Minggu, 23 Februari 2014

Agar Pintu-Pintu Kebaikan Berlimpah

.

Suatu hari, aku bersimpuh di pelataran Masjid al-Haram sambil menikmati munajat kepada Allah. Demikian Aidh al-Qarni menuangkan kisahnya dalam karya monumental, La Tahzan.

Kala itu kota Makkah sedang dipanggang oleh terik matahari. Kira-kira waktu Dzuhur masih tersisa satu jam lagi. Tiba-tiba seorang laki-laki tua melintas di hadapanku. Kedua tangannya memegang gelas-gelas berisikan air Zam-zam. Tampak jemari keriput itu menggenggam erat. Seolah ingin memastikan, tak ada air yang tumpah dari wadah yang berbahan plastik itu.

Dengan santun, ia lalu menghampiri setiap manusia yang ada di sekelilingnya. Menawarkan seteguk air Zam-zam segar di siang hari yang terik. Demikian seterusnya, pria sepuh itu tak henti membasuh leher-leher tamu Baitullah dengan air Zam-zam. Serta merta orang-orang di sekitarnya turut menatap perbuatan orang itu. Seolah ikut menunggu, kapan kemuliaan itu datang menghampiri mereka. Meneguk air Zam-zam yang mulia dari sodoran laki-laki berhati mulia itu.

Tak jauh darinya, aku hanya bisa membatin. Aidh al-Qarni meneruskan ceritanya. Aku terpana melihatnya tersenyum ketika menawarkan segelas air Zam-zam. Serta menyaksikan senyum itu kembali mengembang lebar kala orang-orang berterima kasih kepadanya. Sungguh, meraup kebaikan itu sangatlah mudah bagi orang-orang yang dilapangkan hatinya oleh Allah. Sebagaimana orang-orang ihsan itu sangatlah banyak di sekitar kita. Semuanya berpulang kepada Allah sebagai Pemilik seluruh kemuliaan di jagat raya.

Bagi orang beriman, tanda kebagusan iman itu, salah satunya terpancar lewat kecintaan kepada kebaikan. Mereka senantiasa menyukai kebaikan dan berharap kebaikan itu juga ada pada saudaranya yang lain. Sebaliknya mereka benci dan turut merasakan lara kala keburukan itu menimpa saudaranya.

Sejatinya, perbuatan baik itu meruahi kehidupan orang-orang beriman. Begitu banyak kebaikan dan sejatinya peluang berbuat ihsan itu selalu ada di hadapan kita. Hanya satu soalan lagi, sudahkah kita benar-benar bermohon kepada Allah

Rabu, 19 Februari 2014

Rahmat Allah

Saya terus mencari apa saja kiatnya agar Allah menurunkan rahmat-Nya. Alhamdulillah setelah sujud panjang Allah menjawab pertanyaan ku. Mengapa amat ku dambakan rahmat Allah itu, karena dengan rahmat Allah pula kita berkasih sayang, aplikasi rahmat itu dalam q.s ali.'Imran:159.

Cinta....



Kehidupan dirajut dalam rahim selama Sembilan bulan
Cinta yang agung terus bertumbuh selama kehidupan
Kebanyakan hal yang indah dalam kehidupan memerlukan waktu yang lama.
Dan penantian kita tidak akan sia-sia.
Walaupun menunggu membutuhkan banyak hal-iman, keberanian, dan pengharapan- penantian menjanjikan satu hal yang tak seorang pun dapat membayangkan.
Pada akhirnya, Allah dalam segala hikmah-Nya, meminta kita menunggu karena alsaan yang penting.
Subhanallah…

Selasa, 18 Februari 2014

Senin, 17 Februari 2014

Kado Istri Mujahid

Nasihat Istri Mujahid, DR Abdullah Azzam

Segala puji bagi Allah Rabb semesta alam
Shalawat dan salam semoga dilimpahkan selalu kepada Rasul yang mulia, keluarga, dan sahabat-sahabatnya semua.

Saudari-saudariku tercinta
Sesungguhnya umur itu sangatlah pendek dan kehidupan dunia ini hanyalah hembusan-hembusan nafas yang akan dihitung dan dihisab. Maka, Apakah tiap dari kita sudah mempersiapkan diri untuk menghadapi hari berpisahnya orang-orang yang saling berkasih sayang dan saling bersahabat ?

Hanya berpisahnya dari dunia yang fana ini, menuju yaumil hisab –hari perhitungan- dan alam kekal. Hari yang menjadikan harta dan anak-anak tidak lagi berguna, kecuali mereka yang menghadap Allah dengan qalbun salim (hati yang sehat).

Apakah tiap dari kita sudah mempersiapkan diri untuk masuk ke liang lahat, yang pernah disabdakan Rasulullah saw pada hari dikebumikannya sahabat mulia yang bernama Sa’ad bin Mu’adz ra:
“Seandainya ada orang yang selamta dari himpitan kubur, tentulah Sa’ad bin Mua’adz orangnya.” (Shahih al-Jami’ush-Shaghir, hadits no. 5306)

Saya berharap kepaa Allah Ta’ala agar kita semua termasuk orang-orang yang dibenarkan dalam sabda Rasulullah saw.
“Dan sebaik-baiknya perhiasan adalah wanita sholehah.”(Shahih Muslim, hadist no. 1469)
Wahai ukhti mukminah, keshalihanmu terletak pada kebaikan dienmu, benarnya aqidahmu dan baiknya tarbiya yang engkau yang engkau berikan pada anak-anakmu. Mereka adalah amanat di lehermu dan calon pemuda di masa depan, pembela dienul Islam dan sebagai kayu bakar yang akan terus menyala, menjadi api penerang bagi keabadian dakwah ini di masa mendatang.

Wahai saudari-saudari tercinta, wahai cucu-cucu Khansa’
Wahai kaum muslimah yang ridho kepada Allah sebagai Rabbanya, Islam sebagai diennya, Muhammad sebagai Rasulny serta al-Qur’an sebagai pedoman hidupnya.

Wahai kaum muslimahh yang menginginkan bendera “La Ilaha Ilallah” berkibar setinggi-tingginya, dan menginginkan hidup di atas bumi yang penuh keadilan dan ketentraman,
Wahai kaum muslimah yang ingin hidup bahagia lagi mulia dengan meniti jejak Rasul dan menjadikan al-Qur’an sebagai satu-satunya pedoman dalam hidupnya,

Wahai istri-istri kaum muslimin di penjuru bumi Timur dan Barat, doronglah suami-suami kalian untuk berjihad fi sabilillah . Karena sesungguhnya, suami kalian tidak akan pernah menjadi suami yang kalian idam-idamkan, kecuali ketika ia menjadi laki-laki kuat yang memanggul senjata dan membela dien, aqidah, tanah air dan harga diri mereka, serta mampu meneror musuh-musuh mereka dengan mempersembahkan syahid demi syahid.

Kemuliaan, ketinggian dan keluhuran hanya bisa diperoleh dalam naungan pedang di tangan manusia-manusia kuat yang mampu menggentarkan musuh-musuh mereka. Namun, itu semua tidak akan terwujud keculai jika tipa orang dari kita mau mendorong suami, anak, saudara, dan bapaknya ke medan perang, pertempuran dan kancah kemuliaan.

Itu semua juga tidak akan terwujud kecuali dengan kesabaran wanita atas kepergian suaminya, saudaranya, dan bapaknya, serta dengan mengganti peran mereka dalam mengurus diri sendiri, anak-anak dan rumah tangganya untuk menjadi baik.

Para wanita yang berperan di belakang mereka bak batu karang nan kokoh yang menopang dan menjadi tempat mereka bersandar. Menjadi penolong mereka dengan kesabaran dan pengorbanan, di samping menyiapkan segala perlengkapan yang pantas untuk diberikan bagi kaum laki-laki demi terwujudnya cita-cita ini.

Kemudian, jauhilah dunia dan pandanglah ia dengan penuh hina. Jangan pula kalian membebani suami dengan hal-hal yang ia tidak sanggup menghandirkannya. Jadikan dirimu rela dengan yang sedikit dari pemberian Allah yang dimudahkan untuknya.

Janganlah menyibukkan suami dengan tuntutan duniawi untuk kepentingan dirinya, yang senadainya diikuti dan menuruti syahwatnya, niscaya hanya akan membawa dirinya kepada kehancuran. Dia pun akan terus berupaya dan bersungguh-sungguh menghaiskan waktunya, untuk maraup dunia yang tidak akan habis-habisnya, sampai dunia itu melumat habis dirinya.

Kalian wahai ukhti muslimah, kalian wajib senantiasa mendorong suami pergi berjihad dengan segenap kemapuan yang kalian memiliki. Janganlah bimbang dengan jalan jihad hanya karena hambatan-hambatan yang ada, sebab umur itu ada di tangan Allah dan sesungguhnya jihad itu tidak akan mengurangi umur dan rezki mereka sedikitpun. Sebaliknya jika meninggalkan jihad, itu bukan menjadi sebab panjangnya umur dan bertambahnya rezki, itu semua sudah menjadi takdir Allah.

Allah berfirman: Katakanlah: "Aku tidak berkuasa mendatangkan kemudaratan dan tidak (pula) kemanfaatan kepada diriku, melainkan apa yang dikehendaki Allah." Tiap-tiap umat mempunyai ajal. Apabila telah datang ajal mereka, maka mereka tidak dapat mengundurkannya barang sesaat pun dan tidak (pula) mendahulukan (nya).”(Yunus: 49)

Wahai ukhti muslimah,bukankah kalian senang jika menjadi mujahidah fie sabilillah? Tentu kalian menjawab, “iya”. Tapi bagaimana mungkin hal itu bisa terwujud, sedang kalian sendiri tidak mendorong suami untuk berjihad serta tidak ikut menangani tugas-tugasnya dengan kesabaran atas kepergian suami, tidak juga menggantikan peran suami kalian di dalam rumah…?

Apabila Allah menakdirkan suami kalian hidup di bawah naungan jihad, maka kalian akan senantiasa hidup bahagia bersamanya. Apabila Allah menakdirkan mati syahid untuknya, kelak kalian pun akan dikumpulkan bersamanya sebagai seorang syahidah-InsyaAllah-karena orang yang mati syahid itu bisa member syafa’at kepada 70 orang dari kerabatnya.

Saudari muslimah, apakah ada martabat lain yang lebih besar dari ini? Keistimewaan apa lagi yang diinginkan seetelah diberikan kepadanya kebahagiaan mendampingi orang yang mati syahid lagi shaleh di dalam surga? Kita memohon kepada Allah, agar Dia mengumpulkan kita semua hidup bersama mereka di tempat yang penuh kebahagiaan di sisi Rabb Yang Maha Kuasa.

Wahai Ukhti Fillah, demi Allah akan saya terangkan kepada kalian sebuah hikmah dari pengalaman hidup saya. Yakni, jika kalian bertawakkal kepada Allah dalam hidup niscaya tidak aka nada satu perkara pun yang dapat membahayakan kalian dengan izin Allah. Walau sebesar apapun musibah itu, tentu akan terasa kecil selama itu di jalan Allah. Demi Allah yang tidak ada Ilah kecuali Dia, sesungguhnya kabar syahid suami dan anak saya, saya hadapi dengan penuh kerelaan di atas qadha’ dan qadar-Nya.

Saya juga merasakan bahwa kebahagiaan telah menyelimuti diri saya, bahkan menenggelamkan saya ke dalamnya. Padahal peristiwa syahidnya mereka telah lama berlalu, tapi saya tetap merasa teguh, ridha dan tenang, itu semua murni pemberian Allah dan takdir-Nya semata.

Perasaan yang muncul ini bukanlah atas kehendak saya tapi itu berupa keteguhan yang semata Allah karuniakan ke dalam diri saya.

Saya yakin betul kalauitulah batas usia mereka dan itulah akhir ajal mereka. Lalu apa gunanya putus asa dan kesedihan? Bukankah rela terhadap qadha’ dan qadar Allah itu lebih baik dibandingkan harus berputus asa? Bukankah balasan dari sebuah kesabaran adalah surge yang menanti?

Maka dari itu ya Allah, janganlah Engkau haramkan atas kami pahala-pahala mereka dan jangan pula Engkau jadikan kami sesat. Sesungguhnya saya betul-betul bahagia dengan syahidnya mereka, dan rasa bahgia ini lebih besar daripadanya yang saya rasakan ketika mereka masih hidup bersama kami.

Saya pun memperhatikan dan Allah juga yang lebih mengetahui, ssungguhnya mereka yang sudah syahid meninggalkan kami itu telah mendapatkan keberuntungan dan saya pun demikian ikut mendapatkannya dikarenakan setia bersama mereka. Semoga Allah menjadikan mereka penghuni surge-Nya yang demikian luasm serta mempertemukan kita dengan mereka kelak di tempat yang sarat kebahagiaan di sisi Rabb Yang Maha Kuasa, sesungguhnya Dia MAha Mendengar lagi Maha Mengabulkan.

Wahai ukhti muslimah, terakhir saya wasiatkan kepada kalian untuk selalu bertaqwa kepada Allah, mebaca al-Qur’an, menjaga lisan, bergaul dengan orang-orang shalih dan menjauhi orang yang buruk perangainya.

Janganlah hidup bermewah-mewah karena itu akan mematikan hati kalian, dan hati yang sudah mati tidak akan mampu mendidik dan mengarahkan orang yang hidup.

Wahai ukhti muslimah, sesungguhnya kita membeutuhkan suri teladan dari para sahabat Nabi yang perempuan-ridhwanullahu ‘alaihinna. Oleh karena itu perhatikanlah sosok Ummu Salamh, Khansa’, Sumayyah dan Khaulah untuk menjadi tauladan bagi kalian. Kemudian amalkanlah agar kalian naik ke jenjang yang tinggi, yang telah didaki oleh saudari-saudari kalian sebelumnya semisal para sahabat Nabi. Semoga Allah memberikan taufik kepada kalian atas amalan yang dicintai dan ridhoi Allah.

Inilah yang dapat saya tuliskan, dan saya memohon ampunan kepada Allah untuk pribadi saya dan akhwat-akhwat sekalian.

SAudarimu seakidah,
Ummu Muhammad ‘Azzam

Taat Pada Allah...Menikah lah

ketaatan itu modal utama dan cinta jadi penyedap rasanya | bila hidup karena Allah maka bersama atau berpisah itu sama

taat mengubah pahitnya derita menjadi candaan dan tawa | taat selalu menawarkan susah menjadi senyum bahagia

tiada beda hidup sendiri atau hidup berdua selama ada ketaatan | siapa yang sanggup taat saat sendiri maka dia siap untuk pernikahan

karena tujuan pernikahan itu adalah ibadah pada Allah | maka lajang yang taat sudah tentu pantas untuk menikah

ketaatan akan membawa lelaki untuk sekeras usaha mencari nafkah | ketaatan yang membawa lelaki bertanggung jawab pada amanah

ketaatan akan menjadikan lelaki suami yang penyabar | yang memaafkan kekurangan istri dan membantunya tegar

ketaatan akan menjadikannya ayah panutan nan dibanggakan | selalu bisa melindungi keluarganya lagi bisa diandalkan

ketaatan pada Allah memang takkan jadikan lelaki sempurna | namun tetap akan dirindukan seisi rumah dan dinanti adanya

karena lelaki yang taat berusaha menepati setiap perintah Allah | dan setiap perintah Allah adalah kebaikan dan sumber bahagia

maka beruntung wanita yang mendapat lelaki yang taat pada Tuhannya | karena dia memuliakan dan menghormati istrinya karena Tuhannya

namun takkan tertarik lelaki taat kecuali dengan wanita yang sama taat | karena lelaki semisal ini membenci dan mencinta hanya karena Allah

mereka tidak ada di pertunjukan musikal apalagi di lantai dansa | wajah mereka terbenam dalam shalat atau dalam lembaran Al-Qur'an

sesekali mereka berteriak di jalan untuk menyuarakan kebenaran | dilain waktu dipelankan suaranya saat bertemu orangtuanya

lisan lelaki taat jauh dari menggoda dan matanya selalu dalam penjagaan | dia tertarik saat membicarakan dakwah dan larut dalam perjuangan

namun pada saat yang tepat mereka akan menjatuhkan hati | pada wanita yang bisa dapat diajak berjuang hingga mati

satu masa mereka akan memilih di sisinya seorang wanita | yang bukan hanya mendampingi namun mengingatkan surga

pada lelaki yang taat itu tak ada yang perlu untuk dikhawatirkan | bila nafsu dirinya sudah mampu ditakluki apalagi hanya penghidupan?

bilapun ada ujian Allah berikan pada keluarga yang dipimpin lelaki taat ini | maka semuanya takkan berujung kecuai pada kebahagiaan lagi

karena susah dan sedih yang dirasa karena taat pada Allah | akan jadi cerita canda penuh nikmat yang membuah indah

namun nikmat sesaat saat bermaksiat kepada Allah | diesok masa akan disesali seumur hidup jadi musibah

lelaki yang taat saat sendiri dialah yang pantas mendampingi | namun yang berani bermaksiat demi nikmat sesaat dia akan disesali

tidak ada cinta dalam taat kecuali dengan jalan pernikahan | karenanya selama-lamanya takkan ada lelaki taat lalu pacaran

segera nikahi atau lekas sudahi | pantaskan diri lalu datangi wali | itu baru lelaki taat dan bernyali


Ust. Felix Siau