh baya itu kian merana melihat kondisi Irah. Ia harus bertanggung jawab, dan sampa kapanpun Irah tidak akan di sia-siakannya, wanita itu bertekad. Hingga akhirnya Irah siuman pada bulan kedua dan diizinkan untuk pulang.
    Uang itu sekarang ada di tangan Ibu Karsih, seorang Dosen di Fakultas MIPA salah satu Universitas Swasta. Ibu karsih adalah janda tanpa anak, sehingga kehadiran Irah di kehidupannya membuka harapan baru untuk dapat meniti hidup bersamanya. Walaupun cara Alllah mempertemukannya tidak seindah yang dikira. Tidak ada terbersit dihatinya untuk mengambil hak anak yatim piatu yang sedang bersamanya saat ini. Uang itu dikembalikan kepada Irah, mengetahui Irah tidak punya orang tua dan perjalanan hidup Irah selama ini, Bu KArsih pun mengangkatnya menjadi naka. Betapa senangnya Irah, terkadang Ia masih dihantui juragannya itu, kalau juragan tau Ia masih hidup, habislah hidupnya.
     Secara mendadak Ibu KArsih mendapat panggilan mendadak untuk pindah tugas mengajr ke negri Johor. Dengan girang tak terkira Irah menyetujui untuk ikut Ibu Karsih ke Malaysia. HAri-demi hari berganti, bulan demi bulan belalu, tahun pun beringsut maju.Irah tumbuh sehat dan cerdas dalam asuhan Ibu Karsih. Irah benar-benar menunjkkan prestasi yang luar biasa di sekolah. Sudah 4 kali Irah memenangkan Olimpiade Sains tingkat SD  Nasional. Namanya sering di gembor-gembor oleh media. Ibu Karsih adalah sosok perempuan religius, selain menggenjot Irah dengan modal akademk juga mengiringinya dengan pendekatan agama. Sejak kelas 4 SD Irah sudah hafal 10 juz al-Qur'an.  
    Irah kini sudah remaja. Sangat pemalu dan tidak banyak bicara. Teman sehari-harinya hanya buku dan al-Qur'an serta laptop. Seusai  pendidikannya di Malaysia, Ia beniat untuk melancong ke benua lain yakni Inggris. Sudah banyak Universitas ternama yang memintanya namun Ia memilih Oxford University.
     Sedari bangku sekolah Irah sudah berpakaian muslimah yang rapi, menggunakan rok, baju kurung dan khimar lebar yang menutupi dada. Ibu Karsih sempat sangsi melepaskannya jauh. Namun, Irah memiliki karakter yang keukeuh. Baginya menuntut ilmu adalah harga mati yang tidak bisa ditawar. Kecintaannya pada sains membuatnya mengambil Jurusan Fisika terapan di Oxford University. Disana Irah tidak perlu tes dan tidak perlu memikirkan masalah biaya, karena sampai tamat Irah menerima beasiswa penuh beserta keperluan hidupnya.
      Akhirnya Ibu Karsih harus mengalah dan mengikhlaskan Irah pergi ke Inggris. Jelas akan menjadi sebuah tantangan baru bagi Irah. Penampilan Irah telah menyita banyak perhatian lingkungan kampusnya. Terkadang Irah merasa risih. Keyakinannya akan janji Allah membuat Ia teguh untuk mempertahankan khimarnya. Beberapa bulan setelah Irah menjalani hari-harinya di ngeri asing datang kabar bahwa Ibu Karsih telah tiada. Bukan main terpukulnya Irah saat itu. Penyesalan pun mencuar ke ubun-ubun jiwanya. Jikalah Ia mendengan kata Ibu angkatnya itu tentu Ia dapat merawatnya ketika terbujur sakit dan melepaskan kepergiaannya. Ternyata berita itu datang setelah seminggu Ibu Karsih dikebumikan.
      Sekarang Ia sebatang kara, hidup tanpa keluarga. Untuk mencari dana tambahan Irah sering kerja Freelance di rumah makan Muslim dan kadang harus mengajar. Ia bertekad bahwa kesuksesan akan ia raih dari cucuran keringat saat ini. Tidak ada istirahat nayaman di dunia, karena dunia tempat beramal. Irah memang tak kenal letih. Kesibukannya bekerja untuk mencari uang tambahan tidak mengurangi prestasinya di kampus
     Di suatu waktu, Irah memang menyempatkan diri untuk berkunjung ke komunitas muslim yang ada disana. Irah berwudhu sebelum masuk mesjid. sontak Ira terkejut ketika ada laki-laki yang masuk ke ruang wudhu wanita dan saat itu ira sedang tidak menggunakan khimar dan tangan serta kakinya terlihat. Serasa turun semua darah Irah dari kepala ke kaki, sangat lemas rasanya. Laki-Laki itu pun terkejut dan langsung beristighfar, dengan cepat berlalu meninggalkannya. Irah menangis sesegukan di Mesjid, sesuai pertemuan komunitas muslim khusus akhwat itu Irah masih mlanjutkan tangisnya di mesjid hingga sore. Irah tidak menyadari bahwa dari mulai Ia menangis aki-laki yang tadi tidak sengaja masuk kerunag wudhu wanita itu ada di mesjid itu pula. menunggu Irah keluar. Irah merasa sangat malu. Matahari mulai masuk ke peraduannya,  Irah tidak boleh pulang malam. Maka Ia memutuskan untuk pulang kerumah. Lagi-lagi Irah terkejut untuk kedua kalinya. Laki-laki itu menatap Irah yang keluar dari mesjid dan langsung menghamprinya. Irah pun merasa takut dan dengan cepat-cepat mengambil diri untuk menjauhinya. Laki-laki itu mengejarnya. Irah semakin menciut. Akhirnya laki-laki itu angkat bicara. Tunggu ! saya mau minta maaf, tadi saya tidak sengaja masuk kesana. Saya begitu meyesal untuk menebusnya maka saya akan menikahi ukhti.What ?. Dada Irah kian menderu-deru. pikirannya mulai tidak stabil, tangannya dingin, hatinya tak karuan. Bagaimana mungkin Ia menikah dengan orang yang bari di kenalnya dalam beberapa menit saja. Tanpa mengetahui siapa dia, agamnya, asalnya, dan lainnya. Ini mimpi, dalam hatinya. dicubitnya sedikit tangannya ternayata ini nyata bukan mimpi. Irah berhenti, menghadap laki-laki itu sambil tertunduk dengan mata yang sembab. Irah ingat dengan do'anya bahwa ia ingin auratnya di jaga sama Allah dan dipenuntukkan bagi pendamping hidupnya kelak. Lalu ia bertanya dalam hati, mengapa Allah tidak mengabulkan doanya. Atau memang laki-laki yang di depannya sekarang ini jodoh yang telah Allah takdirkan. Namun kata yang terucap dari lisan Irah berbeda dengan apa yang ada di hatinya. Kamu telah menzhalimi ku, ucap Irah.
    Setelah kejadian itu Irah menjadi pemurung. Selera belajarnya berkurang. Membuatnya sakit selama seminggu.  Irah begitu meratapi dirinya, ia merasa sangat hina sekali. Ia begitu kokoh menjaga auratnya, karena Ia sangat takut dengan azab Allah. Keinginannya yang menjulang untuk menjadi wanita yang diridhoi Allah membuatnya begitu terguncang saat ada laki-laki yang bukan mahramnya melihat auratnya. Ia menangis sesegukan di sepanjang ibadahnya kepada Allah. Beristighfar tak henti-henti.  Tentu tidak ada guna menyesali dalam kekalutan tak berujung ini. Gumam Irah. Lebih baik memperbanyak amal lagi. Semoga Allah mengampuni dosa-dosa, tekadnya.
     Bila malam mulai merayap menuju tengahnya, Irah senantiasa bangkit dari tidurnya untuk shalat malam dan bermunajat kepada Allah. Tidak peduli waktu itu musim panas ataupun musim dingin, karena disitulah letak kebahagiaan dan ketentramannya. Yakni pada saat dia khusyu berdoa, merendah diri kepada sang Pencipta, dan berpasrah akan hidup dan matinya hanya kepada-Nya. Dia juga amat rajin berpuasa, meski sedang bepergian. Wajahnya yang cantik makin bersinar oleh cahaya iman dan ketulusan hatinya. Laki-laki normal mana yang tidak tertarik pada Irah. Jika pelangi papat membuat kita tersenyum walaupun tak bisa menggenggamnya, Irah pun dapat membuat lelaki terkagum walaupun hanya sekali bertemu dengannya.
     Hari terus menyulam menjadi bulan dan tahun. Irah kini telah menyelesaikan studinya dengan baik dan mendapatkan prediksi terpuji dengan IPK 4.00. Rasanya tidak ada lagi pencapaian yang belum didapatinya. bertubi-tubi piagam penghargaan diraihnya. Masalah harta sekarang Irah adalah seorang jutawan dengan menjadi direktur di salah satu perusahaan software ternama di sana. Namun, kesendiriannya sering mengusik rasa. Sudah lima tahun Ia menderita kesendirian dalam keramaian aktifitasnya. Dari kecil memang sudah haus akan belai kasih keluarga. Meskipun kehadiran Ibu Karsih telah melegakan kesedihannya. Tentu tidak sesempurna mereka yang memiliki ayah, ibu, dan keluarga. Irah sangat merindukan kehadiran seorang pendamping hidupnya. Sosok yang mampu menemani hari-harinya dengan penuh pesona takwa dan taat. Usianya yang sudah beranjak 23 tahun. Baginya tidak ada salah untuk memulai kehidupan yang lebih bermakana dengan menunaikan separuh bagi agama dan menyongsong kehidupan dunia yang lebih bermakna. Tapi dengan siapa ? Ia membatin. Hanya helaan panjang yang saat itu mencuar.
     Krrriiingggggg ......ponsel Irah berdering berkali-kali. Ternyata ada panggilan dari guru mengajinya. Irah diminta untuk segera menemuinya dirumah kediaman beliau. Tanpa Ba-Bi-Bu. Irah langsung menuju rumah Ustadzah Syaidah. Setiba disana ustadzah langsung mengutaran maksud dan tujuanya memanggil Irah kerumahnya. Bahwasanya ada seorang pemuda yang ingin meminang Irah. Ia asli orang Indonesia yang baru saja menyelesaikan gelar masternya di negri ini. Tutur Ustadzah. Irah hanya manggut-manggut, dihatinya tersaji sup yang terisi cincangan haru, bahagia, bingung, dan penasaran. Sekarang pemuda itu ada disini, sudah sedari tadi menunggumu. Bukan main debaran jantung Irah, berdetak tidak pada kodrat kenormalannya. Seketika pemuda itu menghampiri ke ruang dimana Irah betengger. Irah mengangkat wajahnya dan mengamati pemuda itu. Serasa bukan di alam dunia ia berpijak. badannya langsung lemas dan Irah pun pingsan.......
      Ustadzah mengambil tubuh Irah dan langsung memboyongnya ke kamar. Barulah semuanya mengerti dari cerita pemuda itu. Bahwa sebelumnya ia pernah bertemu Irah, dan ia lah pemuda yang membuat Irah sakit selama seminggu itu. Setelah Irah siuman, ustazdzah menanyakan kembali kepada Irah dan Irah meminta waktu untuk menjawabnya.
       Irah menyimak baik-baik profil laki-laki yang akan menjadi pasangan hidupnya itu. Ia di Indonesia, dan berarti jika Irah menerimanya mesti meninggalkan pekerjaannya sekarang. Matanya terpanelah ita pada baris "Hafidz 30 juz.". Seminggu setelah istikharah, entah kenapa hatinya semakin mantap. Diputuskannya untuk melanjutkan proses selanjutnya.
      Sholahuddin al-Qayyim namanya. Sekarang telah resmi menjadi pendamping hidup Thahirah. Ia baru menyedari bahwa doanya memang dikabulkan oleh Allah. Bahwa memang orang yang pernah melihat auratnya dulu sudah ditetapkan menjadi kekasihnya yang halal. Tentu saja tidak ada dosa baginya karena kisah di tempat wudhu kemarin bukanlah faktor kesengajaan. Namun itu adalah salah satu cara Allah untuk mempertemukan mereka meskipun dengan bentuk yang sangat unik dan nyentrik. Lengkap sudah kebahagiaan Irah kini.
    

Selasa, 07 Januari 2014

Menjaga al-Qur'an Setia Disisi dan Dihati

     Si dia yang menjadi petunjuk, “Kitab Al-Qur’an ini tidak ada keraguan di dalamnya, petunjuk bagi mereka yang bertaqwa” (Q.S al-Baqarah [2]: 2). Ibarat di hutan rimba, buas, ganas, penuh tipumuslihat. dan terkadang menemui panorama yang memikat. Kehidupan dunia tak jauh berbeda dengan hutan rimba. Apabila kita sudah diletakkan di dalamnya maka langkah cerdas untuk menapik segala keburukan melalui peta petunjuk arah, kemanakah jaln menuju keluar rimba ini agar dalam kondisi selamat dan beruntung ?. Manusia dengan tabiatnya pelupa dan ceroboh, tak ayal Allah Yang Maha Baik menjaga ciptaannya dari keterombang-ambingan laju kehidupan dunia melalui al-Qur'an, Sebagaimana firman Allah pada awal kalimat, bahwasanya eksistensi al-Qur'an tidak sekedar petunjuk bagi orang bertakwa saja namun juga menjadi rahmat bagi alam semesta. Al-Qur’an diturunkan melalui malaikat Jibril sebagai perantara yang kemudian disampaikan kepada Nabi Muhammad saw yang dinamakan wahyu.

Kamis, 02 Januari 2014

Azab di Penghujung Mati

kamu manusia sungguh telah melampaui batas
Allah begitu Maha Pengampun
Mengapa enggan tuk kembali ?

Kejahatan dan kelalaian
akan kembali pada lingkaran nista dan murka

Kala itu bencana menerpa
manusia sapa Allah dengan sesegukan menghiba
sesaat nikmat menjelma
lalu kamu lupa
sungguh dunia adalah medan ujian semata

Tiba masanya
terlambat segala sesal
tak dapat berbuat lagi kebaikan
sebab kedzaliman mendominasi diri
azab pun melambaikan jari tuk menggelitiki
di sinilah seburuk-buruknya tempat kembali
selamat menikmati !



Oleh: Sulastriya Ningsi
#menyentuh hati, terinspirasi dari Kalam Ilahi

Rabu, 01 Januari 2014

Manusia dan Kuasa-Nya

Maha Suci Allah yang menguasai segala kerajaan
Siang nan beringsut datang
Pagi pun sirna ditelan kekuasaan
Lalu malam akan mengambil andil menerjang terang
Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu

Kehidupan dunia di jembatan layang
Ada yang jatuh sedikit yang bertahan
Manusia itu lalai melihat kedepan
Ada mahligai akhirat nan permai dan aduhai
Sebab mati diacuhkan
Padahal hidup dan mati adalah ujian
Untuk menelisik sebaik mana amal

Untuk mu wahai manusia
Allah Yang Maha Pengasih beri langit nan berlapis
Semua ciptaannya seimbang
Kamu yang cacat melihatnya
Penglihatan yang kabur karena dosa
Dihiasinya langit dengan gemintang
Kamu malah berpaling kebelakang

Duhai manusia
Ingkar telah menjadi sahabat azab
Itu tempat kembali nan hina
Namun taat sahabat pahala
Diberikan padanya syurga
Bagi hamba yang takut pada Allah semata

# Puisi Hati di gali dari Kalam Ilahi,  Q.S al-Mulk
Oleh: Sulastriya Ningsi
Mesjid Takwa Muhammadiyah, Padang