Pada akhirnya perjalanan sampai detik ini, hingga aku masih dibumi kini. Mengajarkan pengalaman mulia padaku yakni, kebahagiaan itu terhimpun dalam kedekatan pada Allah. Sekalipun raga ini membersamai manusia, senda gurau dengannya tidak akan memberi makna bahagia bila luput dari mengingat Allah. Ya Allah, bantu hamba untuk selalu mengingatmu.
Apa lagi....
Jika banyak dari orang mengejar syurga dengan berbagai aksi. Aku tau...namun kini semakin aku mengerti bahwa syurga itu sangat dekat, teramat pula, ada di rumah ku, yakni Ibu. Membahagiakan orang tua, menyayangi mereka, santun dalam berkata, sabar dalam menaatinya dalam hal kebaikan. Ibu....ibu...ibu... Lalu ayahmu. Setelah nama Allah maka disandingkan dengan orang tua. Begitu agunglah berbuat baik pada orang tua. Maka aku lega....
Kini masih adakah lagi ?
Ah, hanya tentang impian jadul, yang terus kurenda kerinduan itu. Masih topik yang banyak dibicarakan orang-orang shalih, yakni menjadi Hafidzul Qur'an. Yang dengannya ku damba menjadi washilah ku menghadap Allah.
Lalu apa dakwah mu, hablu minannas....
Biar Allah yang aturkan, dulu kali hingga sekarang aku tak bosan berdo'a untuk diberikan kekuatan, kenikmatan dalam menyeru kebaikan. Aku hanya butiran kecil dari penyusun batu bata. Semoga saja tetap dipandang Allah dengannya menjadi hujjah ku tuk melihat Dzat yang selama ini amat menyayangiku, memperhatikanku selalu, dan terus menyantuniku dengan kelembutan takdir-Nya. Ya Allah....aku, entahlah. (Sesegukan....)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar