Sabtu, 05 Agustus 2017

Merendah dan Kembali lah


Merendahlah dihadapan Rabb mu, agar kau mampu tetap  hidup dalam kehidupan yang menghidupkan kehidupan.
Sebab batas masalah dan solusi kau kais  hanya sebentang sajadah cinta.
Pada kedalaman hati yang kau resapi terkuburlah kesombongan dan  punahlah ego.
Sebab kau hanya seorang hamba papa.
.
.
Allah SWT berfirman:

اِنَّ الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا وَعَمِلُوا  الصّٰلِحٰتِ وَاَخْبَـتُوْۤا اِلٰى رَبِّهِمْ ۙ  اُولٰٓئِكَ اَصْحٰبُ الْجَـنَّةِ ۗ  هُمْ  فِيْهَا خٰلِدُوْنَ

.
.
"Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan mengerjakan kebajikan dan merendahkan diri kepada Tuhan, mereka itu penghuni surga, mereka kekal di dalamnya."
(QS. Hud: Ayat 23)
.
.

Kembalilah kepada ketaatan pada Rabbmu, agar kau mampu tetap kuat dalam kelemahan yang ada.
Sebab batas rahmat dan azab hanya setangkup dosa.
Sedang pertolongan Allah selalu ada bagi hamba-Nya yang taat.
Pada kekhusyukan hati yang kau hikmati, tersingkaplah pengakuan dosa-dosa, memohon ampun dengan memelas iba. Seseguk sendu taubat nasuha sepanjang malam hening di hadapan Dzat Yang Maha Menyayangi hambanya.
Sebab kau hanya sang pendosa yang hina dihadapan-Nya.
.
.

Allah SWT berfirman:

وَسَارِعُوْۤا اِلٰى مَغْفِرَةٍ مِّنْ رَّبِّكُمْ وَجَنَّةٍ عَرْضُهَا السَّمٰوٰتُ  وَالْاَرْضُ ۙ  اُعِدَّتْ لِلْمُتَّقِيْنَ

.
.
"Dan bersegeralah kamu mencari ampunan dari Tuhanmu dan mendapatkan surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan bagi orang-orang yang bertakwa,"
(QS. Ali 'Imran: Ayat 133)

Selasa, 01 Agustus 2017

Semoga Aku tak Habis oleh Lelah

Dear sang hati...
Besok mentari berjanji tidak lagi akan melelahkan mu.
Gemawan telah diundang semesta tuk meneduhi gerahnya perjalanan panjang yang kau tempuh.
Sabarlah, lelah mu kan disapu angin segar.
Semoga tak habis upaya tuk menjalani lelah.

Kau tahu? Pagi tak mungkin bertemu senja dalam satu kisah.
Harus ada yang mengalah tuk mewarnai hari.
Terkadang hal yang baik itu memang sengaja tidak dijelaskan.
Namun keyakinanlah yang merobek ketidaksanggupan melawan segenap gundah, hati terengah, serta sesaknya resah.
Semoga tak surut langkah tuk menikmati lelah.

Saat keyakinan kau lempar sejauh angkasa tak terdefisini, semesta memberikan seantaro kekuatan agar hati mu teguh melaju dalam lelah yang kau harap tuk segera punah.

Tenanglah...
Tetaplah fokus...
Lalu bersiaplah ! dalam keremangan dimensi yang mesti kau menangkan. Kelak lelahmu harus dikuburkan  di taman-taman peristirahatan terindah dan terbaik dari-Nya.

Bandung, 02-08-17
01:02

Sabtu, 29 Juli 2017

Usaha

Segala sesuatu dalam kehidupan ini tidak pernah terlepas dari kata 'usaha'. Semisal untuk bangun dari tidur pun setiap kita butuh usaha untuk membuka kedua kelopak matanya agar mampu tersadarkan dari dimensi ruh kepada dimensi materi. Seperti hal pula untuk mencapai tujuan jelas membutuhkan usaha, yakni segenap variabel yang membantu diri agar berpindah dari hanya sebatas niat, keinginan, hasrat, kepada pencapaian yang dituju. Dari beberapa analogi itu, kita dapat menyimpulkan secara sederhana bahwa usaha identik dengan perpindahan. Tidak ada penyebutan usaha jika perpindahan tidak terjadi. Fenomena ini bisa dikerucutkan dalam pembahasan hukum alam. Bahwasanya ada sebuah ketundukkan dari sebuah gejala yang terjadi, contohnya saja tentang usaha yang telah sedikit dideskripsikan sebelumnya. Bagaimana bentuk ketundukkannya? Yaitu usaha harus tunduk pada perpindahan. Jika tidak ada perpindahan maka usaha dapat dinyatakan bernilai nol.

Renungan sederhana seperti ini sering didalami oleh para filsuf. Mereka mencoba merumuskan apa yang ditangkap oleh indranya kedalam sebuah penterjemahan tatanan hukum alam (diferensi logika) menurut persepsi dan jangkauan ilmu yang mereka miliki. Dari pengamatan sederhana itulah dikembangkan apa yang disebut dengan variabel, simbol yang mampu mewakili makna apa yang ingin didefinisikan/diterejemahkan oleh para filsuf tersebut. Sebenarnya, dalam dunia kekinian peran filsuf bisa dikatakan  telah  terintegrasi pada peran ilmuan.

Ada hal yang ingin diterangkan dari fenonema usaha serta  keterkaitannya dengan dunia pendidikan fisika. Selama ini, bahkan secara luas, dalam benak setiap orang akan mengenal bahwa fisika itu semacam operasi matematis dalam angka dan huruf yang membingungkan. Memang tidak dapat dipungkiri, sebab dalam dunia pendidikan kurikulum fisika lebih menonjolkan sisi  kognitif  pada bab hitung menghitung  rumus yang tertera di buku cetak namun tidak mengembangkan keterampilan mengalisis langsung dari gejala yang teramati. Padahal, sejatinya akar kata fisika itu sendiri, jika ditelaah secara bahasa, berarti alam. Maksudnya pembelajaran fisika itu sendiri adalah belajar tentang alam. Sehingga pembelajarannya meski dimulai dengan kegiatan mengamati peristiwa bukan malah sebaliknya yakni mempelajari teori lalu baru menemukan peristiwa yang relevan. Sehingga pembelajarn fisika menjadi sangat membosankan. Karena 'hak' rasa keingintahuan siswa menjadi 'terampas'.

Ambil saja contoh usaha tadi. Dari gejala yang telah diceritakan sebenarnya dapat dirumuskan yakni besaran usaha (W) akan dipengaruhi oleh variabel perpindahan (posisi/besaran panjang[s]: satuan panjang[m]). Nah, apakah perpindahan itu serta merta terjadi begitu saja seperti bim salabim? Tidak kan? Untuk membuka mata maka kelopak mata butuh  bekerja dengan gaya dorong tertentu agar terbuka. Maka hadirlah satu variabel yang menemani perpindahan (s) yakni gaya (F). Itu sebagai perumpamaan sederhana aja.

Strategi pembelajaran yang sedemikian sekiranya lebih menstimulus siswa untuk menemukan konsep-konsep sendiri dari apa yang telah diamati lalu dipraktikkannya dalam pembelajaran fisika. Pada akhirnya, siswa tidak lagi terinstalisasi dalam cpu otaknya bahwa fisika itu adalah kumpulan rumus-rumus yang mesti diselesaikan melainkan kumpulan fenomena-fenomena alam yang harus diterjemahkan dalam rumus-rumus agar bisa dipahami efek dan manfaatnya bagi kehidupan manusia.

Nah, bagaimana? Fisika itu asyik dan menyenangkan bukan?

©Sulastriya Ningsi

Kamis, 27 Juli 2017

Motivasi

Seseorang yang memiliki motivasi senantiasa melibatkan dan mempertahankan seluruh aktivitas untuk mencapai tujuan, sehingga sanggup menghadapi kesulitan, masalah, kegagalan, dan kemunduran yanh mereka temui (Schunk, et al,.2010)

Minggu, 18 Juni 2017

Tulisan Terhenti

Terkadang sulit memahami, ditengah deru kelelahan yang menyita selalu saja perkara hati mengambil porsi yang lebih boros.
Ketika kita bertanya, mengapa dia memilih berhenti?
Jelas karena dulu sang diri pernah memohon berikan yang terbaik, yang membuat diri itu lebih dekat dengan Allah dan lebih mencintai Allah. Bukan dia yang berhenti tapi Allah yang menghentikan langkahnya untuk menuju. Karena Allah tahu ada seseorang yang tengah menujumu dari arah yang tak  kamu duga, dialah jawaban dari do'a-doa' mu selama ini. Bersamanyalah kelak Allah akan terasa lebih dekat dan lebih dicintai dari apapun.

Mungkin kau akan mengerti, kala sederet abjad tak lagi singgah diberanda.
Sebab semua telah terhenti.
Keadaan mengharuskan semua harus dihentikan.
Walau hati memaksa untuk berbuat, namun jamari enggan bertindak.
Karena ia sadar ada waktu semua cerita itu akan ditorehkan dalam hikmah yang bermakna, dalam kisah yang menuai kedewasaan jiwa segenap pembaca.

Tulisanku  terhenti, kau akan mengerti kelak. Bahwa cerita itu akan dilanjutkan saat nama mu telah menjadi takdir yang di amin-i semesta. Setelah langkahmu terus menuju pada titik temu pada ruang yang membuat masing-masing dari kita semakin dekat pada Allah dan semakin rindu untuk bertemu dengan-Nya.

Minggu, 21 Mei 2017

Peka= Peduli

*PEKA=PEDULI* ��

Rasa peduli merupakan puzle terpenting  dari pola hidup sukses, karena rasa peduli menyatakan dengan tegas bahwa kita mau dan mampu berkontribusi untuk kebaikan . Kepedulian juga menyentak kesadaran  bahwa kita bersedia memperbaiki sesuatu yang salah dan menempatkan kembali segala sesuatunya di tempat yang benar.

Terkadang peduli menjadi sebuah rasa kesedian untuk rela berkorban. Segala sesuatu sudah pasti ada harganya. Ada yang harus dibayar untuk setiap hal, tidak harus melulu uang tapi sesuatu yang harus dikorbankan baik waktu, tenaga, pikiran atau peran serta aktif lainnya untuk mewujudkan visi besar yang bermakna bagi sesama dan alam semesta.  Saat datang problematika bertubi-tubi  maka kita harus peduli terhadap  masalah/problematika yang tengah  menghadang,  jangan lari dari masalah karena itu tak akan pernah membuat masalah menjadi tuntas.

“Siapa saja yang meringankan  beban seorang Mukmin di dunia, Allah pasti akan meringankan bebannya pada Hari Kiamat. Siapa saja yang memberikan kemudahan kepada orang yang kesulitan, Allah pasti akan memberi dia kemudahan di dunia dan akhirat. Siapa saja yang menutupi aib seorang Muslim di dunia, Allah pasti akan menutupi aibnya di dunia dan akhirat. Allah SWT selalu menolong hamba-Nya selama hamba itu menolong saudaranya.” (HR Muslim dan at-Tirmidizi).

Itulah penghargaan Allah SWT yang luar bisa kepada hamba-Nya yang peduli kepada sesamanya.

������

Rabu, 17 Mei 2017

Mu'alaf

Untuk kesekian kali menyaksikan hamba Allah yang mengikrarkan syahadatnya. Pemandangan ini betapa mencuarkan ketakjuban jiwa. Menyegarkan kembali kesyukuran diri sebagai hamba yang telah bertahun-tahun diberi nikmat sebagai muslim. Terlebih ketika Allah pertemukan saya dengan seorang mu'alaf, lantas saya  diberi amanah sebagai guru mengajinya. Kekuatan tekad mu'alaf itu untuk menjadi hamba yang selalu dekat dengan Allah melalui kalamNya, membuat saya malu pada diri sendiri. Mu'alaf itu mengeja satu persatu huruf hijaiyah, suliit sekali beliau mengejanya. Kasian saya melihat mua'alaf itu mengingat sekelumit aksara Qur'an itu. Belum lagi menyesuaikan dengan makhraj hurufnya. Ya Rabb....semoga Allah mudahkan.

Dipertemukannya saya dengan para mu'alaf itu bukanlah kebetulan, pasti Allah menghendaki saya untuk lebih belajar lagi, khususnya belajar bersyukur. Bersyukur atas nikmat Islam, bersyukur atas nikmat dikumpulkan dengan orang-orang yang mencintai al-Qur'an. Saya yang telah Allah beri nikmat mampu membaca al-Qur'an, masih belum mampu membaca al-Qur'an dengan maksimal. Astagfirullah...

Sangat menderita jika jauhnya diri dari mensyukuri nikmat. Terlebih bila sensitifitas akan karunia yang Allah berikan telah mati fungsi. Hari-hari yang dilalui penuh rasa gelisah, selalu dengki melihat orang yang melebihi dari sisi duniawi, semua jalan kehidupan semakin sempit dan sesak. Na'udzubillah...Perbanyak muhasabah diri mudah-mudahan melembutkan kembali hati, mengikis karatan qalbu, dan mengembalikan kesadaran bahwa diri ini hanyalah seorang hamba.