Minggu, 23 April 2017

Galau

Suatu ketika ada yang jerit-jerit keluar dari kamarnya menuju kamarku...

Dia : huaaa...hks-hks... Aku GALAU !!!

Aku : kamu ternyata bisa galau juga. Gak nyangka ! Kenapa ukh?

Dia  : 1 bulan ini aku padat banget nugas, huhu. Jadi aku gak maksimal muraja'ah, trus  saat mengulang lagi udah banyak yang lupa. Astaghfirullah !! Aku galau banget.. *sambil pukul-pukul bantal*

Aku. : *bengong *

Galaunya para shohibul Qur'an agak aneh. Katanya hilangnya hafalan itu  lebih sakit dari sakitnya patah hati. Satu hari gak muraja'ah itu hampir setara dengan habis dosis untuk hidup tenang.

Waktu bersama al-Qur'an adalah waktu berharga yang hanya bisa dibeli oleh orang pilihan. Mereka adalah orang-orang yang tergiur akan pesona Syurga berserta isinya.

Orang kaya tidak akan mampu membeli waktu bersama al-Qur'an, Orang sukses dan hebat dimata manusia pun sangat susah membeli waktu bersama al-Qur'an. Namun waktu bersama al-Qur'an hanya mampu dibeli oleh orang-orang beriman dan teguh pada keimanannya. Bahwa kebersamaan bersama al-Qur'an itulah yang menjadi sebab keberkahan hidupnya, sebab rahmat Allah turun bahinya, sebab baginya untuk dimuliakan Allah, dan sebab untuknya mendapat syafaat pada yaumul akhir.

Semoga kita selalu menjadikan waktu bersama al-Qur'an adalah waktu prioritas. Semoga Allah mudahkan jika kita telah memasang tekad yang kuat untuk menghiasi hari-hari bersama al-Qur'an.

Kemiskinan yang sesungguhkan bukanlah miskin harta tapi kemiskinan tekad untuk meraih kemenangan atas tujuan yang hendak dicapai. Semoga Allah kayakan hati kita semua dengan iman dengan itu tekad bersama Qur'an kian mengkristal.

Dear Para Pendo'a

Dear para pendo'a...yang merindukan ijabah do'anya.

Yakinlah Allah selalu ada pada hamba yang meminta pada-Nya. Setiap do'a yang dilangitkan ada waktu terbaik untuk di ijabah.

Ada do'a yang dipinta langsung Allah berikan, maka istighfarlah. Sungguh Iblis pun pernah meminta pada Allah untuk ditangguhkan hidupnya maka seketika Allah ijabah. Maka khawatirlah jika do'a yang dipinta seketika diberikan. Boleh jadi itu ujian ! Semoga hati tak jadi sombong.

Ada do'a yang Allah tunda sampai batas waktu terbaik. Sebab Allah Maha Mengetahui perkara-perkara hamba-Nya dan setiap keadaan yang ada. Allah senang dengan rayuan-rayuan hamba-Nya itu  dan ingin hamba-Nya terus dalam pinta pada-Nya. Selama do'a itu ditunda sebanyak itu pula pahala yang diraih di sisi Allah. Layaknya kalimat dari Umar ra "Aku tidak khawatir jika do'aku tidak dikabulkan, namun yang aku khawatirkan jika aku tidak mendapat hidayah untuk terus meminta pada Allah"

Ada do'a yang diberikan tapi  tidak seperti apa yang diminta. Sebab Allah Yang Maha Baik hendak menjauhkan hamba itu dari keburukan keinginannya sebagai makhluk yang dhoif lagi tak mengerti apa-apa. Layaknya  kalimat dari Ali ra  "Jika Allah mengabulkan do'a ku maka aku senang 1x tapi jika Allah tidak mengabulkan maka senang 10 x karena yang pertama adalah pilihanku namun yang kedua adalah pilihan Allah"

Ada do'a yang Allah berikan di akhirat kelak. Sungguh apa yang di sisi Allah itu lebih baik. Itulah balasan terbaik dan tidak ada lagi yang lebih baik selain yang terbaik dari sisi Allah.

Berdo'a itu bukan untuk mendapatkan yang dibutuhkan kepada Allah, namun berdo'a itu merayu Allah dalam bincang mesra agar Allah ridho terhadap apa yang Dia berikan pada hambanya yang meminta itu.

Jangan putus berdo'a dan yakinlah do'a itu pasti di ijabah Allah !


Pengiring Impian

Bila memang hidup ini adalah medan laga untuk menjadi pemenang, maka di awal takdirnya kita ada di kehidupan dunia ini telah menjadi pemenang, bukan? Setiap diri itu telah berhasil berkompetisi dengan diri-diri yang lain untuk menjadi pemenang lahir ke dunia ini. Ini memang falsafah yang klise, tapi dari kesadaran ini memberi asupan sugesti bagi diri fitrah manusia itu adalah jiwa seorang pemenang.

Bagaimana dengan memenangkan impian? Hhmmmm, orang-orang hebat yang namanya berhasil ditoreh dalam tinta sejarah adalah bagian dari mereka yang berhasil menjadi  pelestari impian. Begitu lemahnya gerak menuju kontribusi-kontribusi besar itu jika tidak di awali dari blueprint impian seseorang. Lantas memenangkan impian itu adalah seni  menata pikiran, mengendalikan emosi,  memancang tekad, serta merumuskan strategi. Tidak mudah memainkan seni itu, namun akan menjadi indah dengan pengiringnya, yakni kedekatan dengan Tuhan.

Impian setiap kita adalah beragam. Sebab ia semacam  hasrat yang benar-benar diinginkan, dan apapun kondisinya harus terwujud. Kita mengerti bahwa rasa ingin setiap manusia itu tidak sama. Ada yang memiliki pencapaian menjadi orang sukses di bidang tertentu, ada yang memiliki pencapaian mendapatkan sesuatu, ada pula yang memiliki pencapaian untuk memberikan kontribusi demi misi kemanfaatan dirinya sebagai makhluk sosial, bahkan ada yang memiliki pencapaian tidak sebatas limit hidup di dunia melainkan hingga di kehidupan setelah dunia ini binasa.

Terlepas dari semua aneka impian itu, yang paling mendasar darinya adalah pengiring apa yang digunakan untuk memenangkan impian yang ingin ditaklukkannya itu. Sebaik-baik pengiring adalah kekuatan besar dari Rabb Alam Semesta sebagai muara dari sebab mengapa kita harus memiliki impian itu. Dengan pengiring ini akan memaksa sang pemenang impian itu terus berada dalam amalan-amalan yanh membuat Rabbnya ridho padanya. Karena ia sadar bahwa tanpa Rabb nya itu maka takkan pernah mampu ia mencapai sebaik-baik jalan dalam meraih apa yang ia impikan. Pada akhirnya,  sang pemenang impian pun selalu mengorelasikan segenap jejak perjalanan yang ditempuh dengan rambu-rambu yang telah Dia tetapkan. Jadilah baginya, al-Qur'an itu sumber amunisi dan petunjuk terbaik dalam perjalanannya.

Bila pengiring dari impian itu telah dibakukan. Semoga semua menjadi lebih mudah dan terarah. Jangan lupa jadikan kontribusi sebagai bagian dari impian itu. Disanlah pembeda orang hebat berjiwa besar dan orang hebat yang berjiwa kerdil. Yakni dari kontribusinya. Jadi teringat dengan kisah biografi BJ. Habibie,  beliau hanya tidur maksimal hanya 1-2 jam sehari selama 2 bulan hanya untuk memikirkan nasib bangsa ini. Memikirkan perihal  kontribusi.   Lalu kisah Sahabat Umar bin Khaththab ra  ketika ditanya perihal waktu istirahatnya, beliau menjawab bahwa waktu siang itu untuk bekerja melayani para hamba Allah (saat beliau menjadi khalifah) dan malam hari waktunya untuk berkhalwat kepada Allah. Artinya beliau hanya menyisakan sedikit sekali waktu untuk tidur. MasyaAllah....

Jadilah pemenang ! Capai impian ! Bisa ! Allahu Akbar !!!

Selasa, 18 April 2017

Akhir Zaman

Akhir zaman tidak meminta kita untuk sekedar  kuat intelektual, namun pondasi utamanya  kokoh spritual.
Orang yang cerdas secara spiritual akan mendapatkan anugrah kecerdasan intelektual serta emosional. InsyaAllah...

Akhir zaman ini bukan lagi cerita perpecahan, namun mengkronstruksi satu visi dan melangkah dalam derap-derap misi terarah dan strategis menuju kesuksesan bersama menuju syurga tertinggi di sisi-Nya yang dirindukan.

Akhir zaman ini adalah periode setiap muslim untuk menguatkan pijakan tauhidnya menyongsong goncangan dan rintang nan bertubi-tubi datang pada waktu yang ditetapkan-Nya.

Akhir zaman ini adalah era setiap pemuda muslim untuk berjuang melawan kebodohan, memberangus kemaksiatan, dan menjadi sebaik-baik shohibul Qur'an. Karena kawula muda adalah aset utama energi masif membangun peradaban yang Allah ridhoi.

Fokus pada Allah, fokus pada visi besar dan mulia, fokus untuk kontribusi pada bangsa dan agama. Jangan terlena oleh perkara remeh temeh. Jangan tergoda oleh latar belakang dunia nan fatamorgana. Tuju pandangan jauh kedepan pada wajah Rabb Maha Mulia yang dirindukan pagi, siang, dan malam. Walau Dia tak dapat terlihat kini, yakinlah Dia menyaksikan dan Maha Mengawasi.

Jadilah cahaya yang memberi penerangan, jadilah mata air yang menyejukkan. Hanya bersama Allah diri akan mendapat sumber kekuatan besar. Allahu Akbar....

*Menunjuk diri sendiri yang tengah menghadapi UTS, mohon didoakan. Semoga semangat tak terkikis badai dan ombak yang menerjang. Allahu Akbar !!!

15:58_17-04-2017 @Bandung 
©SN

Minggu, 16 April 2017

DOA EMPAT RIBU TAHUN

Oleh: @salimafillah

Doa itu, doa yang berumur 4000 tahun. Ia melintas mengarungi zaman, dari sejak lembah Makkah yang sunyi hanya dihuni Isma’il dan Ibundanya hingga saat 360 berhala telah menyesaki Ka’bah di seluruh kelilingnya. Doa itu, adalah ketulusan seorang moyang untuk anak-cucu. Di dalamnya terkandung cinta agar orang-orang yang berhimpun bersama keturunannya di dekat rumah Allah itu terhubung dan terbimbing dari langit oleh cahayaNya.

“Duhai Rabb kami, dan bangkitkan di antara mereka seoran DOA EMPAT RIBU TAHUN g Rasul dari kalangan mereka sendiri; yang akan membacakan atas mereka ayat-ayatMu, mengajarkan Al Kitab dan Al Hikmah, serta mensucikan mereka. Sesungguhnya Engkau Maha Perkasa lagi Maha Bijaqksana.” (QS Al Baqarah [2]: 129)

“Kata adalah sepotong hati”, ujar Abul Hasan ‘Ali An Nadwi, maka doa adalah setetes nurani. Ia disuling dari niat yang haru dan getar lisan yang syahdu. Ia dibisikkan dengan tadharru’ dan khufyah; dengan berrendah-rendah mengakui keagungan Allah dan berlirih-lirih menginsyafi kelemahan diri. Dalam diri Ibrahim, kekasih Ar Rahman itu, doanya mencekamkan gigil takut, gerisik harap, dan getar cinta.

Maka dari doa itu kita belajar; bahwa yang terpenting bukan seberapa cepat sebuah munajat dijawab, melainkan seberapa lama ia memberi manfaat. Empat ribu tahun itu memang panjang. Tapi bandingkanlah dengan hadirnya seorang Rasul yang tak hanya diutus untuk penduduk Makkah, tapi seluruh alam; menjadi rahmat bukan hanya bagi anak-turunnya, tapi semesta; membacakan ayatNya bukan hanya dalam kata, tapi dengan teladan cahaya; mensucikan jiwa bukan hanya bagi yang jumpa, tapi juga yang merindunya; dan mengajarkan Kitab serta Hikmah bukan hanya tuk zamannya, tapi hingga kiamat tiba.

Dari doa itu kita belajar; bahwa Allah Maha Pemurah; tak dimintaipun pasti memberi. Maka dalam permohonan kita, bersiaplah menerima berlipat dari yang kita duga. Allah Maha Tahu; maka berdoa bukanlah memberitahu Dia akan apa yang kita butuhkan. Doa adalah bincang mesra, agar Dia ridhai untuk kita segala yang dianugrahkanNya.

Sabtu, 15 April 2017

Bunyi

Mau coba?
Letakkan gelas kaca yang tipis tepat di depan amplifier suara yang memiliki kekuatan lebih dari 100 dB. Perhatikan apa yang terjadi !

Bagi yang melakukan mudah-mudahan akan mendapatkan gelas kaca itu pecah. Hhhmmmm....
Mengapa? Karena sejumlah energi yang dibawa oleh gelombang bunyi tersebut dihantamkan pada gelas, sedemikian sehingga memberikan impuls pada gelas sehingga gelas pun dapat retak atau pecah.

Betapa baik kita ulas, filsafat sains (cabang filsafat umum) serta korelasi terhadap teologis (cabang metafisika, filsafat khusus) dari fenomena bunyi tadi. Bagi yang mau mikir-mikir atau yang suka merenung.

Tetiba, hal Ini terfikirkan oleh saya, ketika salah seorang dosen menceritakan kemenakjuban  atas dunia fisika di kelas , tepatnya ketika salah seorang teman mempersentasikan media pembelajarannya terkait  materi bunyi. Dari penjelasan-penjelasan itu saya jadi merenung diam-diam Bahwa sesuatu yang tidak terlihat itu selalu memiliki makna misterius, lantas fisikawan lah satu-satu personal yang rela menelaahnya. Fisikawan adalah profesi yang menurut kalangan awam adalah profesi orang yang kurang kerjaan. Karena pekerjaannya  selalu berkutat pada hal yang menurut mereka tidak penting, contoh menghitung variabel-variabel pada kelapa yang jatuh. *ya kan?* Padahal dari penelaahan gejala kelapa jatuh itulah hadirnya beragam teknologi mutakhir saat ini. Pada gejala sederhana itulah dirumuskan mengenai  hukum alam (gravitasi) yang pada akhirnya dapat direkayasa menjadi formulasi tertentu untuk diterapkan pada pemanfaatan spesifik, Seperti merancang kecepatan satelit. Hebat bukan? Hhhmmm. Ketahuilah jika seseorang tidak mampu menguasai bahasa penalaran/inferensi logika (otak-atik rumus) maka tak akan  mampu meneruskan hasil observasi dari gejala alam yang di amati menjadi produk yang dapat dinikmati manfaatnya.

Seperti halnya bunyi, bentukan dari getaran yang merambat melalui medium. Sumber getar, medium, boleh dikatakan  efek getar dan adanya medium hasilnya bunyi. Saya hanya kagum dengan Tuhan yang mendesain hukum alam (gejala fisis alam)  ini. Dengan segenap  ketetapan-Nya atas hukum  alam ini, membuat manusia dapat memanfaatkannya melalui  rekayasa variabel hukum alam untuk kelangsungan hidupnya. Contoh: untuk mengukur kedalaman laut, mendeteksi janin dalam rahim, mendeteksi keretakan logam, dan paling penting adalah untuk berkomunikasi. Sayang manusia itu sedikit sekali yanh bersyukur atas karunia hukum alam yang Allah tetapkan.

Namun, maksud saya menerangkan pengalaman kuliah mengenai konten bunyi bukan sebatas itu, disamping hadir kekaguman kepada Sang Pencipta juga mengadirkan  keyakinan bahwa kehancuran alam semesta ini sangat logis dapat  dilakukan-Nya  hanya  dengan tiupan trompet  sangkalala Malaikat Israfil saja (memanfaatkan gejala gelombang bunyi) yang bisa jadi kekuatan bunyinya entah berapa desibel.  Semua mudah bagi Allah bukan? Jadi teringat dengan nasihat satu ini.

Rasulullah  bersabda:

كَيْفَ أَنْعَمُ وَصَاحِبُ الْقَرْنِ قَدِ الْتَقَمَ الْقَرْنَ وَاسْتَمَعَ الْإِذْنَ مَتَى يُؤْمَرُ بِالنَّفْخِ فَيَنْفُخُ
“Bagaimana aku akan senang hidup di dunia, sementara pemegang sangkakala telah memasukkannya ke mulutnya. Dia memasang pendengaran untuk diijinkan (meniupnya). Kapanpun dia diperintah meniupnya, dia akan meniupnya.” (HR. At-Tirmidzi, dihasankan oleh Asy-Syaikh Al-Albani dengan syawahid (pendukung)nya dalam Ash-Shahihah no. 1079)

Semoga kita tersadarkan...

Atas segala sesuatu yang Allah ciptakan, termasuk hukum alam, sebenarnya  membantu setiap manusia yang mau berfikir itu sadar bahwa dirinya terhadap jagad raya ini bagaikan quark atom terhadap manusia itu sendiri. Kecil dan tidak ada apa-apanya? Coba nonton "powers of ten" di youtube.

Allah SWT berfirman:

ءَاَنْتُمْ اَشَدُّ خَلْقًا اَمِ السَّمَآءُ   ؕ  بَنٰٮهَا 
"Apakah penciptaan kamu yang lebih hebat ataukah langit yang telah dibangun-Nya?"
(QS. An-Nazi'at: Ayat 27)

Maha Besar Allah atas segala yang Dia adakan di alam semesta ini.

Allah SWT berfirman:

مَا لَـكُمْ لَا تَرْجُوْنَ لِلّٰهِ وَقَارًا 
"Mengapa kamu tidak takut akan kebesaran Allah?"
(QS. Nuh: Ayat 13)

Atas alasan apa manusia itu tidak mau tunduk pada Rabb Alam Semesta? Sebab mereka tidak meyakini akan pertemuan dengan Rabbnya.

Allah SWT berfirman:

اَ لَاۤ  اِنَّهُمْ فِيْ مِرْيَةٍ مِّنْ لِّقَآءِ رَبِّهِمْ  ؕ  اَ لَاۤ اِنَّهٗ بِكُلِّ شَيْءٍ مُّحِيْطٌ 
"Ingatlah, sesungguhnya mereka dalam keraguan tentang pertemuan dengan Tuhan mereka. Ingatlah, sesungguhnya Dia Maha Meliputi segala sesuatu."
(QS. Fussilat: Ayat 54)

Namun  mereka yang meyakini akan pertemuan dengan Rabbnya akan semakin merinding atas hamparan ayat-ayat kauniyah-Nya yang dalam ilmu fisika/sains  dapat ditelaah melalui bahasa penalaran (inferensi logika) atau pun secara langsung.

Allah SWT berfirman:

سَيَذَّكَّرُ  مَنْ يَّخْشٰى
"orang yang takut (kepada Allah) akan mendapat pelajaran,"
(QS. Al-A'la: Ayat 10)

Maka dari segenap perjalanan renungan di kelas saat kuliah, saya selalu banjir akan  ketakjuban pada-Nya. Fabiayya alaaa iRobbikuma tikadzdzibaan? Jika melanjutkan studi hanya untuk nilai dan gelar   itu mudah namun belum tentu berkah, tapi  jika kuliah mengejar berkah dan ridho Allah, insyaAllah semua perkara kuliah (tugas, ujian, tesis) akan jadi mudah dan penuh  hikmah.

©SN
6:07_16-04-17
@Bandung

Kamis, 13 April 2017

Perjalanan Bersama al-Qur'an

Bismillah....
Ya Rabb ridhoi hamba,

Waktu bersama al-Qur'an itu mahal, sebab orang paling  kaya sekalipun tak mampu mengambilnya. Hanya orang yang memiliki kekayaan iman yang berhasil membersamai hidupnya dengan al-Qur'an. Berupaya menjaga dalam hati, lisan, dan amal di setiap saat.

Bagi mereka yang rindu bertemu Rabbnya, al-Qur'an adalah petunjuk terpenting agar rumitnya jalan di labirin kehidupan ini dapat ditelusuri dengan aman, tenang, dan terarah hingga selamat di kampung halaman, syurga.
Bagi mereka yang mendambakan keridhoan Rabbnya, bersama al-Qur'an menjadi kebahagiaan  yang dijaga pagi, siang, hingga malam. Hasrat untuk selalu diperhatikan oleh Rabbnya, memantik rindu berkepanjangan untuk hidup di bawah naungan al-Qur'an.
Bagi mereka yang berjuang untuk mencari keridhoan Rabbnya, menghafal al-Qur'an adalah harga mati agar Rabbnya memuliakannya atas   impiannya tuk menjadi panglima besar pengusung peradaban yang berada dibawah panji tauhid. Peradaban Dunia yang isinya adalah hamba-hamba yang mencintai Allah dan Allah pun mencintai mereka.

Jika ingin merasakan perjalanan penuh cinta, maka perjalanan itu adalah perjalanan bersama Al-Quran. Darinya kita akan belajar untuk mencintai apa yang semestinya dicintai dan apa yang mestinya ditinggalkan.

Allah SWT berfirman:

وَمِنَ  النَّاسِ مَنْ يَّشْرِيْ نَفْسَهُ ابْتِغَآءَ مَرْضَاتِ اللّٰهِ  ؕ  وَ اللّٰهُ رَءُوْفٌ ۢ بِالْعِبَادِ
"Dan di antara manusia ada orang yang mengorbankan dirinya untuk mencari keridaan Allah. Dan Allah Maha Penyantun kepada hamba-hamba-Nya."
(QS. Al-Baqarah: Ayat 207)

*Mudah-mudahkan dapat mengamalkan apa yang sampaikan, hanya hamba dhoif yang tengah ikhtiar tuk  dicintai al-Qur'an

SN_6:28, 14-04-17
@Bandung