Senin, 22 Agustus 2016

Pecinta Ilmu

Dan aku betah di ruangan ini sampai 24 jam. Beginilah kalimat hiperbola yang ideal untuk rasa yang terkecambah saat ini.Ketika kembali menjadi pendengar ilmu dari orang-orang yang Allah jadikan mereka luar biasa. Bersama dengan segenap mereka pecinta ilmu membuat mata ini terus menyala bara, hati berkobar akbar, jiwa menggelora, pikiran terus tersejukkan, dan otak kian tajam. Betapa menjadi pembelajar menjadi suatu nikmat yang tak mampu didefenisikan gegap gempita bahagianya. Ah mau terus belajar dan menimba ilmu..terus dan terus...! Semakin kesini, kian terus belajar semakin merasa bahwa tak punya apa-apa lah diri ini. Betapa fakir ilmunya diri ini.

Melihat bunda-bunda tangguh itu kian menyeruak kekaguman diri. MasyaAllah, dengan anak balita dalam gendongan. Tak membuat mereka surut untuk menimba ilmu. Mata bunda-bunda itu berbinar, sorotan matanya berbeda karena ada pancaran perjuangan lebih di dalamnya. Tak boleh kalah semangat oleh mereka dan semestinya harus bisa mendapatkan dan meraih yang lebih dari mereka karena punya waktu yang lebih lapang, pikiran yang tak bercabang, dan bebas kemana-mana mau terbang. ^_^ memang jomblo itu menegarkan ! Hihi

Calon bunda peradaban harus cerdas karena ia akan mempersiapkan generasi-generasi hebat.  Semangat menjadi cerdas dan mencerdaskan soleha !

Bekal yang Terbaik

Tidak baik melakukan perjalanan tanpa bekal. Bahaya ! Terlebih perjalanan di hutan rimba yang amat menggenaskan ancaman dalamnya. Sangat klise kita dapati bahwa peran kita di dunia ini tak lebih dari seorang musafir. Ada dimensi waktu yang terjal perbedaannya dalam perspektif kita dengan dalam perhitungan-Nya. Pada hakikatnya kelak kita dapati bahwa tak lama memang kita menjadi penghuni kerak bumi ini. Dalam sesingkat waktu itu pun kita sangat butuh bekal. Mari kita rujuk bekal terbaik itu dalam surat cinta-Nya.

".... Dan apa yang kamu kerjakan berupa kebaikan, niscaya Allah mengetahuinya. Berbekallah, dan sesungguhnya sebaik-baik bekal adalah takwa dan bertakwalah kepada-Ku hai orang-orang yang berakal." (Q.S.al-Baqarah: 197)

See...
Yang menyampaikan ini adalah Rabb yang menciptakan kita dan segala sesuatu di langit, di bumi, dan di antara keduanya. MasyaAllah...
Maka memahami tentang bekal itu menjadi bagian prioritas bagi kita untuk selamat dan aman hingga akhir peran sebagai musafir ini.

Mari kita simak beberapa defenisi takwa yang Alhamdulillah dapat disadur dari: https://pencerahqolbu.wordpress.com/2011/05/25/definisi-taqwa/#more-533

Sayyidina Ali bin Abi Thalib k.w. tentang apa itu taqwa. Beliau menjelaskan bahwa taqwa itu adalah :

1. Takut (kepada Allah) yang diiringi rasa cinta, bukan takut karena adanya neraka.

2. Beramal dengan Alquran yaitu bagaimana Alquran menjadi pedoman dalam kehidupan sehari-hari seorang manusia.

3. Redha dengan yang sedikit, ini berkaitan dengan rezeki. Bila mendapat rezeki yang banyak, siapa pun akan redha tapi bagaimana bila sedikit? Yang perlu disedari adalah bahawa rezeki tidak semata-mata yang berwujud uang atau materi.

4. Orang yg menyiapkan diri untuk “perjalanan panjang”, maksudnya adalah hidup sesudah mati.

Al- Hasan Al-Bashri menyatakan bahwa taqwa adalah takut dan menghindari apa yang diharamkan Allah, dan menunaikan apa-apa yang diwajibkan oleh Allah. Taqwa juga bererti kewaspadaan, menjaga benar-benar perintah dan menjauhi larangan.

Seorang sahabat Rasulullah SAW, Ubay bin Ka’ab pernah memberikan gambaran yang jelas tentang hakikat taqwa. Pada waktu itu, Umar bin Khaththab bertanya kepada Ubay tentang apa itu taqwa. Ubay balik bertanya : “Apakah Anda tidak pernah berjalan di tempat yang penuh duri?” Umar menjawab : “Ya.” Ubay bertanya lagi : “Lalu Anda berbuat apa?” Umar menjawab: “Saya sangat hati-hati dan bersungguh-sungguh menyelamatkan diri dari duri itu.” Ubay menimpali : “Itulah (contoh) taqwa.”

Menghadapi duri di jalanan saja sudah takut, apalagi menghadapi siksaan api neraka di akhirat kelak, seharusnya kita lebih takut lagi. Permasalahan yang dihadapi biasanya adalah “duri” semacam apakah yang dihindari oleh orang-orang bertaqwa itu dan sejauh manakah kita mampu untuk menghindari “duri” itu.

Syekh Abdul Qadir pernah memberikan nasihat :

”Jadilah kamu bila bersama Allah tidak berhubungan dengan makhluk dan bila bersama dengan makhluk tidak bersama nafsu. Siapa saja yang tidak sedemikian rupa, maka tentu ia akan selalu diliputi syaitan dan segala urusannya melewati batas.”

Seseorang yang bertaqwa akan meninggalkan dosa-dosa, baik kecil maupun besar. Baginya dosa kecil dan dosa besar adalah sama-sama dosa. Ia tidak akan memandang remeh dosa-dosa kecil, kerana gunung yang besar tersusun dari batu-batu yang kecil (kerikil). Dosa yang kecil, jika dilakukan terus-menerus akan berubah menjadi dosa besar.

Tidak hanya hal-hal yang menyebabkan dosa saja yang ditinggalkan oleh orang-orang bertaqwa, hal-hal yang tidak menyebabkan dosa pun, jika itu meragukan, maka ditinggalkan pula dengan penuh keikhlasan.

Ibnul Qayyim Al-Jauziyah menyatakan bahwa orang bertaqwa adalah orang yang telah menjadikan tabir penjaga antara dirinya dan neraka. Pernyataan ulama besar salaf ini memiliki kandungan yang lebih spesifik lagi. Orang bertaqwa berarti dia telah mengetahui hal-hal apa saja yang menyebabkan Allah murka dan menghukumnya di neraka. Selain itu, ia juga harus mengetahui batasan-batasan (aturan-aturan) Allah yang diturunkan kepada Rasul-Nya.

Di sinilah peran penting dari perintah Rasul SAW untuk menuntut ilmu dari mulai lahir hingga liang lahad. Ketaqwaan sangat memerlukan landasan ilmu yang benar dan lurus, sesuai dengan petunjuk Allah dan Rasul-Nya. Allah SWT sangat mencela kepada orang-orang yang tidak memiliki ilmu pengetahuan tentang batasan-batasan yang telah disampaikan kepada Rasul-Nya. Hal ini sejalan pula dengan firman Allah bahwa Alah akan meninggikan orang-orang berilmu beberapa darjat.

Dalam perjalanan meraih darjat taqwa diperlukan perjuangan yang sungguh-sungguh untuk melawan hawa nafsu, bisikan syaithaniyah yang sangat halus dan sering membuat manusia terpedaya. Sikap istiqamah dalam memegang ajaran Allah sangat diperlukan guna menghantarkan kita menuju darjat taqwa.

Minggu, 21 Agustus 2016

Pelita Lorong Gelap di Seantaro Negri

Menjadi pendidik yang bukan hanya mediator tranferisasi ilmu dan  pengetahuan namun sekaligus menjadi jembatan inspirasi untuk setiap hati yang tercucur bagi mereka ilmu tersebut.

Maka untuk saat ini mesti melengkapi diri dengan berbagai instrumen untuk siap terjun menjadi kontributor pejuang pendidikan di kemudian hari.

Jangan senang mempelajari hal yang sudah kita tahu dan paham. Karena kita tidak pernah mendapat kesempatan untuk mengeksprolasi ilmu baru. Bersyukurlah saat belajar kita tidak mengerti karena kita dituntut untuk belajar lebih banyak dan lebih giat untuk mengeksplorasi ilmu lebih berlimpah. Sebab menjadi pendidik bukan sebatas kekuatan intelektual namun juga memiliki kematangan emosional dalam memanajemen masalah. Termasuk dalam problematika mencari ilmu pengetahuan.

Esok ada sebuah tuntutan baru. Maka gunakan setiap waktu seproduktifnya  untuk ilmu dan ilmu. Kamu adalah yang Allah pilih menjadi PELITA GELAP DI LORONG-LORONG SEANTARO NEGRI.  Ciptakan masa depan gemilang untuk anak bangsa di kancah nuansa global yang kompetitif dan komperatif. Allahu Akbar !

Berjuanglah !
Tetap lah taat !
Ittaqillah !

Hasbiyallah (Cukuplah Allah)

Cukup di hati ini Allah saja, apapun itu cukup Allah saja

Fokus Bersyukur

Kita tidak kan pernah bahagia selama masih terjajah. Selagi diri terjajah oleh dunia, oleh nafsu, oleh syahwat, dan oleh tipu daya setan maka selama-lamanya tidak akan pernah bahagia. Pasti...! Kita sengsara bukan karena kurang karunia tapi karena kurang dua hal, yakni sebab kurang syukur dan kurang sabar. Orang sulit bersyukur karena salah fokus. Lebih fokus pada keinginan, fokus pada yang belum dicapai. Padahal tambahan karunia dari Allah datang karena keahlian bersyukur . Kalau kita tenggelam  dalam syukur udah dah berenanglah diri dalam kenikmatan yang teramat luas. So...Fokus untuk mensyukuri yak soleha !

Sempurnakan kesempatan yang ada untuk melakukan yang terbaik. Kita mah dah untung diciptakan oleh Allah ya. Nikmat penciptaan tidak ada tawar menawar lagi. Harus disyukuri. Coba deh direnungi tentang penciptaan kita nih. Benar benar mesti bertemika kasih sama Allah  diciptakan jadi manusia. Lalu ditambah nikmat pengurusan dari Allah, dari mulai satu sel lalu membelah, lalu berkembang jadi segumpal daging, kemudian dikuatkan oleh tulang, selanjutnya disempurnakan dengan sebaik-baiknya penciptaan. Lalu setelah lahir gak bawa apa-apa tetap aja bisa makan dan minum. Enak kan ya? Siapa nih yang atur ? Tiap hari diberi nafas gratis, pakaian, tempat berteduh, bisa jalan, bisa bicara, bisa lihat, bisa dengar, Fabiayya ala iRobbika tukadziban ? Jantung berdetak otomatis Allah yang atur, makanan masuk dilumat oleh gerak peristaltik masuk ke lambung lalu dicerna dengan sangat baik. Siapa yang atur semua itu? ALLAH. tidak ada celah untuk tidak bersyukur soleha.

Ada nikmat lain yang perlu disyukuri yakni nikmat hidayah. Selanjutnya nikmat taufik. Semua kebaikan hanya karunia Allah. Bersyukur bisa dimudahkan langkah untuk selalu beramal dan ibadah. Sebab tak semua orang yang mendapatkan kesempatan dan keringanan hati untuk seperti ini. Makanya kalau lihat orang maksiat kita mesti syukur karena bukan kita yang maksiat lalu do'akan mereka untuk diberi hidayah dan taufik agar bisa merasakan apa yang kita rasakan.

Kalau kita kurang syukur maka terus menderitalah diri. Kalau ada yang menghina kita, ya wes lah tetap aja  bersyukur,  karena kan cuma sedikit yang berbuat demikian ke kita. Kalau ada orang yang berbuat buruk pada kita maka  ya wes lah tetap juga kudu bersyukur, karena diberi kesempatan untuk muhasabah. Maka kita jadi kembali tersungkur mohon ampun pada Allah mungkin diwaktu lalu,  kita juga pernah melakukan kejelekan yang sama dengan yang diterima saat ini  kepada orang lain. Bisa jadi Allah ingatkan kita biar tidak melakukan perbuatan buruk itu pada orang lain.

Kalau kita sakit, dihina, diremehkan, difitnah, dikucilkan, dipermalukan, dikecewakan, kehilangan, ujian, dan sejenis musibah menerpa, itu bukan hal yang buruk namun untuk mentarbiyah kita jadi ahli syukur. Semua tergantung cara kita dalam memandangnya. Tapi bersyukur atas semua itu adalah tindak lanjut terbaik dan paling Allah suka setelah bersabar. Jangan berburuk sangka pada Allah. (2:216) Di titik itulah Allah mengajarkan kita untuk menaruh keyakinan seutuhnya pada pertolongan Allah. Dengan itu kita jadi bermesraan dengan Allah. Aduhai nikmat nih. Bener !  Berbagai kepahitan yang membuat kita berputus dari kebergantungan  pada manusia adalah kenikmatan yang patut disyukuri. Lihat kebaikan Allah atas ujian yang diberikan. Semua yang Allah beri bagian dari kebaikan Allah, sebab sifat Allah Maha Baik. Maka fokus pikirkan kebaikannya.

"Hai manusia, ingatlah akan nikmat Allah kepadamu. Adakah pencipta selain Allah yang dapat memberikan rezeki kepada kamu dari langit dan bumi? Tidak ada Tuhan selain Dia; maka mengapakah kamu berpaling (dari ketauhidan)?"

(Q.S. Fathir:3)

Ibadah kurang tapi Allah sayang dengan kita dan mau kita berada dikedudukan yang kita harapkan disisi Allah. Maka akan Allah uji berkali-kali agar kita dapatkan maqam itu disisi Allah. Beres dah ! Anteng aja. Mau di ambil Allah apa-apa yang kita cintai ya wes lah, yang utama  Allah ridho dan Allah jadikan kita lebih dekat dengan-Nya. Cukup itu ! Gak ada yang lebih nikmat dari dapat izin bisa lebih dekat dengan Allah, lebih lapang hatinya, lebih salim qalbunya, lebih suci jiwanya. Karena dah bersih dari dunia ini dan serahkan aja sama Allah terhadap apa yang Allah sukai maka kita pun suka. Itulah namanya bagian dari takwa. Dan itulah bekal terbaik untuk melihat wajah-Nya. Allahu Akbar !

Katakanlah: "Hai hamba-hamba-Ku yang malampaui batas terhadap diri mereka sendiri, janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosa semuanya. Sesungguhnya Dialah Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.

(Q.S.Azzumar:53)

Ittaqillah ya soleha !

Rabu, 17 Agustus 2016

Nasihat untuk mu Dek

Dek...
Baik semoga masa depan mu yah
Semoga Allah meridhoi hidup mu sayang
Sampai ke yaumul akhir semoga selalu dalam rahmat dan cinta Allah

Jangan tergoda oleh dunia ini ya dek, ini mah cuma tempat mampir. Merdeka kan diri dari keterbudakan nafsu dunia. Tidak ada keselamatan selain ridho Allah, tak ada kemuliaan selain ridho Allah, dan tak ada kebahagiaan sejati selain ridho Allah. Cukup ridho Allah maka cukuplah semuanya.

Dek..
Jauhkan dan selamatkan diri dari keinginan kotor dan hina. Ingin dipuji, ingin  dikagumi, ingin disanjung-sanjung, dan ingin  dibesar-besarkan. Na'udzubillah..
Hanya bagi Allah lah segala puja dan puji.
Penilaian makhluk tidak akan mempengaruhi kualitas penilaian diri dalam pandangan Allahu Ta'ala. Cukup fokus untuk penilaian Allah dan disiplin untuk mencari posisi terbaik dalam penilaian Allah.
Dunia ini indah dan beragam panorama tipu muslihatnya. Kalau tidak mewaspadai larutlah pula hati dalam pernak-pernik hiasan yang tak pernah menghiasi akhirat.
Jauh-jauh dek...sejauh-jauhnya, dan jangan dekati ya sayang !

Dek...
Baik-baik dengan hati ya...
Biar Allah saja yang memenuhinya, izinkan Allah saja yang mendominasi hidup, dan biarkan Allah mengatur sebaik-baik jalan cerita untukmu.
Dek..
Jadi wanita yang sholihah ya, nanti kalau sudah menikah jadilah yang taat pada suami, kalau diamanahkan jadi ibu jadilah bunda peradaban yang melahirkan, merawat, dan membesarkan para mujahid dan mujahidah berakhlak  Rabbani, berjiwa Qur'ani, dan kontributor Islam sejati.

Dek...
Teruslah bertumbuhan di taman taqwa, bermekaranlah bersama ketaatan, dan nutrisi diri dengan iman dan ilmu.
Jagalah Allah selalu dalam sempit dan lapang, dalam suka dan duka.
Semoga Allah ridhoi dirimu jadi wanita syurga ya sayang, ratunya dari sejagad bidadari syurga.

Allahumma amin ya sami'un mujib

Senin, 15 Agustus 2016

Sukanya Kita atau Sukanya Allah

Bukan sesekali kita rasakan bahwa apa-apa yang kita inginkan dan bahkan sangat sukai terlanjur lugu diterlantarkan oleh ketetepan-Nya. Tidak mudah untuk menerima hal yang sedemikian. Saat jiwa dan akal berperang dalam qalbu. Tidak memiliki upaya bagi  keimanan  saat qalbu diselisihi nafsu dunia. Kebeningan qalbu yang keruh membuat diri tak mampu melihat dengan jernih hikmah-hikmah yang Allah sajikan. Dan aku masih percaya bahwa setiap manusia dari dulu, kini, dan hingga nanti akan banyak mengalami perbedaan keinginan dan kenyataan dalam hidupnya. Maka dengan itulah surat cinta dari-Nya pun dilayangkan kepada setiap kita.

"Diwajibkan atas kamu berperang, padahal berperang itu adalah sesuatu yang kamu benci. Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu; Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui."
(Q.S.al-Baqarah:216)

Ada suka kita yang tidak Allah sukai dan kita wajib untuk menyukai apa-apa yang Allah tetapkan. Karena ada banyak kebaikan yang dijanjikan oleh Allah atas kerelaan kita untuk menyukai segenap ketetapan-Nya. Apalagi jika kita menghiasi diri dengan sikap sabar dan takwa maka lihatlah pertolongan Allah yang Maha Dahsyat.

"Ya (cukup), jika kamu bersabar dan bersiap-siaga, dan mereka datang menyerang kamu dengan seketika itu juga, niscaya Allah menolong kamu dengan lima ribu Malaikat yang memakai tanda."
(Q.S.Ali-'Imran: 125)

Ittaqillah !