Senin, 24 Juni 2019

Mendefenisikan Bahagia

Kita akan sama-sama belajar lagi atau mengulang-ulang teori klise kembali tentang kebahagiaan. Merasa kurang bahagia cukup fenomenal dalam setiap perbincangan sehari-hari ataupun pada gejala sosial yang ada. Ah...tak perlu jauh-jauh lah,  bila bersedia jujur pada diri sendiri tentu kalimat "kurang bahagia" pernah menyelinap dalam hati ini. Saat melihat status sosial kita berbeda dengan teman-teman lainnya, saat mengintip kehidupan orang lain yang kelihatan luar biasa enaknya (penuh kenyamanan) dari kita, ketika kepoin sosmed teman yang udah menyelesaikan studinya di LN kemudian bisa lanjalan keliling dunia, ketika melihat yang lain sudah menikah, sudah punya anak, dan sudah lebih mapan dalam berkeluarga dan seterusnya. Semua itu kadang merupakan hasil dari meletakkan standar bahagia atas apa yang dimiliki oleh orang lain. Jadinya kita kurang syukur atas apa yang telah Allah karuniai.

Defenisi bahagia memang tak layak  disematkan pada standar umum di gejala sosial. Menakar bahagia hanya dari sesuatu yang terlihat pada permukaan; tampilan, martabat, ketenaran, harta, pendidikan, dan anak-anak. Karena tampilan permukaan selalu mengajarkan pada setiap kita untuk pandai membual dan culas terhadap diri sendiri. Memaksa untuk sama dengan standar umum bahagia yang diadopsi khalayak banyak kadang berujung pada lelah sendiri. Sebab dalam hal ini kita suka memaksa diri atas apa yang tak layak untuk kita gapai.

Sudahlah...jika kita mau menyederhanakan defenisi bahagia dalam versi kita sendiri mungkin kita tak perlu lelah untuk bahagia. Mendefinisikannya dari makna yang lebih dalam seperti, ketika kita meletakkan standar bahagia atas asas beramal yang ikhlas. Dunia ini terlalu sebentar untuk mengejar defenisi bahagia yang rumit atas apa yang ada pada orang lain. Betapa  sehatnya jiwa itu jika bahagia hadir dari hati yang pandai bersyukur dan kuat bersabar. Sehingga bahagia tak pernah terusik oleh apapun kecuali iman yang mulai goyah. Na'udzubillah...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar