Minggu, 21 Februari 2016

Bait-Bait Ukhuwah dari Shohibul Iman, Azma

Kubaca
Firman Persaudaraan
ketika kubaca firman-Nya, “sungguh tiap mukmin bersaudara”
aku merasa, kadang ukhuwah tak perlu dirisaukan
tak perlu, karena ia hanyalah akibat dari iman
aku ingat pertemuan pertama kita, ukhti sayang
dalam dua detik, dua detik saja
aku telah merasakan perkenalan, bahkan kesepakatan
itulah ruh-ruh kita yang saling sapa, berpeluk mesra
dengan iman yang menyala, mereka telah mufakat
meski lisan belum saling sebut nama, dan tangan belum berjabat
ya, kubaca lagi firman-Nya, “sungguh tiap mukmin bersaudara”
aku makin tahu, persaudaraan tak perlu dirisaukan
karena saat ikatan melemah, saat keakraban kita merapuh
saat salam terasa menyakitkan, saat kebersamaan serasa siksaan
saat pemberian bagai bara api, saat kebaikan justru melukai
aku tahu, yang rombeng bukan ukhuwah kita
hanya iman-iman kita yang sedang sakit, atau mengerdil
mungkin dua-duanya, mungkin kau saja
tentu terlebih sering, imankulah yang compang-camping
kubaca firman persaudaraan, ukhti sayang
dan aku makin tahu, mengapa di kala lain diancamkan;
“para kekasih pada hari itu menjadi musuh sebagian yang lain…
Kecuali orang-orang yang bertaqwa”

Kamis, 18 Februari 2016

Kepada kamu yang namanya ada pada halaman yang sama.

Kepada kamu yang namanya ada pada halaman yang sama.
kamu yang tengah berupaya dalam diam namun tetap berkerja.
Dengan sesegukan saling menyapa dalam do'a, begitu lah jarak menjaga kita dari segala tipu daya, karena memang kita lemah.
Walau ada satu ketika, perasaan itu teramat kuat menggelayuti hati.
Kita masih tetap percaya bahwa semua hanyalah ujian belaka.
Dengan kesungguhan  kita terus menjaga diri dengan mendekatkan diri pada Allah , agar tidak ada cela bagi setan untuk mencampuri urusan kita.
Jangan biarkan setan tertawa atas sesuatu yang telah kita sia-siakan.
Berbahagialah saat iman kita letakkan diatas rasa dan logika.
Kekuatan kita dalam melindungi keimanan menentukan baik buruknya proses halaman itu dibuka.
Sehingga keberkahan terlimpahkan dari awal hingga akhirnya halaman itu terbuka.

Kepada kamu yang namanya  ada pada halaman yang sama.
Betapa sulitnya jalan menuju halaman itu dibuka.
Kita mesti berperang melawan keraguan agar keyakinan memenangkan hati.
Sebab keyakinan itulah yang mampu membuat kita terus bertahan.
Sehingga kita tak gegabah dalam mengambil keputusan.
Menunggu dalam hal ini menjadi sebentuk pengorbanan.
Karena kita telah yakin dua nama itu pasti telah  tertulis dihalaman yang sama, lantas kita hanya butuh menunggu halaman itu dibuka oleh kehendak-Nya.
Halaman itu akan dibuka saat kita telah siap bukan saat kita ingin.

Kepada kamu yang namanya ada pada halaman yang sama.
Dihari yang sedang kita cari tahu, kapan halaman itu akan terbuka sehingga kita sama-sama tahu siapa satu sama lain diantara kita.
Dihari yang sedang kita cari tahu, kapan rasa penasaran itu akan berakhir.
Dihari yang sedang kita cari tahu, kapan pertanyaan 'kapan?' itu berhenti terlontar.
Jangan berhenti mentarbiyah diri untuk terus berprasangka baik kepada orang lain, sebab kita tidak mampu mengubah hati orang untuk berbaiksangka pada kita.
Teruslah menghibur diri dengan ketakwaan pada Allah.
"Bersabar lah, waktunya sebentar lagi".
Jika kita bersedia bersabar, sebenarnya semua akan menjadi sederhana.
Begitu klise, tapi seperti itulah  adanya bukan ?

©SN
@home, 18-02-16

Rabu, 17 Februari 2016

Hamba Papa

Sulit menjelaskan rasa, saat buliran hasrat hanya sebatas damba.
Walau ada kedengkian pada hati yang mampu merasakan tapi tak dapat diwujudkan nyata oleh pandangan.
Sedang yang lain hanya suka menanam spekulasi, kita menabur getirnya.
Ini hanya seorang hamba yang papa. Tak begitu lihai mengendalikan gejolak yang berselancar di lautan jiwa.
Bukan wanita terpilih yang berjiwa kokoh, bukan pula Shahabiyah yang berakhlak mulia.
Hanya seorang hamba papa yang merindukan syurga, dengan amal tak seberapa.
Kini diterpa ujian hati yang sedemikian rupa.
Ketika diri merindukan pagi, dia merindukan senja.
Jadilah rindu yang dipisahkan waktu dan masa , tak berpadu dalam ruang nan satu.
Begitulah ujiannya...
Yang lain hanya suka menabur benih prasangka, sedang kita tak mengerti makna 'mengapa' dari mereka.
Kita hanya insan yang tak merindukan hal yang sama bukan ?
Kita juga hamba yang papa.
Semoga pertolongan Allah dekat bagi kita yang berusaha untuk bertakwa.
Kita yang berusaha mengatur ulang suasana hati agar Allah tak murka.
Lalu....kepada-Nya lah kita mengikhlaskan hati.
Mari bermuhasabah dalam kepasrahan.
©SN
@home, 17-02-16

Sabtu, 06 Februari 2016

Shohibul Jannah

Kemarin kita telah memetik cinta dari langit, lalu menyemainya di pelataran bumi.
Sejak dulu, kini, dan nanti pun jejak-jejak cinta itu tetap ada.

Kita akan lebih banyak mengerti makna kata sebab ada spasi, ada jeda, ada jarak.
Menjauh mungkin akan lebih memberi makna, karena tanpa jarak kita sering acuh dengan rasa rindu.

Namun kita masih percaya jejak-jejak cinta itu tetap ada, di bumi manapun kita.
Kita akan terus menumbuhkannya agar dapat menguatkan pijakan di jalan ini, jalan yang kita kenal sedari awal banyak aral dan cobaan.
Kita akan terus merawatnya hingga tuntas di syurga-Nya.

Hal ini kembali mengenang kita akan kisah Zubair bin Awwam dan Tholhah dua sahabat Nabi saw yang namanya tak dapat dipisahkan. Walau masing-masing dari telah saling mendahului menemui kesyahidan.

Maka izinkan jarak hanya dirangkul oleh raga, untuk hati kita tetaplah terbuhul erat dalam jalinan tali persaudaraan Ilahi.

Untuk mu, Shohibul Jannah