Nasihat Istri Mujahid, DR Abdullah Azzam
Segala puji bagi Allah Rabb semesta alam
Shalawat dan salam semoga dilimpahkan selalu kepada Rasul
yang mulia, keluarga, dan sahabat-sahabatnya semua.
Saudari-saudariku tercinta
Sesungguhnya umur itu sangatlah pendek dan kehidupan dunia
ini hanyalah hembusan-hembusan nafas yang akan dihitung dan dihisab. Maka,
Apakah tiap dari kita sudah mempersiapkan diri untuk menghadapi hari
berpisahnya orang-orang yang saling berkasih sayang dan saling bersahabat ?
Hanya berpisahnya dari dunia yang fana ini, menuju yaumil
hisab –hari perhitungan- dan alam kekal. Hari yang menjadikan harta dan
anak-anak tidak lagi berguna, kecuali mereka yang menghadap Allah dengan qalbun salim (hati yang sehat).
Apakah tiap dari kita sudah mempersiapkan diri untuk masuk
ke liang lahat, yang pernah disabdakan Rasulullah saw pada hari dikebumikannya
sahabat mulia yang bernama Sa’ad bin Mu’adz ra:
“Seandainya ada orang yang selamta dari himpitan kubur,
tentulah Sa’ad bin Mua’adz orangnya.” (Shahih al-Jami’ush-Shaghir, hadits no.
5306)
Saya berharap kepaa Allah Ta’ala agar kita semua termasuk
orang-orang yang dibenarkan dalam sabda Rasulullah saw.
“Dan sebaik-baiknya perhiasan adalah wanita sholehah.”(Shahih
Muslim, hadist no. 1469)
Wahai ukhti mukminah, keshalihanmu terletak pada kebaikan
dienmu, benarnya aqidahmu dan baiknya tarbiya yang engkau yang engkau berikan
pada anak-anakmu. Mereka adalah amanat di lehermu dan calon pemuda di masa
depan, pembela dienul Islam dan sebagai kayu bakar yang akan terus menyala,
menjadi api penerang bagi keabadian dakwah ini di masa mendatang.
Wahai saudari-saudari tercinta, wahai cucu-cucu Khansa’
Wahai kaum muslimah yang ridho kepada Allah sebagai
Rabbanya, Islam sebagai diennya, Muhammad sebagai Rasulny serta al-Qur’an
sebagai pedoman hidupnya.
Wahai kaum muslimahh yang menginginkan bendera “La Ilaha
Ilallah” berkibar setinggi-tingginya, dan menginginkan hidup di atas bumi yang
penuh keadilan dan ketentraman,
Wahai kaum muslimah yang ingin hidup bahagia lagi mulia
dengan meniti jejak Rasul dan menjadikan al-Qur’an sebagai satu-satunya pedoman
dalam hidupnya,
Wahai istri-istri kaum muslimin di penjuru bumi Timur dan
Barat, doronglah suami-suami kalian untuk berjihad fi sabilillah . Karena sesungguhnya, suami kalian tidak akan pernah
menjadi suami yang kalian idam-idamkan, kecuali ketika ia menjadi laki-laki
kuat yang memanggul senjata dan membela dien, aqidah, tanah air dan harga diri
mereka, serta mampu meneror musuh-musuh mereka dengan mempersembahkan syahid
demi syahid.
Kemuliaan, ketinggian dan keluhuran hanya bisa diperoleh
dalam naungan pedang di tangan manusia-manusia kuat yang mampu menggentarkan
musuh-musuh mereka. Namun, itu semua tidak akan terwujud keculai jika tipa
orang dari kita mau mendorong suami, anak, saudara, dan bapaknya ke medan perang,
pertempuran dan kancah kemuliaan.
Itu semua juga tidak akan terwujud kecuali dengan kesabaran
wanita atas kepergian suaminya, saudaranya, dan bapaknya, serta dengan
mengganti peran mereka dalam mengurus diri sendiri, anak-anak dan rumah
tangganya untuk menjadi baik.
Para wanita yang berperan di belakang mereka bak batu karang
nan kokoh yang menopang dan menjadi tempat mereka bersandar. Menjadi penolong
mereka dengan kesabaran dan pengorbanan, di samping menyiapkan segala
perlengkapan yang pantas untuk diberikan bagi kaum laki-laki demi terwujudnya
cita-cita ini.
Kemudian, jauhilah dunia dan pandanglah ia dengan penuh
hina. Jangan pula kalian membebani suami dengan hal-hal yang ia tidak sanggup
menghandirkannya. Jadikan dirimu rela dengan yang sedikit dari pemberian Allah
yang dimudahkan untuknya.
Janganlah menyibukkan suami dengan tuntutan duniawi untuk
kepentingan dirinya, yang senadainya diikuti dan menuruti syahwatnya, niscaya
hanya akan membawa dirinya kepada kehancuran. Dia pun akan terus berupaya dan
bersungguh-sungguh menghaiskan waktunya, untuk maraup dunia yang tidak akan
habis-habisnya, sampai dunia itu melumat habis dirinya.
Kalian wahai ukhti muslimah, kalian wajib senantiasa
mendorong suami pergi berjihad dengan segenap kemapuan yang kalian memiliki. Janganlah
bimbang dengan jalan jihad hanya karena hambatan-hambatan yang ada, sebab umur
itu ada di tangan Allah dan sesungguhnya jihad itu tidak akan mengurangi umur
dan rezki mereka sedikitpun. Sebaliknya jika meninggalkan jihad, itu bukan
menjadi sebab panjangnya umur dan bertambahnya rezki, itu semua sudah menjadi
takdir Allah.
Allah berfirman: Katakanlah: "Aku tidak berkuasa
mendatangkan kemudaratan dan tidak (pula) kemanfaatan kepada diriku, melainkan
apa yang dikehendaki Allah." Tiap-tiap umat mempunyai ajal. Apabila telah
datang ajal mereka, maka mereka tidak dapat mengundurkannya barang sesaat pun
dan tidak (pula) mendahulukan (nya).”(Yunus: 49)
Wahai ukhti muslimah,bukankah kalian senang jika menjadi
mujahidah fie sabilillah? Tentu kalian menjawab, “iya”. Tapi bagaimana mungkin
hal itu bisa terwujud, sedang kalian sendiri tidak mendorong suami untuk
berjihad serta tidak ikut menangani tugas-tugasnya dengan kesabaran atas
kepergian suami, tidak juga menggantikan peran suami kalian di dalam rumah…?
Apabila Allah menakdirkan suami kalian hidup di bawah
naungan jihad, maka kalian akan senantiasa hidup bahagia bersamanya. Apabila
Allah menakdirkan mati syahid untuknya, kelak kalian pun akan dikumpulkan
bersamanya sebagai seorang syahidah-InsyaAllah-karena orang yang mati syahid
itu bisa member syafa’at kepada 70 orang dari kerabatnya.
Saudari muslimah, apakah ada martabat lain yang lebih besar
dari ini? Keistimewaan apa lagi yang diinginkan seetelah diberikan kepadanya
kebahagiaan mendampingi orang yang mati syahid lagi shaleh di dalam surga? Kita
memohon kepada Allah, agar Dia mengumpulkan kita semua hidup bersama mereka di
tempat yang penuh kebahagiaan di sisi Rabb Yang Maha Kuasa.
Wahai Ukhti Fillah, demi Allah akan saya terangkan kepada
kalian sebuah hikmah dari pengalaman hidup saya. Yakni, jika kalian bertawakkal
kepada Allah dalam hidup niscaya tidak aka nada satu perkara pun yang dapat
membahayakan kalian dengan izin Allah. Walau sebesar apapun musibah itu, tentu
akan terasa kecil selama itu di jalan Allah. Demi Allah yang tidak ada Ilah
kecuali Dia, sesungguhnya kabar syahid suami dan anak saya, saya hadapi dengan
penuh kerelaan di atas qadha’ dan qadar-Nya.
Saya juga merasakan bahwa kebahagiaan telah menyelimuti diri
saya, bahkan menenggelamkan saya ke dalamnya. Padahal peristiwa syahidnya
mereka telah lama berlalu, tapi saya tetap merasa teguh, ridha dan tenang, itu
semua murni pemberian Allah dan takdir-Nya semata.
Perasaan yang muncul ini bukanlah atas kehendak saya tapi
itu berupa keteguhan yang semata Allah karuniakan ke dalam diri saya.
Saya yakin betul kalauitulah batas usia mereka dan itulah
akhir ajal mereka. Lalu apa gunanya putus asa dan kesedihan? Bukankah rela
terhadap qadha’ dan qadar Allah itu lebih baik dibandingkan harus berputus asa?
Bukankah balasan dari sebuah kesabaran adalah surge yang menanti?
Maka dari itu ya Allah, janganlah Engkau haramkan atas kami
pahala-pahala mereka dan jangan pula Engkau jadikan kami sesat. Sesungguhnya
saya betul-betul bahagia dengan syahidnya mereka, dan rasa bahgia ini lebih
besar daripadanya yang saya rasakan ketika mereka masih hidup bersama kami.
Saya pun memperhatikan dan Allah juga yang lebih mengetahui,
ssungguhnya mereka yang sudah syahid meninggalkan kami itu telah mendapatkan
keberuntungan dan saya pun demikian ikut mendapatkannya dikarenakan setia
bersama mereka. Semoga Allah menjadikan mereka penghuni surge-Nya yang demikian
luasm serta mempertemukan kita dengan mereka kelak di tempat yang sarat
kebahagiaan di sisi Rabb Yang Maha Kuasa, sesungguhnya Dia MAha Mendengar lagi
Maha Mengabulkan.
Wahai ukhti muslimah, terakhir saya wasiatkan kepada kalian
untuk selalu bertaqwa kepada Allah, mebaca al-Qur’an, menjaga lisan, bergaul
dengan orang-orang shalih dan menjauhi orang yang buruk perangainya.
Janganlah hidup bermewah-mewah karena itu akan mematikan
hati kalian, dan hati yang sudah mati tidak akan mampu mendidik dan mengarahkan
orang yang hidup.
Wahai ukhti muslimah, sesungguhnya kita membeutuhkan suri
teladan dari para sahabat Nabi yang perempuan-ridhwanullahu ‘alaihinna. Oleh
karena itu perhatikanlah sosok Ummu Salamh, Khansa’, Sumayyah dan Khaulah untuk
menjadi tauladan bagi kalian. Kemudian amalkanlah agar kalian naik ke jenjang
yang tinggi, yang telah didaki oleh saudari-saudari kalian sebelumnya semisal
para sahabat Nabi. Semoga Allah memberikan taufik kepada kalian atas amalan
yang dicintai dan ridhoi Allah.
Inilah yang dapat saya tuliskan, dan saya memohon ampunan
kepada Allah untuk pribadi saya dan akhwat-akhwat sekalian.
SAudarimu seakidah,
Ummu Muhammad ‘Azzam