Minggu, 24 Juni 2018

Hikmah-Pemahaman

Lipatan-lipatan hikmah yang tersusun apik dalam pemahaman kita sekarang merupakan sintesis cerita-cerita diwaktu dulu. Dalam lipatan itu tersemat banyak rasa, beberapa peristiwa, dan melibatkan banyak orang. Usia harus melatih kita agar pemahaman itu semakin tinggi dengan kian bertambahnya hikmah yang dapat kita selami lewat nurani yang bersih dan akal yang terkendali.

Pemahaman yang terus berkembang mewabahkan sudut pandang yang luas terhadap keadaan, persoalan hidup, dan cara bermuamalah dengan sesama. Setidaknya, kita bisa menjaga diri dari menghakimi orang lain dengan pemahaman yang baik itu. Pemahaman yang baik pula membantu kita untuk menyingkirkan kekhawatiran akan ukuran waktu. Bahwa setiap kita memiki ukuran waktu yang tidak sama. Sehingga kita bisa belajar untuk fokus mengendalikan diri agar dapat  memaksimalkan ukuran waktu yang Tuhan tetapkan bagi kita. Setidaknya kita akan  tetap berjuang dalam takaran waktu itu. Kan?

Kebahagiaan

Hanya diri sendiri yang paling tahu,  sejauh mana lintas perjalanan yang sudah dilewati. Daripada itu, hanya kita sendiri pulalah yang berhak menentukan kebahagiaan diri. Menahan diri pada aspek penilaian orang lain atas kebahagiaan diri itu. Menjaga hati agar tak terdistorsi oleh persepsi. Tidak terpengaruh oleh ucapan dan perlakuan orang lain. Tetap baik agar bisa selalu bahagia. Kitalah yang memiliki hak penuh bagaimana kita dapat bahagia bukan karena orang lain  ataupun kondisi. Hati yang matang kebijaksanaannya selalu pandai untuk menemukan kisi agar dapat mendispersikan dirinya dalam ruang bahagia.

Kadang kebahagiaan menjadi jangkauan yang jauh kala kita menakarnya dari apa yang orang lain miliki, dari apa yang orang lain capai, dari apa yang orang lain kerjakan. Kita terlampau hebat untuk memaksa diri ikut pada intervensi asumsi orang lain. Padahal kita bisa lebih mendekatkan kebahagiaan itu bagi diri ini. Melalui rasa syukur atas apa yang dimiliki, apa yang telah dicapai, dan apa yang dapat kita lakukan sebagai sesuatu nan berarti bagi sesama.

Tidak ada bahagia yang sejati di dunia ini. Namun, setidaknya kita bisa menciptakan kebahagiaan-kebahagiaan sederhana, bukan?. Mulai dengan pemahaman yang baik bahwa kebahagiaan bukan karena dibahagiakan tapi sebab membahagiakan.

Ada definisi bahagia yang kiranya bisa kita upayakan. Saat bahagia adalah lahir dari rahim seseorang yang merindukan dan mendoakan kita menjadi ahli Syurga. Saat bahagia itu adalah ditempatkan pada lingkungan yang menguatkan iman dan semakin membawa diri lebih dekat pada Allah, lebih banyak manfaat, serta lebih berkarya hebat. Saat bahagia itu dipertemukan dengan seseorang yang dapat dan sabar membimbing dan menuntun kita untuk meraih ridhoNya  dan melihat wajahNya di taman Syurga firdaus.

Sebagaimana kutipan dari mas Iqbal Hariadi " Peace comes from within, don’t seek it without. Kebahagiaan harus selalu dicari ke dalam, bukan ke luar. Terbang ke atas tidak akan pernah membuat kita sampai, karena langit tak pernah punya ujung untuk digapai.Tapi berenang ke dalam, akan selalu membahagiakan. Karena saat hati kita berhasil menyentuh dasarnya, kita akan tahu: kita sudah punya semuanya."

Nona, bahagialah dengan hati yang baik, pemahaman yang baik, dan selalu berupaya untuk membahagiakan. Mudah-mudahan dalam bahagia itu tetap terselip kebaikan dan pahala.
Bahagialah dengan cara sendiri bukan dengan defenisi bahagia orang lain.

Sabtu, 23 Juni 2018

Menyelami

Boleh jadi banyak hal dari kehidupan ini yang masih kita jalani dipermukaan. Kita belum mampu mendalaminya lebih. Padahal, jika kita mau mengizinkan diri untuk belajar tumbuh dalam pemahaman yang baik kita akan mendapatkan berjuta-juta hikmah tentang mengapa Tuhan masih memberi kita izin untuk tetap hidup.

Saya masih terenyuh dengan sekian kisah yang saya dapati dari beberapa tulisan yang menceritakan betapa teruk masa lalu yang pernah mereka alami. Bahkan saya juga sering mendapatkan cerita-cerita unik dari adik,temen, kakak, dan orang baru yang saya temui tentang getir kehidupan yang pernah mereka lalui. Mulai dari broken home, kehidupan malam, ngedrugs, have sex, sampai tindakkan diluar norma dan nilai bagi masyarakat. Saya belajar untuk tidak banyak komentar. Hal yang bijak untuk dilakukan adalah empati dan peduli. Kemudian membantunya untuk menemukan masa  depan yang lebih layak. Bersyukur Tuha masih  melindungi kita dari semua keburukan dimasa lampau sebagaimana yang pernah dilalui mereka. No jugdement !!! Sekian dari mereka ada yang memilih pada jalan kebaikan dan bertaubat. Bukankah Allah tersenyum dengan orang yang kembali pada-Nya? Bisa jadi air taubat yang sangat dalam dari mereka lebih Allah cintai dari ibadah yang kita lakukan tanpa ada rasa pada Allah itu.

Hal paling sulit terhadap masa lalu adalah penerimaan. Tapi orang-orang yang dapat berdamai dengan diri sendiri dan meniti jalan yang terbimbing akan bertumbuh menjadi lebih baik. Itulah pelajaran yang saya dapati.

Ternyata, saya merasa masih sangat kerdil untuk memberikan arti kepada sesama. Sangat banyak tugas yang diabaikan selama ini. Tugas menjadi yang bermanfaat bagi yang lain. Tentu jika kita mau berupaya menjadi baik juga dengan selalu membantu yang lain untuk menjadi baik, kan? Huuufft😥 Saya belum seperti itu. Ya Allah...Semoga Allah kuatkan untuk mampu menyelami hikmah hidup lebih dalam. Tuhan ingin kita menjadi yang manfaat. Sebab amanah Khalifah selalu tersemat bagi setiap makhluk yang berjenis manusia.

Tidak Pernah Tahu

Kita tidak pernah tahu, entah paragraf bagian mana  yang membuat seseorang jadi berubah dalam hitungan waktu yang singkat selepas membaca tulisan kita.

Kita juga mungkin tak sadar bahwa ada dari beberapa kalimat yang disandarkan pada tulisan itu menjadi kontemplasi panjang bagi kehidupan seseorang.

Kita juga tak perlu  memaksakan diri agar kata-kata yang dihamparkan dalam tulisan disetujui oleh banyak akal dan hati.

Tugas kita hanya menyampaikan kebaikan walau hanya sedikit. Karena membaca untuk menulis, belajar untuk mengajarkan, Sholih untuk menyolihkan, semoga semua ilmu jadi manfaat.

Ta'aruf dengan Masalah

Saya sepakat dengan beberapa tulisan yang menyodorkan inisiatif buat tidak banyak komen, dan memberi nasihat jika tidak diminta. Jelas yang tengah melakoni  masalah itu bukan kita. Sehingga, hal yang paling utama bagi kita terhadap mereka yang tengah menghadapi masalah adalah peduli. Jangan nyodorkan nasihat mesti ngaji, lakuin ini dan itu. Sekiranya ini langkah bijaksana sekiranya ta'aruf dengan orang yang bermasalah.

Bagaimana jika masalah itu kita yang menjalaninya? Seperti halnya buat karya ilmiah, butuh rumusan masalah atau identifikasi masalah untuk kita temukan langkah-langkah penyelesaiannya sampai mendapatkan jawaban terbaik. Sederhananya, kita selalu dapat soal (masalah) yang serupa hingga kita mampu menjawabnya dengan benar. Maka kita butuh terus belajar untuk kuat mengerjakan soal tersebut. Melihat secara lateral dan berfikir vertikal, lalu melakukan tindakan strategis untuk menjawabnya. Alias kita tidak boleh terpaku pada masalah tapi harus ikhtiar untuk keluar dari masalah dengan sikap yang baik.

Kondisi-kondisi sulit seperti tahun akhir dan pertanyaan 'kapan nikah?' bagi saya itu semacam masalah baru. Maka, hal yang saya lakukan adalah mengidentifikasi masalah satu persatu. Problem set 1, tesis. Saya coba uraikan langkah-langkah untuk mencapai garis finish pada soal kesatu seperti buat target harian, banyak baca literatur, dan analisis jurnal. Problem set 2, nikah. Untuk hal ini, saya tidak bisa menseting banyak hal kecuali belajar berdamai dengan diri sendiri. Bagi saya menikah adalah amanah besar bukan sekedar ganti status atau ajang lomba-lombaan. Jelas, bila waktu yang tepat belum terverifikasi untuk menikah maka hal yang saya lakukan adalah menggantikan semua tekanan atas pertanyaan dengan doa dan perbaikan diri.

Sekiranya, beginilah kontemplasi sebelum tidur saya...sebab hampir setiap hari dalam rutinitas tesis dan pertanyaan 'kapan nikah' plus dapat beberapa curhatan temen terkait masalah hidupnya.

Semoga selalu dalam hati khusyuk mengingat Allah dalam berbaring, duduk, ataupun berdiri.

Jumat, 22 Juni 2018

Jangan Surut Melangkah

Nona, banyak dari mereka yang diam-diam menantikan impian-impianmu segera terwujud. Maka, jangan surut tuk mengayun langkah. Berhenti lah untuk berjalan lebih kuat. Walau tak pernah kau tahu siapa dari mereka yang selalu setia pada doanya untukmu dalam meniti impian yang kau harap.

Keputusan

Ternyata  ada  dari sekian keputusan yang sempat ditetapkan dimasa lampau, membuat diri banyak bersyukur. Walau dulu sangat menyesalinya. Memang tidak ada yang salah dari keputusan yang telah terlanjur jika disikapi dengan baik. Selalu ada hikmah bagi hamba yang membersihkan jiwa dan selalu ada kebaikan bagi orang-orang yang kembali kejalan yang benar.

Alhamdulillah....tahmid bertalu-talu nona lantunkan acapkali teringat telah melalui hal-hal sulit itu. Sekarang bisa bertumbuh lebih baik dalam meluaskan sudut pandang dan menyederhanakan sikap saat bermuamalah dengan masalah baru.