Berada dalam ruang dan waktu, bergelimang dalam massa dan energi, terkungkung dalam kelistrikan dan kemagnetan. Dari keterkaitan itu mulailah peradaban dunia fisika bermekaran
Selasa, 12 September 2017
Skenario
Betapa skenario dari Allah itu membuat diri meski lama bermenung, harus berfikir lebih dalam, dan kadang hati pun menjadi kuyu dan lembab oleh muhasabah. Kadang Allah tak menunjukkan kasih sayang-Nya dari hal yang tampak oleh mata. Hal itu, mengajak diri agar tak boleh hilang kendali iman sebab banyak hal yang tak terduga bisa terjadi lantas hanya keimanan yang mampu menelaah maknanya.
Dalam keremangan ini, jangan jauh jauh dari Allah. Pasti tidak akan selamat hatinya nanti. Cobalah untuk lebih tenang dan sabar. Memang secara matematis terlihat ganjil, bila memang takdirnya dalam formulasi langit bisa saja menjadi genap. Jika memang jalur penyelesainnya harus digenapkan. Maka latih diri itu tuk berprasangka baik kepada Allah sepanjang waktu.
Belajarlah menghalau kekhawatiran. Jika ingin khawatir, maka khawatirlah yang cerdas, khawatir bila esok ajal menjemput misalnya.
Kupu dan Capung
"Apa dia akan kesini lagi?"
Lirih kupu-kupu yang tengah termangu di padang bunga.
Para bunga pun tercenung heran, sebab tak biasanya si kupu begitu polahnya.
Sang tulip memberanikan diri bertanya
"Mengapa air muka mu tampak berbeda hai kupu?"
Si kupu pun mendekati si tulip dan berterbangan menyapanya...
"Aku ingin capung juga ada disini, ucap si kupu tersipu"
Sang tulip pun terbahak...
"Jadi kau rindu si capung yang kemarin sempat bermain bersama mu disini?" tanya sang tulip kembali.
"Entahlah...entah macam apa rindu ini, aku pun tak mengenal si capung itu tapi mengapa ada harap Ia mau menemaniku lebih lama di taman ini" si kupu tertunduk lemah
---EnD---
Senin, 11 September 2017
Tanda Tanya
Banyak hal dari hidup ini yang masih tanda tanya. Bahkan untuk dapat tahu apakah esok mentari akan hadir kita harus bersepakat dengan malam untuk bersabar beberapa waktu hingga benar-benar ikhlas mencampakkan kelamnya tuk menyambut cahaya pagi.
Menjadi apa kita dikemudian hari, akan terjawab dengan tindakan apa yang kita lakukan hari ini. Begitu yang sering dibaca di buku-buku motivasi. Jika ingin menjadi penghafal Qur'an maka harus mencari lingkungan yang mensuport untuk betah dengan al-Qur'an, juga jika mesti menemukan pasangan hidup yang mengarahkan dan menemani untuk terjaga hafalan Qur'annya. Walau tak pernah mengerti tentang masa depan, setidaknya doa doa dan harapan baik bisa menguatkan diri pada prinsip bahwa sebagaimanapun harus tetap berjuang untuk menghafalnya. Begitu contoh sederhananya. Walau memang tetap hadir tanda tanya, apakah ada seseorang yang bisa memenuhi harapan baik itu? Kadang dangkalnya iman bisa membiarkan tanda tanya itu pada rasa khawatir yang semestinya tidak perlu ada.
Sebelumnya juga, bisa jadi ada impian-impian yang ingin diwujudkan. Semisal ingin menjadi penulis, ingin punya perpustakaan pribadi, ingin belajar ke belahan bumi lain. Kadang semua tanya akan kapan semua itu terealisasi harus bertoleransi dengan keadaan. Apalagi untuk seorang wanita, seusai melepaskan masa sendiri maka ia harus memulai vektor kehidupan yang lebih kompleks. Sehingga kewajiban-kewajiban yang mesti ditunaikan kerap membuat semua impian itu harus mengalah. Kecuali Allah menetapkan semua akan terealisasi dengan menganugerahkan baginya seseorang yang akan mendampingi hidupnya menuju impian yang didamba. Tapi yang sedemikian persentasinya sedikit.
Bisa jadi tanya-tanya yang diajukan tidak perlu untuk dijawab hanya butuh lebih memahami bahwa kehidupan itu bukan untuk banyak tanya namun untuk menjalani apa yang telah Allah tetapkan.
Jenuh
Disaat kuliah, pekerjaan, rutinitas mulai mengurungkan kamu pada ruang jenuh. Menarilah di taman bunga, tempat yang membuat kamu bisa merasakan bahwa dunia itu indah dan penuh pesona. Duduk-duduk cantiklah di perpustakaan sejenak...carilah dunia disana. Izinkan kepala itu berenang di lautan ilmu yang ia suka. Atau bersemedilah di tempat yang disana penuh akan rahmat Allah, mesjid.
Yaah, jenuh itu jenis makanan beracun yang bisa menyakiti lambung pikiran dan hati. Cepat muntahkan. Sebab hidup itu terlampau singkat hanya untuk menikmati jenuh. Banyak hal yang harus diupayakan. Cepat-cepat taubat, karena jenuh itu sering muncul dari efek kurang syukur dan berkaratnya keimanan.
Gih sana...istighfar sedalam dalamnya. Sekhusyuk khusyuknya.
Sabtu, 09 September 2017
Mulai Menata Hati
Bismillah...
Ada nuansa rasa yang berbeda baru-baru ini. Entah karena harap, entah karena ragu, entah karena cemas, atau entah yang lain. Prosesi ketidakpastian itu selalu memburakan debar-debar yang tak karuan. Maha Baik Allah yang selalu menuntun pada jalan yang Dia sukai. Dari kejadian-kejadian yang tak pernah terduga itu membuat aku selalu belajar tentang cara terbaik untuk membuat Allah percaya bahwa aku layak untuk menjadi hamba-Nya.
Tidak semua harap selalu bermuara pada pilu jika ada Allah dalam harapan yang dituju. Begitu pula dengan rasa cemas, sebentuk prediksi bodoh dari keterbatasan untuk menelaah takdir terbaik yang telah Allah sediakan. Yakinlah, bahwa Allah Maha Mengatur Segalanya. Tugas seorang hamba adalah memasrahkan diri selepas ikhtiar terbaik yang dilakukan di jalan-Nya.
Ada Allah Yang Maha Mengatur Segalanya, percaya saja akan diberikan yang terbaik dari segenap jalan yang dihadangkan. Bergantung sama Allah aja. Jika masih ada gegana periksa niat bisa jadi belum lurus untuk mendapat ridho Allah. Pasrahkan pada Allah semata. Cukup lakukan yang Allah suka dan jadikan Allah selalu di gardu terdepan tujuan.
Yang paling penting dari hidup itu adalah patuh sama Allah. Kalau sudah patuh sama Allah, maka lapisan-lapisan takdir terbaik yang akan Allah berikan. Sebaik-baik rencana dan ketetapan adalah dari sisi Allah.
Seusai semua kerusuhan hati yang mendera berkali-kali, kembali lah menata hati kepada Allah. Cukupkan Allah dan rasul-Nya dihatimu. Pasti tidak akan kecewa.
Kamis, 07 September 2017
Ibu
share yaa moms..mungkin udh ada yg pernah baca..gpp yaah di share lg 😊
Ibu Lelah? Rehatlah
Semalam saat saya baru saja membuka laptop untuk membuat tulisan di hari ke 9,sebuah pesan masuk :
"Saya lelah mbak.Rasanya hanya saya yang harus bertanggung jawab untuk semuanya.Waktu rasanya begitu cepat,sementara saya melihat diri saya tidak mencapai apapun...saya minder kalau ketemu temen-teman lainnya,rasanya saya doang yang gini-gini aja..."
"saya merasa tidak bahagia..rasanya berputar putar terus di rutinitas yang sama.Di rumah rasanya hati saya gak tenang..tiap hari ada saja masalah yang dibuat oleh anak-anak.Anak-anak gak nurut kalau diberi tau..melawan terus,suami malah keliatannya lebih asik di luar rumah..."
•••
saya terpaku, membayangkan situasi yang terjadi di rumahnya.
Saya memperhatikan pola seperti ini sering sekali terjadi,dan mungkin sebagiannya pernah juga dialami oleh saya&jutaan ibu lainnya.
Ada rasa lelah yang sangat besar, yang pada akhirnya mengambil rasa bahagia ibu,dan lambat laun mengambil rasa bahagia seluruh anggota keluarga.
Saya tentunya tidak akan membahas kisah ibu tersebut di tulisan ini,tapi saya tergugah untuk menulis sebuah perspektif tentang kata "lelah"
Saya teringat sebuah nasehat yang dikiaskan dalam bentuk sebuah narasi antara iblis dan syetan :
"Jika kau ingin merusak sebuah keluarga, rusaklah dulu ibunya!!"
beri ia perasaan akan rasa lelah bertubi yang membuatnya merasa lemah dan habis energi
jika ia sudah merasa lelah, ambil rasa syukurnya
biarkan ia merasa bahwa hidupnya habis untuk mengurus keluarga dan buatlah ia tidak memiliki apapun, selain lelah yang didapatnya
setelah kau ambil rasa syukurnya, buatlah ia menjadi orang yang tidak percaya diri
sibukkan pandangan matanya untuk melihat kebahagiaan orang lain dan buatlah ia lupa akan kebaikan yang ia miliki,
buatlah ia merasa minder dan merasa tidak berharga
jika itu sudah terjadi, ambilah juga sabarnya,
gaduhkan hatinya agar ia merasa ada banyak hal yang berantakan dalam rumahnya, buatlah ia merasa betapa banyak masalah yang ditimbulkan dari anak-anaknya, dari suaminya
goda lisannya untuk berkata kasar,
Hingga nanti anak-anak mencontohnya dan tak menghargainya lagi, lalu bertambahlah kemarahan demi kemarahan, hilanglah aura syurga dalam rumah
dan kau akan menemukan perlahan, rumah itu rusak…dari pintu seorang Ibu
....
Sekali lagi, makhluk penting itu bernama Ibu,
Lelah yang tidak selesai menjadi tempat masuknya syetan,
Ia mengambil bahagiamu, mengambil sabar dan syukurmu wahai ibu,
Jangan biarkan syetan mengambil itu,
Jika kau lelah, rehatlah.
Jika kau lelah, berbagilah
Sungguh tak ada satupun yang akan membiarkanmu merasa sakit sendiri
jika kau pandai menghargai dirimu,
Ringankan tugasmu bu,
Jangan menekan dirimu terlalu keras,
Sesekali tak masalah rumahmu kotor
tak masalah betapa banyaknya pekerjaan yang belum kau tuntaskan
Jangan terjebak dalam waktumu bu,
sungguh tugas muliamu jauh lebih penting dari sekedar rutinitas yang kau lakukan setiap harinya
rehatlah,
Jika pun tak mungkin kau tempuh jarak puluhan kilo untuk segarkan diri,
Sekedar menepi, menepilah
beri waktu untuk dirimu sendiri,
Sekedar melihat betapa banyak kebaikan yang kau punya,
betapa manisnya keceriaan anak-anakmu,
betapa bertanggungjawabnya suamimu,
rasakan pelukannya,
ada cinta dan ketulusanmu dalam tegap badannya
Kau berharga ibu,jangan pernah lupakan itu.
•••
Kualalumpur Dini Hari
malam ini jadi malam penuh refleksi buat saya
bisa jadi kita pernah mengalami hal yang sama akan rasa lelah yang bertubi
tapi, saat mendengar masalah orang lain,kita semakin sadar bahwa perspektif kita menentukan cara pandang kita terhadap masalah
jika kita melihat peran ini sebagai beban,maka kita hanya akan sampai pada titik lelah
jika kita memandang diri hanya sebatas pelaku rutinitas,kita tidak akan menemukan ruhnya
rewarding your self mom,
sungguh peranmu jauh lebih besar dari semua keluhanmu
jangan biarkan syetan merusak bahagia dengan mengambil rasa sabar dan syukurmu
karena dari bahagiamu,tercipta ketahanan sebuah keluarga
semoga coretan ini ada manfaatnya,nulis benerannya bsk lagi ya :)
#30DWC
#30DWCjilid8
#day9
Sofiana Indraswari