Kamis, 12 Januari 2017

Teladan Wanita Era Modernisasi

*"Mencari Model Muslimah Modern"* Pelajaran dari Bunda Yoyoh Yusroh

_assalaamu’alaikum wr. wb._

Sabtu dini hari, 21 Mei 2011, anggota Komisi I DPR dari Fraksi Partai Keadilan Sejahtera, Yoyoh Yusroh, menghembuskan napas terakhirnya setelah mengalami kecelakaan lalu lintas di Cirebon. Dalam waktu singkat, kabar duka itu menyebar ke seluruh negeri. Beragam tokoh dari lintas komunitas menyampaikan belasungkawanya. Ust. Hilmi Aminuddin, Ketua Majelis Syuro PKS, bahkan mengatakan bahwa wafatnya Yoyoh Yusroh adalah kehilangan yang dialami oleh dakwah internasional.

Ruhut Sitompul dari Fraksi Partai Demokrat dan Tantowi Yahya dari Fraksi Partai Golkar termasuk di antara hadirin yang menyampaikan rasa kehilangannya pada hari itu. Dari dunia internasional, tak kurang dari Prof. Dr. Muhammad Badie, orang nomor satu di Al-Ikhwan Al-Muslimun Mesir yang menyampaikan pesan duka citanya. Belasungkawa juga disampaikan oleh berbagai komunitas lainnya, antara lain dari masyarakat Gaza, yang mengenal almarhumah sebagai salah seorang tokoh yang konsisten memperjuangkan hak-hak mereka.

Yoyoh Yusroh adalah sebuah pribadi yang menghentak kesadaran semua orang. Sebagai da’i perempuan, jadwal kegiatan dakwahnya tidak pernah kosong. Terlebih lagi semenjak ia diamanahi jabatan sebagai wakil rakyat. Namun di antara seluruh amanah yang dibebankan di pundaknya, Yoyoh telah menerima amanah sebagai ibu dari 13 orang anak.

Yoyoh adalah 1 dari 5 orang perempuan yang termasuk dalam 50 orang pendiri Partai Keadilan (PK). Saat PK baru berdiri, ia diangkat sebagai Ketua Departemen Kewanitaan. Setahun sesudahnya, ia mundur dari jabatannya di Departemen Kewanitaan untuk kemudian menerima amanah di Majelis Pertimbangan Partai (MPP).

Ketika ia diminta untuk menggantikan rekannya dalam periode PAW di DPR, Yoyoh segera mengontak Hidayat Nur Wahid, Ust. Rahmat Abdullah (alm) dan Ust. Hilmi Aminuddin untuk menanyakan alasan pengangkatannya, sebab ia merasa khawatir tak mampu menjalankan tugas lantaran punya banyak anak. Akan tetapi, jawaban dari ketiganya tetap sama: hal itu adalah keputusan jamaah (ittifaq jama’i).

Di luar kegiatannya sebagai anggota DPR, setumpuk amanah dan prestasi lainnya telah diukir oleh beliau. Aktif sebagai anggota Dewan Pakar ICMI (2005-2010) bidang Pemberdayaan Perempuan, Anak dan lansia, penerima tanda jasa dari International Muslim Women Union (IMWU) dan Mubaligh Nasional dari Departemen Agama Pusat tahun 2001. Namun kiprah paling heroiknya yang dikenang oleh masyarakat Islam internasional pastilah keikutsertaannya dalam rombongan Viva Palestina yang dikoordinir oleh Komite Nasional Rakyat Palestina (KNRP) yang telah melalui perjuangan berat hingga akhirnya mampu menembus Gaza dengan kawalan tentara Mesir.

Di tengah kesibukan yang luar biasa padatnya, Yoyoh tidak pernah meninggalkan kewajibannya sebagai seorang Muslimah, seorang istri dan seorang ibu. Mempresentasikan suatu kajian sambil mengasuh anak adalah pemandangan yang biasa bagi mereka yang kerap menyaksikan ceramah-ceramah beliau. Padatnya kegiatan juga tidak mengurangi kemesraan beliau dengan Budi Darmawan, suaminya. Sejak awal, seluruh amanah yang diembannya diterima dengan dukungan kuat suaminya, dan ditanggungnya bersama-sama. Ibadahnya pun tidak kendur, sehingga ia dikenal sebagai Muslimah yang selalu mengisi waktu senggangnya dengan tilawah, membaca tafsir, atau menghapal al-Qur’an.

Begitu kuatnya interaksi Bunda Yoyoh – demikian sebagian orang memanggilnya – dengan al-Qur’an, sehingga ia sendiri menetapkan kewajiban tilawah harian hingga tiga juz per hari. Salim A. Fillah, seorang tokoh penulis muda, pernah ‘memergoki’ Yoyoh bersama suaminya tengah bergantian menyimak dan saling mengoreksi hapalan al-Qur’an-nya di sela-sela kesibukan. Bagi beliau, aneka ragam persoalan yang semakin banyak dihadapinya dari hari ke hari justru merupakan alasan penguat untuk mempertinggi intensitas interaksi dengan al-Qur’an, bukan sebaliknya.

Sederet kesaksian lainnya diberikan oleh para tokoh. Lili Nur Aulia, misalnya, menjelaskan berbagai sifat keutamaan dalam diri beliau, antara lain selalu tersenyum, meski dalam keadaan paling kecewa sekalipun, tidak pernah mengeluh ketika menerima tugas-tugas dakwah, konsistensi dalam kesederhanaannya, selalu berbicara dengan kata-kata yang dalam dan sarat makna, ‘keras’ dalam membina diri sendiri namun ‘fleksibel’ dalam membentuk dan membina objek dakwahnya.

Tidak diragukan lagi, umat Islam telah kehilangan seorang tokoh Muslimah yang begitu perkasa, bahkan ia pantas untuk menjadi ikon keperkasaan seorang Muslimah di era modern. Kehilangan semacam ini mungkin yang pertama kalinya dialami oleh umat Islam Indonesia sejak era Cut Nyak Dhien.

Tidaklah berlebihan jika nama Yoyoh Yusroh diucapkan pada tarikan napas yang sama dengan penyebutan nama-nama harum lainnya seperti Zainab al-Ghazali, tokoh Muslimah Mesir yang bukan hanya mencicipi intimidasi karena kegiatan dakwahnya, melainkan juga hingga siksaan fisik. Yoyoh telah membuktikan bahwa identitas dirinya sebagai Muslimah dan da’iyyah tidak sedikit pun menjadi penghalang untuk berprestasi, sedangkan prestasinya tidak terbatas pada pengajuan wacana di mimbar-mimbar belaka, melainkan hingga pembuktian secara nyata di lapangan. Berapa banyakkah tokoh nasional – laki-laki atau perempuan – yang berani menerjunkan dirinya ke wilayah rawan konflik seperti Gaza?

Kisah hidup Bunda Yoyoh adalah sebuah kesaksian panjang tentang keperkasaan seorang perempuan yang membaktikan hidupnya untuk Islam. Perempuan tidaklah lemah, hanya saja ia memiliki kekuatan yang berbeda dengan kaum lelaki. Untuk membangkitkan keperkasaan yang hanya dimiliki oleh perempuan itulah Islam menggariskan ajarannya, yang diikuti dengan sangat baik oleh Bunda Yoyoh.

Ketika beliau diminta untuk menjadi anggota DPR, itu adalah karena keputusan jamaah. Partailah yang telah memutuskan bahwa kehadirannya di gedung wakil rakyat sangat dibutuhkan, bukannya semata-mata untuk memenuhi kuota jumlah anggota legislatif perempuan sebagaimana tuntutan kaum feminis. Begitu besar kepercayaan partai pada kapabilitas dirinya, sehingga amanah tersebut tidak dimundurkan barang seinci pun meski melihat kenyataan bahwa ia adalah ibu dari 13 orang anak!

Untuk eksis di segala lini, Yoyoh tidak pernah harus menggadaikan agamanya sendiri. Ia tidak pernah merasa perlu untuk tunduk pada standarisasi kaum lelaki hidung belang yang menghendaki para Muslimah untuk membuka auratnya masing-masing atas nama ‘kebebasan’ atau sekedar ‘tuntutan pekerjaan’. Yoyoh hidup dalam keadaan senantiasa memelihara kehormatannya, kemudian wafat dalam keadaan yang sangat terhormat pula.

Muslimah, berjilbab, menutup aurat dengan sempurna, sibuk luar biasa, aktif di dalam dan di luar rumah, ibu dari 13 orang anak, istri yang berdedikasi tinggi, pecinta al-Qur’an yang sulit dicari tandingannya, pembelajar yang tangguh, wakil rakyat yang sederhana, fungsionaris partai yang kehadirannya sangat signifikan, da’iyyah yang senantiasa sibuk dengan agenda dakwah, perempuan dengan segunung prestasi, mujahidah dengan keberanian yang telah dibuktikan di daerah-daerah konflik, dan intelektual yang kata-katanya senantiasa didengar orang. Tidak diragukan lagi, Bunda Yoyoh adalah mimpi buruk dari segala wacana yang dikumandangkan oleh kaum feminis-liberalis. Dengan kehidupannya, Bunda Yoyoh telah membuktikan bahwa seorang Muslimah tak mesti mengabaikan keluarga untuk menjadi seorang aktifis, tidak perlu merasa terkekang dengan kewajibannya mengurus anak, tidak perlu merasa lemah hanya karena ia perempuan, tidak perlu mengajukan batas kuota agar diakui pantas menduduki jabatan yang terhormat, dan seterusnya.

Selamat jalan, Bunda Yoyoh. Sungguh kami merasa begitu kehilangan ditinggal olehmu. Kami adalah saksi betapa engkau telah memenuhi kewajiban-kewajibanmu dengan baik, dan sebaik-baik istirahat adalah di sisi Allah, Dzat yang tak mungkin menzalimimu.

_wassalaamu’alaikum wr. wb._

9 Januari 2017
(Akmal Sjafril)

Tentang Keyakinan Kita

Aku masih percaya bahwa  kita memiliki keyakinan yang sama.
Sudah agak lama kebekuan hati ini ada , kini perlahan mencairkan diri dengan keyakinan itu.

Tentang keyakinan aku, kau, kita.
Kita yakin bahwa segala sesuatu dalam kehidupan ini mutlak milik Allah, termasuk kita.
Kita adalah milik-Nya, Dia yang mengatur, mengawasi, dan mendesain setiap yang ada pada kita dan kehidupan kita.
Daripadanya, kita sama-sama tenang tuk merebahkan hati ini utuh pada-Nya  saja  dan pada segenap ketetapan yang Dia ridhoi bagi kita.
Memang melelahkan dalam fase perjuangan ini, aku mengerti dan kau pun juga merasakannya, bukan?
Kita mesti menyearahkan langkah menuju tujuan yang sama, walau sebegitu banyak aral dan arus yang siap membuat diri kita kehilangan arah tujuan itu.
Semestinya kita tenang saja.
Allah selalu menjadi yang Maha Baik bagi hamba-Nya yang taat. Jangan khawatir, bila Allah yang aku dan kau tuju maka kita pasti tiba di titik yang sama.

Tentang keyakinan aku, kau, kita.
Kita yakin rasa sabar yang kita jaga bukan semata diperjuangkan untuk menciptakan damai, namun dengan sabar itu kita bisa lebih dekat dengan Allah dan Allah ridho dengan kita.
Dengan kedekatan dan ridho-Nya maka kedamaian adalah bonus bagi kesabaran yang kita pelihara setia itu.
Semakin kita dekat dengan Allah dan Allah ridho pada kita, disana penuh keberkahan bagi pertemuan tuk meneguh iman.
Allah Maha Penyantun bagi hamba-Nya yang tak kenal lelah memperjuangkan ridho-Nya.

Tentang keyakinan aku, kau, kita.
Kita yakin bahwa kebersamaan adalah seni menikmati suka duka dan seni menghiasi tangis dengan tawa. Menikmati kebersamaan sebagai jalan merengut syurga dan membentengi diri dari neraka. Maka dalam kebersamaan kelak kita  meski menjadikan tauhid sebagai landasan urgentif bagi dua insan yang telah berikrar menggenapkan agamanya bersama dan bertekad untuk saling mengokohkan keimanannya.  Begitulah yang akan ditempuh, cara kita  menikmati kebersamaan  bisa jadi tidak dengan mendapatkan dan menerima hal-hal yang indah lagi penuh bahagia , mungkin kita  akan menikmatinya dengan melewati suka duka, kelelahan dan ketertatihan dalam menyeimbangkan perbedaan.

Tentang keyakinan aku, kau, kita.
Kita sama-sama yakin bahwa penyatuan kelak  merupakan  ruang bagi kita agar dapat  mengasah iman dan kedewasaan, tempat kita tuk belajar bersabar dalam  ujian dan tekanan.  Setiap kita akan diuji pada titik terlemah diri masing-masing. Mudah-mudahan kita tak lupa tuk saling mengingatkan dan menguatkan, menikmati ujian dengan iman dan kesabaran.  Menikmati karuniaNya dengan iman dan kesyukuran. Mari kita Pahamkan dan persiapkan diri, sebelum kita benar-benar bertemu.

Tentang keyakinan aku, kau, kita.
Kita sama-sama yakin bahwa ada masanya kita tidak lagi berjalan sendiri-sendiri. Saat itu, kita akan mencoba menyamakan langkah. Mungkin agak canggung untuk kita yang telah terbiasa melangkah dalam jalan masing-masing. Sebelumnya, kita telah terbiasa dengan cara sendiri dalam melakukan perjalanan. Tapi kedepan, perjalanan yang akan kita tempuh adalah kebersamaan kita menuju tujuan yang sama. Maka kita perlu menenggelamkan ego untuk saling mengerti agar dapat menyesuaikan ritme. Tentu untuk menyamakan ritme kita butuh latihan yang tak sebentar. Tak perlu berlari. Kita akan menyelesaikan perjalanan itu dengan pelan-pelan saja, yang kita kehendaki  adalah tetap bersama, bukan?

Kita berada pada keyakinan yang sama. Maka kita harus yakin kesabaran kita akan menyatupadukan rindu pada tempat yang tengah kita cari tahu dan waktu yang sedang kita selami bersama.

Teruslah bersabar, jika aku atau kau tak mampu bersabar bisa jadi kita tak bertemu.

Pagi dan Rindu

Malam itu tak dapat dihentikan, padahal 'dia' sudah berupaya datang sebelum datangnya malam. Sayang, Dewi Malam telah mengambil tahta untuk mengomando sang langit. Tirai kelam telah menjuntai ke bumi, 'dia' tak ada daya upaya lagi. Harus menunggu anggun di luar sana. Sembari menahan rasa sabar dengan kondisi gulitanya gelap malam ini. Hanya sendiri terpaku di luar tanpa ada kekuatan untuk menyapa. Sudah terlanjur malam, mungkin butuh istirahat dan 'dia' sangat hati-hati kepadanya. Agar tak ada prasangka yang mengotori.
Biar sajalah...
Masih ada pagi dan 'dia' yakin akan janji Tuhan bahwa waktu pagi itu akan menjelang.
-----------------------
Pagi esok jangan lupa  buka jendela dan coba lihat keluar sana.
Ada 'dia'.
Mungkin telah ditikam suhu dingin semalam, terkurung diluar sebab tak bisa masuk. Jika tak dapat jua tampak oleh mu.  Coba lihat di atas tanamanmu mungkin dia hinggap disana, menjadi embun yang ingin menyegarkan pagimu. 'dia' adalah rinduku.
Kamu punya jendela kan ?
Jangan lupa dibuka besok ya?

Sabtu, 07 Januari 2017

Imijinasi

Saya selalu butuh ruang untuk menabur imiginasi. Tempat disana saya bebas berperan dan menjadi siapa pun yang saya inginkan. Tempat yang sesuka saya pula untuk menyeting ornamen keadaan seperti apa yang sesuai dengan keinginan. Sempurna....saya pengendali penuh jalan cerita dalam dunia imijinasi itu.

Seperti halnya, beberapa tahun lampau. Saat saya mengikuti sebuah kompetisi menulis. Selama proses menyelesaikan naskah tulisan, saya selalu menabuh imijinasi bahwa saya adalah pemenang dalam kompetisi tersebut lalu saya perkuat bubuhan rasa suka citanya menerima hadiah dan penghargaan pada hari pengumuman. Hal yang menggelikan dan sekaligus membuat adrenalin saya berbalapan dengan sistem tubuh untuk menyelesaikan naskah itu sebaik dan sesuai dengan keinginan dewan hakim berdasarkan rubrik peniliaian. Alhasil, kegagalan demi kegagalan pun terus mengitari saya dalam mengikuti kompetisi menulis. Imijinasi itu hanya menjadi sebatas imijinasi dan semua yang ada di dalamnya belum berhasil saya bawa ke dunia real.

It's not bad to me, life must go on, huh ?
Setidaknya saya telah berhasil melakukan yang terbaik bersama imijinasi itu. Bagi saya imijinasi sahabat terbaik dan terhebat yang sekiranya dapat  membantu dalam mewujudkan target yang ingin saya  dicapai.  It is like Pretending Sucess

Karena, di dunia ini kita bebas untuk menjadi apa saja dan siapa saja. Terlebih Allah telah meyakini manusia adalah hamba terpilih di sisi-Nya sebagai khalifah-Nya di muka bumi. Lantas, dunia ini sudah terlalu dipadati oleh arus pemikiran yang mampu menenggelamkan setiap diri pada sekulurisme, kapitalisme, liberasisme, dan 'isme' sejenis lainnya. Arus itu nyaris menggeser fitrah manusia dari hakikat  keunggulannya sebagai manusia. Lalu apa temalinya dengan tabur imijiasi ?

Di  14 abad silam, informasi penting terkait  dunia imijinasi yang  saya senangi itu  disampaikan. Sebutannya adalah  TAMAN SYURGA. Mungkin akan berbeda dengan imijinasi remeh saya sebelumnya yang hanya sebatas prestise dan prestasi. Perjalanan kehidupan semakin banyak menyadarkan saya, bahwa ada imijanasi yang lebih indah dan ceritanya dikabarkan dalam al-Qur'an. Imijinasi ini bukan untuk memenangkan kompetisi menulis atau apalah itu. Namun untuk memenangkan syurga yang luasnya seluas langit dan bumi  bersama keridhoan Tuhan Semesta Alam. It's  amazing, huh?.

Maka saya harus melawan arus. Terus sekuat yang dibisa untuk Menentang setiap arus yang menghalangi saya untuk menggapainya. Salah satu karya yang dapat dipersembahkan untuk memenangkan kompetisi itu,  Make  the World for the Better Place. Menjadi jalan manfaat bagi sebanyak-banyak manusia untuk menuju  tempat yang lebih baik, Syurga.

*tulisan ini diketik jam 0:26 jadi rada-rada gak nyambung, setengah sadar setengah mau gak sadar,'Zzzzzzzz

Rabu, 04 Januari 2017

Memperbaharui Kesyukuran

Ya Rabb...
AlhamdulillahiRabbil 'Alamin

Ketika mulai merebahkan diri di atas dipan, tetiba saya diseret pada sebuah perenungan tentang BERSYUKUR. Kasur empuk yang aman lagi nyaman untuk  saya jadikan lapisan tebal peristirahatan malam ini, kamar kos yang gak ada nyamuk, suhu kamar yang sejuk tanpa ac dan kipas angin, kamar kecil yang ada dalam kamar, bantal, selimut, lebih-lebih tubuh yang sehat wal 'afiat ini tak mampu menghasilkan rasa syukur yang saya lafadzkan dalam tahmid menjadi setara dengan semua perhatian dan kasih sayang Allah yang dikarunikan pada saya malam ini.

Terbayang dengan nasib saudara-saudari  seiman di palestina, myanmar, syiria, dan lainnya yang jangankan untuk berbantal bahkan beratap pun tidak tidurnya. [T.T] Apatah lagi mengingat mereka yang di rumah sakit, ya Allah....betapa nikmat yang diberikan membuat saya malu.

Saya mengerti bahwa rasa syukur dapat diwujudkan  dengan ketaatan pada Allah. Hamba yang senang bersyukur maka secara otomatis dapat menjadikannya sebagai hamba yang kuat ketaatannya pada Allah.  Sayangnya...saya masih jauh dari idealitas bersyukur itu.

Malunya...

Semoga Allah beri pertolongan agar menjadi ahli syukur....
Allahumma amin

Tausiyah

Pokok hikmah kajian Tauhid bersama Aa Gym, ba'da isya 04-01-17 @Daruut Tauhid

1. Kita tidak dapat melakukan apa-apa selain atas pertolongan Allah. Kita bisa berbicara baik karena Allah yang memberi pertolongan lisan dapat berbicara baik sehingga dapat menggugah dan mengubah yang mendengar,  tidak ada yang kita harap dari berbicara baik selain ridho Allah bukan untuk dipuji, dikagumi dan dikatakan orang baik tapi agar ridho Allah atas apa yang kita bicarakan.

2. Kita tidak punya apa-apa selain apa yang Allah titipkan. Jadi jangan pernah bangga dengan jabatan, prestasi, harta, pasangan hidup, dan anak. Mudah bagi Allah untuk mengambil apa yang telah dititipkan kepada hamba-Nya. Tugas kita atas titipan itu adalah menjaganya dengan cara mensyukurinya. Bentuk kesyukuran itu adalah meningkatnya ketaatan pada Allah.

3. Kita tidak punya ilmu sedikitpun selain apa yang telah Allah amanahkan untuk kita pelajari dan agar dapat diamalkan. Jangan sombong dengan pengetahuan yang hanya secuil itu, apalagi menganggap kecil orang yang belum memahami ilmu  yang kita miliki.

4. Yang kita punya hanya dosa. Nah, ini yang penting dan harus banyak-banyak di tafakuri. Bisa jadi dosa-dosa itu yang membuat sekat terjal antara kita dengan Allah. Sehingga berat mengerjakan kebaikan, sulit untuk ikhlas, payah untuk ibadah, malas berinteraksi dengan al-Qur'an (sebenarnya al-Qur'an lah yang malas berinteraksi dengan hati yang kotor), enggan untuk bertholibul ilmy, dan terhijab dari menerima kebenaran. Na'udzubillah.

Semoga istiqamah dan mengistiqamahkan ��

Selasa, 03 Januari 2017

Libur Telah Tiba

Bagi sebagian besar mahasiswa liburan sebentuk ruang lepas dari penyekangan muatan-muatan pelajaran ke dalam kepala. Sekiranya, statement ini saya dapatkan setelah berkontemplasi beberapa hari ini. Alhamdulillah hari keempat libur semester, hari yang tidak ada lagi chat grup yang berisi caution or assign for something. Hahahaha. Benar kan? Bahwa kini otak telah berada di rest area setelah menempuh perjalanan melelahkan selama satu semester.

Sampai-sampai saya tidak ada diberi nafas untuk menulis. Setiap jengkal waktu dalam ritme teratur menyelesaikan tumpukan analisis jurnal internasional, sintesis, membuat RPP based of Korea Curriculum, nyusun proposal thesis, makalah, persentasi, bedah buku models of teaching yang tahu kan tebelnya bisa sekaligus dijadiin pillow bobok. ^_^ and et al dah.

Syukur banget jari ini sudah bisa kembali menari di tas tut tut layar sentuh gadget.

Ada hal yang melegakan di liburan ini  yakni saat bisa muraja'ah  Qur'an tanpa mikirin DL assigment dari Dosen.

Alhamdulillah...
Semoga cepat kelar ya sholehah...