Selasa, 07 April 2015

Inspirasi Malam Ini

Suatu karya besar selalu diciptakan oleh orang-orang yang berfikir besar. Namun, perubahan besar pasti dimulai dari satu langkah kecil dan itu dimulai dari diri kita masing-masing.
-K.H Rahmat Abdullah-

Woaaaaaa, aku jadi mengap-mengap baca pesan ini, memang tradisi mengungkit motivasi dari membaca ulang nasihat-nasihat orang-orang besar, mampu mengembalikan energi semangat yang sempat menyusut.

Kala membaca perihal seorang pahlawan.
Ia adalah orang yang kehadirannya diharapkan.
Suaranya di dengar.
Ketiadaannya dirindukan.
Kebaikannya di tiru.
Lalu gagasannya di lanjutnya.

Setidaknya, blog ini menjadi penyambung lidah orang-orang hebat itu. Saat aku baca ulang, ku upayakan untuk mengingat, berusaha untuk melaksanakan, dan agar bisa di ingat maka ku kececerkan dalam tulisan blog ini.

Semoga dengan ini hidup happy menginspirasi dalam segala kondisi. Menjadi kreatif menciptakan momentum. Lagi-lagi agar hidup yang sekali terukir berarti lalu dengan tenang kembali ke hariban Ilahi Rabbi.

Kisah Harian Wanita Akhir Zaman 2

Aku ingin menyegerakannya.
Sebab memang sejatinya semua orang mampu mensurgakan perannya. Ketika berani menggali motivasi intrinsik dari dalam diri.
Menemukan kekuatan di balik kelemahan.
Memahami keterbatasan untuk mendesain peta jalan .
Bersemangat sampai tamat.
Menjaga integritas sampai tuntas.
Optimis sampai finish.
Fokus sampai lulus.
Wahai malas, enggan sudah bersamamu sebab kau menjadi pengahancur masa depan ku yang hebat.
Oh waktu, kini ku renda kau menjadi helaian-helaian hidup yang bermakna, getir kulit ku kala menggeming sumpah Tuhan, "Demi Waktu".
Sudah lah, sudahilah, untuk menyudahi hingga ke Jannah.
‪#‎Perjalanan_untuk_Sebuah_Mimpi

Senin, 06 April 2015

Kisah Harian Wanita Akhir Zaman

Orang-orang yang bahagia bukanlah yang tak pernah sedih, tak pernah kecewa, tak pernah gundah gulana. Manusia kan bukan malaikat. Semua itu fitrah untuk dikenyam.
Namun ada sosok yang ketika sedih, maka kesedihan itu tidak akan berkepanjangan dan melarutnya dalam duka tak bertepi. Saat kecewa, kekecewaannya tak membuatnya putus asa dari rahmat Allah. Segala gejolak diredamnya dalam satu kalimat penyangga, "Wahai Masalah Besar Aku Memiliki Allah Yang Maha Besar !". Saat segala ujian begitu menghimpit ia bisikkan keluhan pada bumi dalam senandung sujud yang panjang agar bumi menyampaikan langsung pada langit perihal luka yang tengah tersayat di kehidupannya. Lagu kesabaran terus ia dendangkan dalam langkah gontai yang letih menapaki panggung sandiwara,dunia. Sebab ia sadar manusia satu menjadi ujian bagi yang lain. Iya....menjadikan hati lega. Sebab masih santunnya Tuhan mengirimkan seseorang yang dengannya ia mendapatkan kemuliaan atas sabar membersamainya. Indahnya....
Sosok itu adalah seutuh raga dan jiwanya tersemai indah benih-benih keimanan. Hampir mutlak hidupnya adalah senyuman. Karena tak pernah dihinggapi penyesalan pada ketetapan Allah. Ia memaklumi bahwa dalam kalam Ilahi disampaikan. Segala takdir Allah tercipta dari sifat-Nya yang Maha Lembut, maka pasti tidak akan melukai hamba-Nya.
Untuk menjadi yang sekali, berarti, lalu mati. Bukan lagi apa yang difikirkan orang terhadap diri, namun apa yang telah ku beri untuk Ilahi dan apa penilaian-Nya kepada diri ini.
Sebab bahagia letaknya di hati, tidak ada parameter materi apapun yang dapat mengukur kebahagiaan seseorang kecuali ia sendiri. Akhirnya sekian kali ku mengelilingi matahari, dan semakin pekat ku kenali. Hanya pada kedekatan pada Allah lah kebahagian itu terhimpun.
‪#‎Perjalanan_untuk_Sebuah_Mimpi

Kamis, 02 April 2015

Aku Hari ini

Pada akhirnya perjalanan sampai detik ini, hingga aku masih dibumi kini. Mengajarkan pengalaman mulia padaku yakni, kebahagiaan itu terhimpun dalam kedekatan pada Allah. Sekalipun raga ini membersamai manusia, senda gurau dengannya tidak akan memberi makna bahagia bila luput dari mengingat Allah. Ya Allah, bantu hamba untuk selalu mengingatmu.

Apa lagi....
Jika banyak dari orang mengejar syurga dengan berbagai aksi. Aku tau...namun kini semakin aku mengerti bahwa syurga itu sangat dekat, teramat pula, ada di rumah ku, yakni Ibu. Membahagiakan orang tua, menyayangi mereka, santun dalam berkata, sabar dalam menaatinya dalam hal kebaikan. Ibu....ibu...ibu... Lalu ayahmu. Setelah nama Allah maka disandingkan dengan orang tua. Begitu agunglah berbuat baik pada orang tua. Maka aku lega....

Kini masih adakah lagi ?
Ah, hanya tentang impian jadul, yang terus kurenda kerinduan itu. Masih topik yang banyak dibicarakan orang-orang shalih, yakni menjadi Hafidzul Qur'an. Yang dengannya ku damba menjadi washilah ku menghadap Allah.

Lalu apa dakwah mu, hablu minannas....
Biar Allah yang aturkan, dulu kali hingga sekarang aku tak bosan berdo'a untuk diberikan kekuatan, kenikmatan dalam menyeru kebaikan. Aku hanya butiran kecil dari penyusun batu bata. Semoga saja tetap dipandang Allah dengannya menjadi hujjah ku tuk melihat Dzat yang selama ini amat menyayangiku, memperhatikanku selalu, dan terus menyantuniku dengan kelembutan takdir-Nya. Ya Allah....aku, entahlah. (Sesegukan....)

Senin, 30 Maret 2015

24 kali mengelilingi matahari

Hidup ini lucu. Begitu banyak hal menyenangkan yang membuat kita seperti ingin hidup selamanya, juga tak sedikit hal menyebalkan yang diam-diam membuat kita berharap tak pernah dilahirkan. Kadang jadi anugerah, kadang dirasa musibah. Kadang kita menjalaninya dengan senyum optimisme, kadang kita hanya ingin melewatkan semuanya—saat tiap detik terasa begitu menyiksa.
Kadang-kadang kita hanya ingin menyendiri dan tak berpartisipasi dalam kehidupan ini. Menjalani sisa umur—yang tak pernah kita tahu waktu habisnya—tanpa melukai dan dilukai, tanpa dibenci atau membenci. Tanpa harapan, tanpa rasa takut kehilangan.
Tapi, untuk itukah kita dicipta?

hari ini saya menggenapkan perjalanan mengelilingi matahari sebanyak 24 kali. Banyak, ya? Iya, banyak dan tak terasa. Entah bagaimana caranya hari ini saya sudah berada di titik ini—titik yang tak pernah saya duga, apalagi rencanakan. Ah, saya memang bukan perencana yang baik.
Dalam beberapa kesempatan saya sangat suka membuka foto-foto lama, membaca tulisan-tulisan lama, atau mendengarkan musik yang dulu sering saya putar. Rupanya telah banyak hal yang saya lewati. Betapa banyak orang yang pernah saya temui. Tak terhitung lagi luka yang pernah saya cipta, pada orang lain maupun diri saya sendiri. Tapi mengapa semua ini seperti baru kemarin?
Betapa waktu berjalan begitu cepat tanpa bisa ditawar.
Betapa penyesalan selalu dirasakan belakangan, bahkan kadang jauh setelah peristiwa yang disesalkan terjadi. Dan betapa saya begitu bodoh untuk melakukan kesalahan yang sama lagi dan lagi—berulang-ulang kali.
Betapa saya ingin punya mukzizat untuk memperbudak waktu. Dan betapa saya menyadari begitu mustahilnya hal itu. Sebab bagaimanapun, kita harus menjalani hari ini dengan kegembiraan, sambil menatap masa depan dengan penuh harapan.

Bagaimana dengan masa lalu? Biar ia tetap di sana untuk sesekali kita tertawakan ketika kita muak dengan dunia yang sudah semakin gila ini. Biar ia tetap di sana, menjaga diri kita yang bodoh agar tak ikut hadir hari ini, atau, masa depan. Agar semakin hari tawa kita bisa semakin besar ketika mengingat masa lalu dengan kekonyolan diri. Semoga hati kian bijaksana di hari yang ini dan kedepan dengan tak mengulangi salah yang sama.

Jumat, 27 Maret 2015

Tentang Waktu dan Aku

   Ini tentang realitas waktu. Entah darimana aku harus memulainya, bagian mana dulu yang mesti ku kuliti.Sedang yang ku dekap saat ini adalah bersamanya. Bisakah ku eja bahwa waktu itu adalah kehidupan ?.Perjalanan yang dirasa begitu ringkas dalam hari-hari, membawa penuh akal ku tuk menelaah, ada apa dengan waktu ?Pengulangan episode demi episode terus lahir dan menjelma di sekujur peradaban hanya saja dalam pernak-pernik yang beda. Kembali ku hela nafas panjang memikirkannya. Seolah resultan energi yang ada padaku total tersita hanya untuk melakoni waktu sedang aku lebih banyak keliru untuk peran yang baik. Ini terlalu filosofis.....

     Lalu ada lagi yang aneh dalam waktu, faktanya ia dibangun dari item siang dalam malam.Pada akurasi yang pas dan ideal dalam menyokong penghidupan makhluk di seantero bumi. Begini firman Allah, '....Dan Allah menetapkan ukuran malam dan siang..."(al-Muzzammil:30). Sip bukan ? semua itu ada yang mengaturnya. Tuhan mu, Tuhan ku, Tuhan seluruh alam semesta ini. Huwallah, al-Ahad, Allah azza wa jalla. Diatur untuk tujuan yang tepat. Apa ?ternyata kembali pada muara nan agung yakni, 'Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka menyembah-Ku.'

      Terbayang seuntaian do'a yang pernah dihanturkan oleh Abu Bakar ra,' Wahai Tuhanku, janganlah Engkau membiarkan kami dalam kesengsaraan, janganlah Engkau siksa kami secara tiba-tiba, dan janganlah Engkau jadikan kami termasuk orang-orang yang lalai'. Tentu orang-orang yang paling berisiko mengalami kerugian dan kegagalan adalah orang-orang yang lalai. Tentu bahagia hidup ini jika satu kali, berarti, lalu mati. Dalam artian satu kali yang berarti bisa jadi kehidupan yang berkualitas dari sisi penilaian dunia untuk akhirat. Setiap kali fajar menyingsing, maka hari berseru,'Wahai manusia, aku adalah makhluk yang baru, menjadi saksi atas amalmu, maka ambillah bekal dariku, karena aku tidak akan kembali hingga hari kiamat'. Sungguh histeriskan sukma orang-orang yang mengharapkan pertemuan dengan Rabbnya.

       Terkadang banyak dari kita sudah tau, bahwa Rasulullah saw telah memberikan arahan kepada umatnya tentang nilai waktu dan cara memanfaatkannya. Kelengahan akibat rutinitas duniawilah yang menggerus niat untuk mempelajari dan mengamalkannya. Disamping oleh bisikan dari setan yang tak henti menyesatkan, sebenarnya sih simpel kan kalau memang tantangannya pada setan. Bukankah Allah telah menyatakan jika setan menggodamu maka berlindunglah pada Allah, sebab Dia Maha Mendengar lagi Maha mengawasi segala ciptaan-Nya. Iya...dengan menulis dan merenungi hal ini menjadikanku sadar kembali.

      Kini dihadapanku setiap hari, ada waktu pagi, siang, sore, dan malam. Saat ini bisa menjadi pengangkatan derajat kemuliaanku di hadapan Allah atau sebaliknya, tergantung pada apa yang telah ku perbuat dalam mengisi ruang-ruang waktu. Aku pun mengharapkan keberkahan dari waktu dan kebaikan di dalamnya, sebab takkan bergeser kakiku di hari kiamat sehingga Allah bertanya tentang umurku untuk apa ku habiskan. Rasanya terlalu pedih jika kurincikan garis-garis waktu yang kulalui dalam kelalaian. Aku mau berbenah.....

      Agaknya mulai waktu kedepan, aku lebih berhasrat mengikuti cara hidup orang-orang yang nasibnya dimuliakan Tuhan. Jelas agar kehidupanku lebih mulia di hadapan-Nya. Aku harus meminimalisir kebiasaan jelek, khawatirku ia memudarkan keyakinan dalam diri akan potensi dahsyat yang mampu menghebatkan masa depanku. Ah... semua hanya tentang siapa yang cerdik memanfaatkan waktu maka dia lah pemenangnya. Jika pembesar-pembesar dalam catatan sejarah memiliki waktu 24 jam sama kan dengan kita, lalu mengapa variabel yang dihasilkan berbeda ?. aku tak peduli alasannya lagi. Menggelar aksi itu lebih baik, sebuah tekad yang membumbung keangkasa, ikhtiar yang tak habis-habis, do'a yang tak putus-putus, dan tawakal penguat hati, lebih menjanjikan dari menunda-nunda. Aku ingin pula namaku tertoreh dalam tinta emas sejarah peradaban, sebagai "Muslimah yang Berkontribusi Cetar untuk Menghantarkan Manusia kepada Ridho Allah." Amiiiiin......




Sabtu, 14 Maret 2015

Merajut Detik-Detik Malam

Malam, kenapa kau senyap bertapakan suram ?
Aku sendiri tak diambil mimpi, sedang yang lain menikmati nyenyak.
Ku mantrakan do'a, ku lafadzkan perlindungan pada Tuhan.
Namun, setia mu malam menjaga mataku tuk terbelalak melihat dimensi nyata.
Geram...

Gemerisik semak terdengar semakin jelas, sebab udara semakin lembab, dengannya suara kian menderu hebat sampai ke gendang telinga.
Enyah rasa kantuk tuk menjemputku lelap.
Sudahlah.
Masih ada buku yang mau di baca.
Tulisan yang masih ingin dilanjutnya.
Kurajut detik perdetik dengan rentetan kata-kata.
Hampir siap fajar menyingsing.
Usah hiraukan.
Karna kelam enggan kau tinggalkan.
Baik lah ku temani kau malam dengan harap bertelur sebuah karya.
Ooooh rembulan pun tiada.
Mungkin Tuhan sembunyikan di gembulan awan, agar ku tatap lampu kamar tuk cahayakan keremangan ruang.

#Perjalanan_untuk_Sebuah_Mimpi