Waktu itu, seorang gadis tengah asyik dengan kesedihannya ditaman kota. Wajahnya menyemburatkan kepiluan. Aku melihatnya dengan jelas, sebab sedari tadi ia terus menatapku dengan bulir-bulir air mata. Akupun sampai kuyub oleh tetesannya. Entah apalah salahku. Aku hanya secarik kertas yang berisi tulisan-tulisan dari percetakan undangan. Sesampai ditangan gadis ini, aku merasakan banyak hal tentang rasa. Terguncang, kehilangan, tersakiti, kecewa, dan pilu.
Lalu kudengar gadis itu bercerita pada dedaunan Bougenville tentang satu nama yang tercoret didiriku. Lalu dedaunan itu begemerisik dengan isyarat kalimat lebih kurang begini "Memang sesak belajar melepaskan itu tapi itu lebih baik dari sakitnya menggenggam". Ah...aku mulai sedikit memahami kondisi yang terjadi. Lalu mensintesis hipotesis bahwa gadis ini tengah patah hati oleh satu nama.Tetiba tubuhku dirobek-robek oleh gadis itu dan memberingusku masuk ke tong sampah. Tapi aku masih bisa mendengar gumamnya "Hayulah diriku, aku membujukmu untuk tak lelah dalam meminta, Allah Maha menyaksikan dan Allah tak pernah menyakiti sebab sifatNya yang Maha penyayang. Barangkali ini kisah penutup yang terbaik untuk takdir yang lebih baik. Tetaplah berharap yang baik-baik pada Allah dan genapkan dengan keyakinan Allah Maha Adil. Ketetapan-Nya takkan pernah salah untuk kebaikan hamba-Nya."
Gadis itu....
Pergi dari taman kota dengan hati yang baru selepas luka yang menganga. Aku? telah menjadi bagian dari sampah kota hari ini. Biarlah....asalkan gadis itu tak sedih lagi. Aku gusar melihatnya sesegukan tiap waktu. Aku yakin gadis itu lagi belajar beranjak dari bayang-bayang luka. Lalu memantapkan hatinya untuk terjaga dari kesedihan dengan keyakinan yang baru. Memang hanya rasa yakin yang dapat memperteguh hati agar kokoh dalam kedamaian. Ya kan?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar