Mau coba?
Letakkan gelas kaca yang tipis tepat di depan amplifier suara yang memiliki kekuatan lebih dari 100 dB. Perhatikan apa yang terjadi !
Bagi yang melakukan mudah-mudahan akan mendapatkan gelas kaca itu pecah. Hhhmmmm....
Mengapa? Karena sejumlah energi yang dibawa oleh gelombang bunyi tersebut dihantamkan pada gelas, sedemikian sehingga memberikan impuls pada gelas sehingga gelas pun dapat retak atau pecah.
Betapa baik kita ulas, filsafat sains (cabang filsafat umum) serta korelasi terhadap teologis (cabang metafisika, filsafat khusus) dari fenomena bunyi tadi. Bagi yang mau mikir-mikir atau yang suka merenung.
Tetiba, hal Ini terfikirkan oleh saya, ketika salah seorang dosen menceritakan kemenakjuban atas dunia fisika di kelas , tepatnya ketika salah seorang teman mempersentasikan media pembelajarannya terkait materi bunyi. Dari penjelasan-penjelasan itu saya jadi merenung diam-diam Bahwa sesuatu yang tidak terlihat itu selalu memiliki makna misterius, lantas fisikawan lah satu-satu personal yang rela menelaahnya. Fisikawan adalah profesi yang menurut kalangan awam adalah profesi orang yang kurang kerjaan. Karena pekerjaannya selalu berkutat pada hal yang menurut mereka tidak penting, contoh menghitung variabel-variabel pada kelapa yang jatuh. *ya kan?* Padahal dari penelaahan gejala kelapa jatuh itulah hadirnya beragam teknologi mutakhir saat ini. Pada gejala sederhana itulah dirumuskan mengenai hukum alam (gravitasi) yang pada akhirnya dapat direkayasa menjadi formulasi tertentu untuk diterapkan pada pemanfaatan spesifik, Seperti merancang kecepatan satelit. Hebat bukan? Hhhmmm. Ketahuilah jika seseorang tidak mampu menguasai bahasa penalaran/inferensi logika (otak-atik rumus) maka tak akan mampu meneruskan hasil observasi dari gejala alam yang di amati menjadi produk yang dapat dinikmati manfaatnya.
Seperti halnya bunyi, bentukan dari getaran yang merambat melalui medium. Sumber getar, medium, boleh dikatakan efek getar dan adanya medium hasilnya bunyi. Saya hanya kagum dengan Tuhan yang mendesain hukum alam (gejala fisis alam) ini. Dengan segenap ketetapan-Nya atas hukum alam ini, membuat manusia dapat memanfaatkannya melalui rekayasa variabel hukum alam untuk kelangsungan hidupnya. Contoh: untuk mengukur kedalaman laut, mendeteksi janin dalam rahim, mendeteksi keretakan logam, dan paling penting adalah untuk berkomunikasi. Sayang manusia itu sedikit sekali yanh bersyukur atas karunia hukum alam yang Allah tetapkan.
Namun, maksud saya menerangkan pengalaman kuliah mengenai konten bunyi bukan sebatas itu, disamping hadir kekaguman kepada Sang Pencipta juga mengadirkan keyakinan bahwa kehancuran alam semesta ini sangat logis dapat dilakukan-Nya hanya dengan tiupan trompet sangkalala Malaikat Israfil saja (memanfaatkan gejala gelombang bunyi) yang bisa jadi kekuatan bunyinya entah berapa desibel. Semua mudah bagi Allah bukan? Jadi teringat dengan nasihat satu ini.
Rasulullah bersabda:
كَيْفَ أَنْعَمُ وَصَاحِبُ الْقَرْنِ قَدِ الْتَقَمَ الْقَرْنَ وَاسْتَمَعَ الْإِذْنَ مَتَى يُؤْمَرُ بِالنَّفْخِ فَيَنْفُخُ
“Bagaimana aku akan senang hidup di dunia, sementara pemegang sangkakala telah memasukkannya ke mulutnya. Dia memasang pendengaran untuk diijinkan (meniupnya). Kapanpun dia diperintah meniupnya, dia akan meniupnya.” (HR. At-Tirmidzi, dihasankan oleh Asy-Syaikh Al-Albani dengan syawahid (pendukung)nya dalam Ash-Shahihah no. 1079)
Semoga kita tersadarkan...
Atas segala sesuatu yang Allah ciptakan, termasuk hukum alam, sebenarnya membantu setiap manusia yang mau berfikir itu sadar bahwa dirinya terhadap jagad raya ini bagaikan quark atom terhadap manusia itu sendiri. Kecil dan tidak ada apa-apanya? Coba nonton "powers of ten" di youtube.
Allah SWT berfirman:
ءَاَنْتُمْ اَشَدُّ خَلْقًا اَمِ السَّمَآءُ ؕ بَنٰٮهَا
"Apakah penciptaan kamu yang lebih hebat ataukah langit yang telah dibangun-Nya?"
(QS. An-Nazi'at: Ayat 27)
Maha Besar Allah atas segala yang Dia adakan di alam semesta ini.
Allah SWT berfirman:
مَا لَـكُمْ لَا تَرْجُوْنَ لِلّٰهِ وَقَارًا
"Mengapa kamu tidak takut akan kebesaran Allah?"
(QS. Nuh: Ayat 13)
Atas alasan apa manusia itu tidak mau tunduk pada Rabb Alam Semesta? Sebab mereka tidak meyakini akan pertemuan dengan Rabbnya.
Allah SWT berfirman:
اَ لَاۤ اِنَّهُمْ فِيْ مِرْيَةٍ مِّنْ لِّقَآءِ رَبِّهِمْ ؕ اَ لَاۤ اِنَّهٗ بِكُلِّ شَيْءٍ مُّحِيْطٌ
"Ingatlah, sesungguhnya mereka dalam keraguan tentang pertemuan dengan Tuhan mereka. Ingatlah, sesungguhnya Dia Maha Meliputi segala sesuatu."
(QS. Fussilat: Ayat 54)
Namun mereka yang meyakini akan pertemuan dengan Rabbnya akan semakin merinding atas hamparan ayat-ayat kauniyah-Nya yang dalam ilmu fisika/sains dapat ditelaah melalui bahasa penalaran (inferensi logika) atau pun secara langsung.
Allah SWT berfirman:
سَيَذَّكَّرُ مَنْ يَّخْشٰى
"orang yang takut (kepada Allah) akan mendapat pelajaran,"
(QS. Al-A'la: Ayat 10)
Maka dari segenap perjalanan renungan di kelas saat kuliah, saya selalu banjir akan ketakjuban pada-Nya. Fabiayya alaaa iRobbikuma tikadzdzibaan? Jika melanjutkan studi hanya untuk nilai dan gelar itu mudah namun belum tentu berkah, tapi jika kuliah mengejar berkah dan ridho Allah, insyaAllah semua perkara kuliah (tugas, ujian, tesis) akan jadi mudah dan penuh hikmah.
©SN
6:07_16-04-17
@Bandung