Sabtu, 21 Januari 2017

Impian Saya

Suatu waktu saya ingin mendirikan 'Kampung Penduduk Syurga', dimana disana ada banyak hal yang membuat setiap diri merasa bahwa sejatinya kampung kita adalah syurga. Dengan itu setiap yang masuk kedalamnya akan semakin bersemangat mengejar syurga.

Begini visualisasi yang ada didalamnya, yang jelas Ada rumah saya juga ^_^ , next:

1. Rumah Tahfidz Qur'an
2. Rumah Shiroh Nabi, Sahabat Nabi dan Shahabiyah
3. Taman Tadabbur Ayat kauniyah
4. Islamic Mall Centre
5. Mesjid (Banyak program kajian dan program santri)
7. Museum pejuang Islam sepanjang sejarah
8. Ada Islamic Sport Centre (didalamnya ada juga  Program kemiliteran dan olah fisik muslim spt berkuda, memanah, dll)
9. Ada Sekolah Sains Rabbani (Lumbung Ilmuan Muslim Peradaban Emas) 

Ini impian hebat yang akan saya wariskan. Allahu Akbar !!!

Jumat, 20 Januari 2017

Menjadi Uwais

Duh, sesak benar sesal bila bercermin padamu hai, Uwais al-Qarni.
Aku yang tak mampu menumpah bakti kecuali hanya sebutir debu bahkan lebih kecik dari itu.
Apa Syurga masih layak bagi anak yang begini.

Jarak syurga itu tak lah jauh, sungguh ada di rumah kita.
Syurga itu adalah IBU.

Semoga di sisa usia yang masih Allah izinkan untuk di dunia ini, dapat Dia beri pertolongan menjadi anak yang penyejuk hati bagi orang tuanya, bagi 'Syurga' nya.

Jagalah 'Syurga' hamba ya Rabb dalam keberkahan, keridhoan, dan rahmat Mu yang luas dan melimpah.

Madrasah Terbaik

Kepada nama yang tertangguhkan oleh takdir.
Untuk diri yang saling bersiap menuju ketetapan terbaik.
Hujan fitnah terasa kian menderas menumpahi, mudah-mudahan payung iman mampu membedung hati dari kekuyuban.
Bersabarlah sejenak, ini akan reda...
Allah Yang Maha Baik tahu yang tengah kita kecap, katanya ini ujian.
Fase setiap insan yang tengah berjuang menghadapi tantangan keimanan untuk memenangkan Allah yang pertama dan titik akhir tujuan.

Memang ini belum waktunya untuk menerima sebuah  amanah agung itu.

Percayalah, bahwa Allah Maha Bijaksana atas segala keputusan-Nya.
Dia akan mempertemukan jika memang baik dan siap untuk bertemu.

Tentang cita-cita mu itu,
cita-citamu yang ingin menjadi madrasah terbaik.
Pada waktunya, Allah akan menjadikan dirimu  salah satu yang terbaik diantara ibunda penerus generasi ulama dan mujahid.
Atas izin-Nya, dari dirimu akan lahir  pemimpin berjiwa Rabbani untuk membawa negri ini kepada ketauhidan.
Dari pertolongan-Nya, kelak dari rahim mu lah lahir generasi yang sangat besar kecintaan-Nya kepada Allah dan Allah pun mencintainya, lagi mereka rela mengorbankan segala yang ada untuk meraih keridhoan Allah.

Cita-cita mu itu  sangat hebat maka Allah akan memberimu waktu untuk mempersiapkan dirimu menjemput cita-cita itu.
Teguhkan hatimu pada keimanan, terus istiqamah dalam ketakwaan, dan bersahabatlah dengan Al-Qur'an.
Jadikan Allah yang pertama dan muara dari segala tujuan.

Sebab dirimu akan menjadi syurga bagi anak-anakmu kelak.
Persiapkanlah dengan sebaik-baiknya.

Pada mu Impian

Hai impian, aku akan datang menghampirimu.
Duhai keraguan, maaf kau akan kucampakkan jauh-jauh ke dasar lautan terdalam.

Setiap kita tercipta dengan potensi yang luar biasa dan tidak ada alasan untuk berhenti berjuang menjadikan diri lebih baik di masa depan.

Hai jiwa muda, aku memanggilmu tuk berlaga di medan terik kehidupan fana.
Temani aku bersama semangat terarah yang ingin ku tuju.

Siap hidup, siap berjuang, siap menantang cobaan.
Bersama kekuatan besar dari Rabb Yang Maha Besar.

Allahu Akbar !!!

Rabu, 18 Januari 2017

Wanita Akhir Zaman

Aku masih menunggunya, setahuku perempuan itu tidak pernah datang  terlambat. Ini tidak seperti biasanya. Sedang gemuruh dihati atas perasaan ini sudah tak tahan untuk ditumpahkan padanya. Jika di kota ini ada laut, tepiannya adalah ruang lega untuk melepas jeritan terhebat sepanjang sejarah hidupku. Kemana perempuan yang setia dengan mushafnya itu, pikirku.

"Wa, Assalamu'alaikum."
Frekuensi suara itu lumayan meredam didihan di hati ini. Akhirnya, perempuan itu datang. Kali ini aku tak melihat mushaf dalam genggamannya. Kian aku selidiki, kali saja dalam tasnya. Tapi ia tak menyandang ransel coklat kesayangannya itu. Mulai terbersit kecurigaan yang bertemali dengan kedatangannya yang sudah terlambat hampir satu jam.

"Alhamdulillah, kamu datang juga"
  "Iya maaf aku telat parah kali ini, semoga tak mengurangi keseruan silaturahim kita ya, Wa"

Aneh, aku tak mendapatkan penjelasan kenapa ia terlambat dan wajahnya begitu setia dengan senyum nan aduhai itu. Melihat aura wajahnya sudah cukup membuat aku tersiram  tenang tanpa harus meminta solusi.

"Tumben kamu telat?", tanyaku penuh selidik.

"Eumh, kamu ngundang aku ke kafe ini cuma buat nanyain kenapa aku telat, haha". Ia menyeringai sekedarnya.

Aku memesan beberapa menu sebelum memulai perbincangan hangat kami.

"Kamu tahu gak, proses aku sama Jaz gak bisa diteruskan karena tetiba dia sudah memutuskan  pilihan dengan yang lain, tanggal pernikahan mereka pun sudah ditetapkan. Trus, kamu tahu gimana rasanya jadi seorang aku?" . Ungkap ku meledak padanya dengan sesegukan isak yang sudah satu jam lalu ku tahan.

Aku langsung to do point, karena aku kenal Ia  bukanlah tipe   yang suka dengan statement berbelit-belit. Ia  menanggapiku dengan seulas senyum dan menatap lekat mataku. Lalu angkat suara.

"Bersyukurlah, kamu tidak ada urusan dengan keputusannya memilih yang lain. Karena urusan mu hanya antara kamu dengan Allah. Laki-laki itu hanya sebatas ujian. Cukup. Baik sekali bahwa ia telah memberimu waktu untuk menjadi lebih baik. Karena kamu terlalu baik baginya dan dia  bukan baik untukmu menurut Allah. Penangguhan waktu itu akan penuh kebaikan jika kamu mampu membuatnya menjadi berkah. Al-Qur'an adalah sumber keberkahan bagimu.

Bersyukur, karena Allah menginginkan anakmu kelak akan lahir dari seorang Ibu yang memiliki banyak hafalan Qur'an lagi luas pemahaman Qur'annya, agar dengan itu Allah akan semakin berkahi keluarga yang akan kamu bina kelak.

Percayalah, pernikahan itu tidak seperti tayangan sinetron di TV atau sinema film layar lebar. Di dalamnya ada amanah besar untuk menjadi seorang istri dan ibu. Do'a yang kamu langitkan terlampau hebat. Maka untuk do'a itu di ijabah kamu harus melewati proses yang hebat pula. Bisa jadi waktu penangguhan itu adalah jalan terbaik menuju pengabulan do'a yang kamu pinta pada Allah di sepanjang sujud malam-malam itu.

Ini adalah waktu terbaik untuk kamu lebih dekat dengan al-Qur'an. Kamu tahu fenomena sekarang. Zaman dimana tumpah ruah wanita yang khawatir dan sibuk dengan cerita jodoh dan imamnya kelak. Namun, mereka abai akan al-Qur'an. Lalu, mereka mengatakan ingin menikah di jalan dakwah! Huh, itu terlalu picik. Sedang mereka sadar bahwa amunisi dan ruh dakwah adalah al-Qur'an dan as-Sunnah.

Semestinya, kesibukan kita tidak semata perkara jodoh. Namun kesibukan kita adalah dengan al-Qur'an. Bayangkan betapa bahagianya anak-anak mu kelak akan memiliki seorang ibu yang penghafal Qur'an bahkan shohibul Qur'an. Yang semasa akhwatnya terus sibuk dengan belajar dan mengajarkan  al-Qur'an. Jika ia ingin berdendang, maka dendangannnya adalah al-Qur'an, jika ia ingin mendengar lagu, maka lagunya adalah muratal Qur'an, jika ia ingin berucap maka makna kata-katanya sarat akan nilai-nilai Qur'an. Apa itu tidak lebih menggiurkan untuk dipersiapkan?"

Aku tak dapat berucap sepatah kata pun . Dada ku mulai terasa sesak oleh sesal. Betapa banyaknya waktu yang kuhabisnya hanya untuk perkara yang tidak membuat do'a-do'a itu di ijabah. Aku merunduk dalam istighfar bertalu-talu.

Saat aku angkat pandangan, ternyata perempuan itu telah menghilang entah kemana.

"Wanita akhir zaman terlampau sibuk tentang perkara jodoh dan Imam baginya, namun abai akan al-Qur'an", kalimat ini menancap kuat dalam pikiran dan hatiku.

Selasa, 17 Januari 2017

Perempuan Pecinta al-Qur'an

Siang ini terik sangat.  Seperti  keringatnya  menuju titik optimal membasahi pakaian perempuan itu. Ia menyekat dahinya yang tengah diguyur keringat. Mushaf berwarna coklat terang dengan perpaduan kuning tak pernah absen dari jemarinya. Hari ini perempuan itu menggunakan gamis polos merah muda dengan hijab lebar bermotif bunga, tampak begitu serasi dengan gamis yang ia kenakan. Ia  Duduk di taman depan perpustakaan pusat kampus, sesekali ia membuka mushaf itu lalu menutupnya kembali dengan gerakan bibir yang seperti ada makna dalam pada bacaannnya itu. Aku memperhatikannya dari kejauhan.

Wajahnya menyemburatkan air muka yang bergairah. Entah kenapa, aktifitasnya yang sangat padat seolah tak mendatangkan lelah sedikitpun bagi perempuan itu. Sinar sengatan mentari siang ini pun tak sanggup mengurungkan langkahnya untuk menuju ke tempat dimana perempuan itu belajar Tahfidz Qur'an nanti sore. Padahal aku sangat hafal bahwa dari jam 03.30 wib ia sudah keluar kos. Memangl Perempuan itu, selalu menghabiskan waktu-waktu mustajabnya  di salah satu mesjid dekat kos-kosan yang kami tempati. Alhamdulillah, mesjid tersebut memang sengaja mulai dibuka pukul 03.00 wib untuk memfasilitasi jama'ah yang ingin tahajud.

Hari ini aku tahu bahwa ada jadwal kuliahnya di pasca jam 07.00 wib pagi tadi. Tapi berangkat dari rumah sejak jam 03.30 wib. Ia selalu begitu, katanya "Saya tidak punya waktu untuk menghafal selain sebelum berangkat kuliah". Aku hanya mengangguk malu pada diri sendiri.

Aku mengenal perempuan itu  selama 1 semester ini, Leha. Perempuan yang selalu membawa al-Qur'an dalam lisan, tindakan, dan hatinya. Begitulah yang dapat aku deskripsikan padanya. Leha memiliki impian menjadi 'Shohibul Qur'an'. Seorang yang selalu ingin dekat dengan al-Qura'n. Berjuang untuk belajar dan mengajarkan Al-Qur'an dalam sisa umur yang masih Allah berikan.  Sekarang ia tengah berupaya menyelesaikan hafalan 30 juznya. Ia tak pernah henti untuk mengajakku mengulang hafalan dan memotivasi untuk menambah hafalan. Baginya, menghafal Qur'an adalah harga mati bagi seorang da'i yang tulus ingin mengorbankan diri dalam mencapai keridhoan Allah. MasyaAllah.

Walau menghafal sambil menyelesaikan program magister, tidak membuatnya berhenti berjuang. Bahkan guru tahfidznya adalah setiap santri tahfidz yang ada di mesjid itu. Baginya, al-Qur'an lah yang akan menjadikannya dimuliakan Allah  dan sebab bersama al-Qur'an lah ia akan mendapat penuh keberkahan dalam menjalani kehidupan di dunia ini. Leha berhasil membuktikan bahwa dengan menghafal Qur'an tidak menghalanginya mencapai prestasi maksimal di kampus. Hasil IP nya semester sangat memuaskan dan aku menjadi saksi nyata begitu penuh berkah hidupnya bersama al-Qur'an.

Kali ini aku tak menyapanya, perempuan pecinta Qur'an itu tengah asik dengan hafalannya. Hanyut dalam kenikmatan saat berdialog dengan Allah melalui surat cinta-Nya.

Sangat menakjubkan. . .

Perempuan dan Mushafnya

Aku masih berdiri di pintu masuk akhwat sebuah mesjid di kampus. Mata ini masih terus melekat pada perempuan berhijab lebar itu. Sudah sejak 10 menit tadi perempuan itu berdiri di pelataran mesjid sambil komat-kamit dengan  menggendong balita dalam dekapannya. Tangan kirinya mengelus-elus balita dipangkuannya dan tangan kanannya memegang mushaf al-Qur'an. Ah, pemandangan ini sangat menakjubkan.

Tetiba ada laki-laki  kira-kira usia 30 an memanggil sambil melambaikan tanggannya pada  perempuan itu dengan panggilan 'umi'. Perempuan itu menoleh sambil melempar senyum  pada laki-laki  yang baru keluar dari pintu mesjid bagian ikhwan. Lalu laki-laki itu menghampiri perempuan bersama anak dipangkuannya

"Kok Umi nunggu di luar", tanya laki-laki itu
"Umi kira abi udah keluar", perempuan itu menyeringai.
"Dapat muraja'ah berapa halaman barusan", Tanya laki-laki itu sambil menyambut anak kecil di pangguan perempuan itu
"Hanya 3 halaman bi", jawab perempuan itu masih dengan senyumnya yang aduhai.
"Nanti abi simak yang sisanya di mobil ya". Balas laki-laki itu dengan nada lembut.

Mereka berlalu, berjalan bersama menuju parkiran. Entah, apa pembicaraan mereka selanjutnya. Perempuan itu tetap memegang mushafnya. Aku masih termangu, hanyut dalam tasbih, tahmid, dan takbir menyaksikan pemandangan barusan.

Berdo'a dan penuh harap  dapat menjadi aktor dalam adegan itu kelak.
Mungkin akan bersama kamu.
Kamu yang tengah mempersiapkan diri dalam perbaikan yang lebih baik menuju Allah.
Kamu yang tengah menyibukkan diri dengan al-Qur'an
Kamu yang tengah dan terus belajar agar kelak dapat menjadi jembatan kokoh yang akan mengantarkan keluargamu ke taman syurga terindah yang diridhoi Allah.
Semoga selalu dalam keridhoan Allah. . .

Amin