Jumat, 06 Oktober 2017

Belum Selesai dengan Diri Sendiri

Kata orang, kita mampu hidup untuk kebaikan orang lain jika kita telah selesai dengan diri sendiri. Pernyataan ini membawa kita pada makna dari sebuah kehidupan. Atau beberapa dari kita masih bingung, apa maka dari hidup ini? Saya menemukannya di ayat ini:

"Bagaimana kamu ingkar kepada Allah, padahal kamu (tadinya) mati, lalu Dia menghidupkan kamu, kemudian Dia mematikan kamu, lalu Dia menghidupkan kamu kembali. Kemudian kepada-Nyalah kamu dikembalikan."
(QS. Al-Baqarah 2: Ayat 28)

Dari sana bermunculan pemahaman bahwa alur kehidupan yang mesti kita jalani adalah dari Allah, untuk Allah, lalu kembali kepada Allah. Dengan makna hidup yang seperti ini kita menjadi bisa lebih realistis.

Karena kehidupan semata untuk Allah maka kita berupaya melakukan apa yang suka. Salah satunya menjadi pengontribusi kebaikan bagi yang lain. Tapi kita harus selesai dengan diri sendiri dulu. Caranya dengan mengikhlaskan hati tuk mengabdi pada Allah.

Keep Trust

Percayalah nona...Allah lebih mengerti domain terbaik bagimu di masa depan. Berbaik sangkalah pada Allah. Tidak pernah ada unsur mendzalimi dari apa yang Allah tetapkan. Memang ada nikmat yang diberikan dalam bentuk ujian. Lantas, hanya imanlah yang mampu menumbuhkan pemahaman akan hal ini. Apa yang Dia berikan, semua itu agar kau bisa lebih dekat dengan Allah. Kau tengah dilatih dalam menyikapi hal yang tak kau suka agar kau mengerti bahwa titian jalan ke syurga penuh bubuhan hal hal yang tidak mengenakkan. Setelah sekian banyak, Allah pun telah menguji mu dengan hal-hal yang kau  senangi agar kau mampu mensyukuri bukab malah lalai dari-Nya. Jangan sampai sejumput getir mencabik-cabik rasa syukurmu sedang nikmat telah menghujanimu setiap saat.

Serahkan seutuhnya hatimu pada Allah, hadapkan wajah hatimu menuju Allah dengan tulus ikhlas. Apapun yang datangnya dari Allah dan dilakukan untuk Allah maka biarkan Allah yang menyelesaikannya. Kau akan kembali pada Allah nona...berbekal lah dengan sebaik takwa.

Merepotkan diri dengan Al-Qur'an

Menjalani studi S2 sebuah pilihan yang didalamnya harus menelan konsekuensi tersendiri. Tugas tugas kuliah sudah tak lagi se ritme S1. Kalau mau menyerah bisa aja. Tapi itu pilihan kan?. Berjuang dan bersyukur lebih diutamakan dari mengeluh.

Alhamdulillah, bisa menyeimbangkan tekanan tugas dengan tamasya ke taman Qur'an. Nah, ini yang paling membuat diri semakin semangat. Kian terpicu untuk menghafal Qur'an semakin baik semangat belajarnya.

Untuk itu tidak ada alasan lain selain merepotkan diri dengan al-Qur'an. Urusan kuliah akan kecipratan berkahnya insyaAllah. Memang lelah kuliah dibarengi dengan menghafal itu. Tapi bukan lelah yang menjadi titik tumpu melainkan tekad, semoga selalu teguh dan tak gampang goyah oleh cobaan. Apalagi cobaan hati -_-

Semangat ya sholihah...
Dengan kelapangan hati, kobarkan lah semangat juang.
Hati hati dengan hatinya, repotkan dengan al-Qur'an agar terjaga dan terbimbing.

Makan dan Minum itu Ibadah

Apapun yang dilakukan jadikanlah ia  untuk ibadah. Makan dan minum  pun untuk ibadah. Jika memang makan dan minum untuk ibadah, tentu kau akan sangat memperhatikan apa  dikonsumsi  nona. Bukan hanya sebatas yang halal tapi juga yang baik. Makanan dan minuman yang memberi kebaikan bagi tubuhmu, yang menyehatkan. Asupan yang menguatkan tulang mu untuk beramal sholih.  Makanan dan minuman yang membuat lebih tahan lama untuk menjalani kataatan pada Allah. Kuat untuk mencari ilmu, kuat untuk mendekatkan diri pada Allah, kuat untuk memberi mafaat bagi sesama.

Untuk itu nona...sayangi dirimu dengan memberikan ruang tuk ibadah sekalipun dengan makan dan minum.

Allah mencintai hamba-Nya yang berbuat baik.
Prioritaskan yang baik baik ya sholihah.

Kamis, 05 Oktober 2017

Sepenggal Firdaus

Nak, saat ayahmu pulang dengan segenap lelah yang menghinggapinya,  itu demi sepenggal firdaus dirumah ini.

Maka kelak jika engkau telah menjadi seperti ibu jadikan rumah mu layaknya syurga, karena kelak memang engkau Ratu Bidadari Syurganya. Berlatih di dunia ini untuk peranmu yang sebenarnya saat kita pulang  kampung  kelak, akhirat.

-Ibu

Menulis Aja

Menulis bukan lagi urusan menjejali hati hati lain yang lalai. Tapi menulis menjadi alat ampuh tuk membenarkan diri sendiri.
Menulis aja jika memang ada kebaikan yang ingin kau olesi untuk dirimu, syukur syukur menjadi sumber kebaikan bagi yang lain.
Mohon pada Allah agar amalnya diterima lalu mohon ampun.

Menulis bukan tentang mendeskripsikan resah. Tapi bagaimana menelusuri solusi terbaik tuk mengenyahkan keresahan itu. Memang baiknya nanah resah itu dibersihkan dengan tilawah setelah mengering mulailah menuliskan tentang bagaimana al-Qur'an mampu menyapu resahmu
Menulis aja jika memang kau lebih lega dengannya.

Menulis aja...kau akan melihat betapa lipatan demi lipatan waktu yang kau utuhkan dalam tajuk tulisan menghantarkan mu pada ketakjuban. Bahwa banyak hal yang kau lalui. Betapa jalan ceritamu telah membuat kau sedemikian rupa menjadi berbeda, semoga lebih baik dalam versi Allah.

Hujan kan Terhenti, Kamu Terus Aja

Ada waktunya hujan kan reda. Tapi kamu tidak. Harus terus beroperasi dalam keadaan apapun.
Karena kamu adalah sabar.
Karena kamu adalah syukur.
Yang tak boleh ada titik henti dan tak punya dimensi ruang. Kamu harus melaju di sepanjang sumbu kehidupan ini dan mengisi setiap vektor dimensi yang tak hingga.
Karena ia butuh kamu selalu tuk bisa bahagia.
Karena ia butuh kamu dimanapun tuk bisa tentram.
Bersamailah ia dengan setia hai kamu, sabar dan syukur.