Kamis, 28 Juli 2016

Tentang Sebuah Keputusan

Menjadi orang yang pernah melakukan kesalahan membuat kita mengerti jalan apa yang harus ditempuh untuk menjadi benar. Walau kita takkan pernah tahu tepat yang benar itu seperti apa. Tapi kita akan terus mengupayakan berada diatas jalan yang benar. Sejangkauan ilmu yang dimiliki, sekuat hati yang mampu menempuhnya. 

Hidup kita saat ini adalah hasil dari keputusan yang telah kita ambil di hari kemarin. Setiap pilihan-pilihan yang ditawarkan di hari sebelumnya meminta kita untuk memutuskan dengan sebuah keputusan yang kita jalani saat ini. Kita tetap tidak pernah tahu bagaimana keputusan yang benar dan yang salah sampai kita berada dipenghujung perjalanan dari keputusan itu. 

Sebenarnya setiap keputusan yang kita ambil berpeluang salah, bisa jadi bukan hanya satu atau dua dari keputusan yang telah kita ambil itu salah. Karena manusia itu memang dhoif.  Tinggal bagaimana cara kita menjalani dan menyikapi semua keputusan yang salah itu, sehingga mampu mengubahnya berada pada jalan yang benar. Dengan tidak berkeluh kesah, kecewa yang berlarutan lama, dan tidak perlu menyalahi diri sendiri. Semua akan menjadi benar saat kita berkomitmen untuk menghadapi semua konsekuensi dari keputusan itu dengan sikap yang tidak menyelisihi perintah-perintah-Nya dan tetap berada dalam koridor-Nya. Kekecewaan itu akan hilang saat kita mampu menggantikannya dengan keikhlasan. 

Tidak semua keputusan yang salah itu akan membuat kita nelangsa. Jika yakin bahwa Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu. Bisa jadi, hal itu adalah sebentuk cara Allah untuk membuat kita menerima yang lebih membahagiakan. Mungkin tidak di dunia ini tapi di kampung sejati kita, Syurga. insyaAllah....! Tidak juga semua keputusan yang benar itu ujung-ujungnya memberikan kebahagiaan. Hidup ini Allah yang memegang kendalinya, bukan?. Sedemikian rupa pun ekspektasi kita terhadap masa depan, selalu ada takdir yang siap untuk mematahkan. Jika kehendak-Nya yang memerintah begitu. Semua dari keputusan-keputusan kita, akan meminta kita untuk terus berjuang, berkorban, tertatih, dan bila perlu terluka. Takdir tidak pernah peduli seberapa sakitnya luka itu. Tidak akan ditanya tentang rasa perih itu. Kita hanya diminta untuk berani dan tangguh dalam menghadapinya. Bertanggung jawab menjalani resikonya dalam menghadapi semua keputusan yang pernah diambil dari semua pilihan yang ada. Masa depan kita masih suci, tataplah ia dengan gelora masa muda yang berapi-api. Jangan surut walau selangkah, pastikan tujuan kita tetaplah Dia.

Jadilah yang kuat !
Ittaqillah !

Undangan Allah

Setelah ibuk dan beberapa keluarga aku pulang umrah, mereka banyak bercerita tentang sedemikian rupa nikmatnya menjadi tamu Allah. MasyaAllah. Aku yang melankolis ini tak kuasa menahan haru saat diceritakan semua keajaiban dan keindahan Tanah Haram [T.T]. Aku pengen jugak...Pengen beud ih..Tapi gimana caranya?

Qadarullah dapat pencerahan dari Teh Nini, beginilah caranya agar bisa dapat undangan Allah untuk bertamu di Rumah-Nya nan Megah dan tak dapat terdeskripsikan segala yang ada padanya.
Berangkat hajji adalah undangan Allah..jadilah orang yang pantas mendapat undanganNya.
1. Perbanyak taubat dengan sungguh2.
2.Perbaiki ibadah seprti shalat diperbaiki, baca alqur'an dihayati, ingat Allah setiap saat
3. Diusahakan tidak berbuat maksiat, jika tetap melakukan segera taubat.
4.Amalkan shalat tahajjud setiap malam tidak berhenti 40 malam 8 rakaat dan witir 3 rakaat. Di sujud terakhir minta diundang ke Baitullah di dalam hati. Insya Allah diundang oleh Allah dan undangannya jadi pembersih dosa2 kita, perubah diri kita..

Yaa Allah undanglah kami ke Baitullah untuk menunaikan ibadah haji dan umroh. Aamiin

******************************************************************************

Iya....aku bertekad bulat untuk memperjuangkan ini. InsyaAllah !

"Siapa yang rindu untuk bertemu dengan Allah, maka Allah pun rindu untuk bertemu dengannya."

Rabu, 27 Juli 2016

Semua akan Berubah

Kita tidak boleh terus berada dalam satu kondisi yang stagnan. Kita harus membawa diri dalam arus dinamis yang membaik. Konsep ini harus menjadi landasan dasar untuk aku kedepan. Allah telah menganugerahi potensi yang sama pada setiap manusia; akal, waktu, dan fasilitas di atas dunia ini. Rasanya, terlalu banyak yang harus aku gali dari semua ilmu yang terlalu luas itu. Bahkan semakin aku belajar maka aku merasa semakin sedikit ternyata ilmu yang aku miliki. Waktu yang tersedia pun tak cukup untuk menyamaratakan idealitas jumlah usia dengan nilai ilmu yang ada dan dengan kemanfaatan ilmu yang telah didapatkan. Sebab ilmu itu tidak akan pernah memberi manfaat selagi masih berdiam dalam teori dan pikiran. Maka aku harus merubah semua kondisi saat ini.

Besok aku tidak akan seperti kemarin lagi. Akan sangat berbeda dengan kemarin. Karena semua kondisi hati dan pikiran sudah lebih tertata dan steril, sudah lebih tertuju, dan sudah sangat lebih mantap dengan perencanaan yang baru, setidaknya tidak ada lagi resah gelisah perihal huru-hara perasaan.  Sebab  hidup ini adalah perjalanan dari Allah  menuju Allah. Kita tidak butuh orang akan menilai kita seperti apa. Yang kita harapkan adalah Allah selalu ridho dengan apa yang kita lakukan. Percayalah dan yakinlah, hari esok akan  menjadi lebih baik. InsyaAllah.

Sekarang aku memutuskan tidak lagi bermain di pelataran medsos yang bising itu. Aku akan bertahan disini. Di blog kesayanganku ini. Aku merasa sangat leluasa disini tanpa ada seorangpun yang harus tahu aku disini. Lalu akupun bisa menulis apa saja  sesuai selera tanpa perlu dikomen atau dipuja puji. Setidaknya aku bisa mengasah diri dalam dunia kepenulisan dengan hati yang bersih dari niat selain Dia. Semua akan berubah sekarang. 

Sempat ada yang protes kalau aku tidak lagi menggunakan beberapa medsos seperti WA atau BBM karena  bisa ketinggalan informasi  di dunia yang sudah serba canggih ini. Mulanya aku juga berfikir begitu. Namun untuk  pencapaian impian-impian itu harus ada satu hal yang kita korbankan, ada hal yang mesti kita relakan untuk memperjuangkan impian itu. Karena kedepan aku akan menghanyutkan diri di lautan keilmuan yang aku pilih, FISIKA. Sudah saatnya aku serius untuk menggarap kebaikan-kebaikan dari keilmuanku ini. Sebab saat S1 aku lebih banyak main di dunia luar ketimbang di dunia fisika itu sendiri. *Wkwkwk*. Tapi ada hikmahnya.  Untuk silaturahim cukup aku jaga dengan media HP.  Bukan itu saja, ada pencapaian lain yang ingin aku upayakan selama dua tahun kedepan dan untuk semua itu aku tidak ingin diusik oleh kebisingan medsos dan lainnya. Semua akan berubah. Lihatlah teman besok aku sudah berubah. *hahaha, gak segitunya juga sih*

Semua akan berubah. Aku lebih nyaman dan tentram memfokuskan diri untuk lebih baik dalam mengabdi pada-Nya, untuk lebih banyak memberi manfaat sesama terkhusus orang tua, mengaktualisasikan diri pada semua lini keilmuan yang patut untuk diselami, menulis misalnya (suatu saat aku ingin berada di posisi Salim A Fillah, Tere Liye dan Asma Nadia, Aamiin) , syukur-syukur bisa ke luar Negri tahun depan sebagai delegasi student exchange. Allahumma amin ya Mujib. ^_^. Tidak lain dan tidak bukan untuk lebih siap dalam memikul amanah sebagai bunda peradaban esok juga agar lebih memiliki ilmu sebagai istri yang taat pada suami. Saat Allah sudah sangat percaya untuk aku mengembannya.*Eaaa*

Sebutlah 'semua akan berubah' itu adalah derap-derap aku dalam memperbaiki diri lebih baik dari semua yang ada di hari kemarin. ^_^




Keinginan dan Kenyataan

Hari ini aku terkagum melihat tulisan-tulisanku dalam satu tahun terakhir. Sebegininya aku saat mulai menata kehidupan kedepan yang dalam romansa ketidapastian. Sambil tersenyum-senyum haru membaca kembali atas apa-apa yang telah hati ini lampaui. Sulitnya bagi seorang wanita  itu adalah saat diminta untuk dapat menyeimbangkan hati dan pikirannya.  Karena wanita yang fitrah manusiawinya adalah pemilik perasaan yang halus lagi kuat kadarnya. Tentu apa-apanya selalu di dominasi oleh perasaan ketimbang pikirannya. Aku pernah bertanya kepada seseorang teman laki-laki ku, seseorang yang kupercaya dia adalah laki-laki yang memiliki sudut pandang yang berbeda dengan laki-laki umumnya. "Apakah untuk move on itu kita harus memaksa diri untuk menerima seseorang yang baru. Lalu dengan begitu semua yang pernah ada dapat terhapus otomatis dengan cerita baru bersama orang yang baru pula. Apakah bisa dalam waktu yang singkat untuk melupakan" Lebih kurang begini esensi pertanyaan yang aku ajukan. Sayangnya, orang yang saya tanyakan belum bisa menjawabnya. Aku hanya ingin tahu move on versi laki-laki apakah bisa ada kesamaan dengan wanita. Kalau aku tanya sama abang maka jawabannya. "Jumlah wanita itu kan lebih banyak dari laki-laki, ngapain berlama-lama mikirin patah hati. Cari lagi !"*Sungguh terlalu ih*

Benar...Ini tentang keinginan dan kenyataan yang jarang melangkah bersisiran. Kadang saat mendapatkan yang tak senada dengan harapan adalah sedih sedih senang yang campur aduk. Hal yang serupa juga aku dapatkan dari diskusi dengan teman-teman seusia sekarang. Dulu aku sangat mengenal teman-teman ku dalam satu perjuangan di kampus adalah wanita yang qowi dan sangat menjaga diri, saat dihadapkan pada kenyataan yang berbeda dengan keinginannya maka pelan-pelan terlepaslah ia dari semua yang dulu pernah ada padanya. Sayang memang, tapi begitulah saat mereka harus dihadapkan dengan kebutuhan hidup. Terlebih saat mendapatkan pada kenyataannya yang menjadi pendamping hidupnya bukanlah orang yang sempat menjadi keinginannya (satu ide/fikrah).  Memang ada keinginan dan sering tidak menjadi kenyataan. Dunia kampus yang dilingkupi dengan idealisme kental membuat beberapa banyak mahasiswa terheran-heran ketika menyaksikan relitas di kehidupan sosial yang sebenarnya. Termasuk aku sendiri dan beberapa temanku itu. Ketika aku dituntut untuk lebih luwes dengan suhu heterogen. Benar-benar menjadi ujian tersendiri bagi aku yang sudah terbiasa dengan idealisme kuliah dulu. 

Lalu, aku yang masih meraba-raba ini pun akhirnya menemukan penguatan-penguatan yang luar biasa dari teman-teman yang masih berstatus sama denganku. Aku sangat takjub dengan semua cerita mereka. Tentang lika-liku perjalanan yang ditempuhnya dalam menghadapi keinginan dan kenyataan yang berbeda. Semua takdir yang Allah berikan untuk mereka, tidak menjadikan mereka lebih buruk tapi menjadikan mereka terlahir kembali denga pribadi yang sangat lebih baik. Bukan hanya baik dalam menjaga izzah dan iffahnya. Tapi mereka juga sangat lebih baik dalam memahami makna ketauhidan. Pemahaman ketauhidan mereka yang semakin membaik itu menarik mereka untuk lebih menjaga interaksi dengan Allah dan kedekatan dengan Allah sebaik dan seindah mungkin yang dapat mereka upayakan. Hafalan mereka menjadi lebih baik, amalan yauminya semakin meningkat, hatinya semakin bersih dan lembut, kemanfaatannya semakin kentara, ilmunya semakin banyak, prestasinya kian melejit, karirnya pun menemukan titik fluktuatif tertinggi dari sebelumnya. Benar-benar kekaguman yang membuat aku semakin terperanjat dengan semua pencapaian yang mereka dapatkan dari hasil kekecewaan masa lalu.   

Memang tergantung kita dalam menyikapi perihal keinginan dan kenyataan ini. Tidak semua keinginan kita itu buruk. Apalagi keinginan yang tujuannya adalah untuk Dia. Karena Allah lebih Maha Tahu dan karena keinginan kita adalah semata-mata untuk Dia maka Dia akan memilihkan kenyataan terbaik untuk kita dapat mencapai Dia. Memiliki keinginan yang baik itu tidak salah namun menjadi tidak baik saat kita tidak mau dalam menerima kenyataan. Jangan sampai kenyataan yang kita dapatkan menghalau segala keikhlasan kita sebagai seorang hamba. Memang disanalah kualitas diri kita dihadapan Allah. Saat kita bisa mengenyampingkan segala hasrat diri untuk mendapatkan keridhoan-Nya, walau harus dengan menghadapi dan menjalani kenyataan yang tak seiya sekata dengan keinginan.




Ayah dan Anak Perempuannya



Senja itu Ayah tidak seperti biasanya. Meminta anak perempuannya duduk bersamanya diteras rumah, tidak lagi di depan TV untuk obrolan seputar berita. Sepertinya ada sesuatu yang penting dan serius untuk dirumuskan dan didiskusikan. Karena setelah beberapa kali datang pemuda yang mengetuk pintu rumahnya. Sang ayah merasa ada yang perlu diluruskan dari semua maksud penolakan itu.

Anak perempuan ayah itu pun, membuatkan secangkir kopi hangat untuk mencairkan suasana. Sebab sebelumnya tak pernah ia dapatkan tatapan seserius itu dari Ayahnya. Maka setelah duduk disamping ayahnya. Sang Ayah pun mulai membuka pembicaraan. 

"Kemarin yang datang kerumah itu baik, Nak."

Anak perempuan ayah mencelongakkan kepala ke arah ayahnya.

"Tapi Ayah belum percaya melepaskanmu untuknya"

Anak perempuan itu hanya terdiam. Karena untuk hal ini, Ayah pasti lebih tahu siapa yang akan menjadi pengganti dirinya. Seperti sebelumnya. Jika pembicaraan sudah mulai topik yang begini. Anak perempuan itu tidak pernah banyak bicara. Sebab akhir dari semua itu,ia hanya bisa pura-pura tegar dihadapan ayahnya lalu setelah itu sok-sok senyum tak ada beban. Tapi setelah masuk ke bilik mulailah bantal kebanjiran dengan air matanya. 

"Bersabarlah Nak, tidak semua yang datang harus kamu terima. Menikah bukan soal menaruh rasa iba. Tapi ada yang lebih penting dari semua itu. Yakni kemantapan hati dan keyakinan bahwa dia adalah sosok yang dapat membuat kamu menjadi wanita yang lebih baik."

"Sini lebih dekat dengan ayah"

Sang ayah pun mulai membelai kepala anak perempuan simata wayangnya itu. 
 "Tak selamanya Ayah bisa bersamamu, Nak. Percayalah apapun yang sudah ayah putuskan sudah ayah pertimbangkan dengan baik untuk kebaikan anak ayah."

Jika nanti ayah sudah tidak ada ingatlah pesan ini:

"Nak, jika nanti kamu sudah dibawa oleh bahtera ksatriamu. Jadilah wanita yang heroik namun tetap anggun. Pendiam namun tetap teguh. Jadikan seseorang yang kamu dampingi menjadi sebongkah emas di ujung pelangi. Terbangkan Ia kebumbungan nan tinggi angkasa sana. Jadilah benang yang kuat dan berkualitas untuknya. Untuk alasannya selalu pulang sekuat apapun goncangan dan godaan diluar. Buatlah dia selalu nyaman dan aman dalam dekapanmu. Jadilah yang memberi kesejukan dalam setiap resahnya mengarungi medan laga kehidupan. Jadilah yang selalu membuatnya senang kala memandangmu, bukan hanya memandang dirimu tapi juga memandang polah tingkah dan tutur bahasamu. Jangan terlalu tinggi nada saat berbicara padanya. Laki-laki tidak suka ditantang, karena ia memiliki karakter bawaan sebagai pemimpin. Karena Ksatriamu itu sedang berjuang untukmu bukan sekedar memperjuangkan kehidupan terbaikmu di dunia ini tapi juga untuk membangun istana terindah untukmu di syurga-Nya"

"Semua ini bukan khayalan, Nak! Tapi sebuah mimpi yang mesti kamu azzamkan dalam harapan positif pada-Nya. Tetaplah beprasangka baik pada Allah. Ksatriamu pasti akan datang. Jika tidak di dunia ini maka dia akan menjemputmu sebagai bidadari syurga di kampung kepastian kita nanti. Percayalah, Ayah selalu mendo'akan yang terbaik untuk anak ayah ini." 

Lantunan ayat-ayah suci sudah menyeringai di eter udara pertanda adzan maghrib akan  berkumandang. Anak perempuan dan ayah itu bergegas masuk ke rumah dan bersiap untuk pergi ke mesjid bersama.

Ketidakpastian

Sampai kapanpun kita takkan mampu menyibak rahasia masa depan. Semua masih dalam rupa ketidakpastian. Siapa yang pernah tahu apa yang akan terjadi pada bulan berikutnya di hidup kita? Bahkan kita tidak pernah tahu tentang kejadian yang akan terjadi di hidup kita pada detik selanjutnya. Apa yang akan ditetapkan-Nya dan apa yang akan diberikan oleh-Nya. 

Begitulah ketidakpastian. Hadirnya ketidakpastian membuat setiap diri berjuang untuk sesuatu yang masih entah pada hidupnya. Berjuang melawan semua ragu-ragu dan kekhawatiran. Siapapun yang masih dalam ketidakpastian akan diuji dengan kesabaran dan ketawakalan. Berada dalam ketidakpastian itu memang tidak nyaman. Sebab kita masih terus mencari dan menelusuri arah musim yang akan dihuni. Sebentuk cara Allah untuk menakar jiwa dan hati seseorang terhadap rencana-Nya. Sudah sejauh apa kita menaruh rasa percaya akan takdir-Nya, sudah sekuat apa kepasrahan kita akan jalan cerita dari-Nya, dan sudah sebesar apa Allah ada dihati kita dalam mengarungi ketidakpastian tersebut.

Dikehidupan nanti, bisa jadi kita akan menjalani yang bukan menjadi pilihan kita tapi pilihan-Nya. Sebaik apapun kita merencanakan masa depan dan serapi apapun kita menggagas impian kedepan tetap kita mesti meyakini ada Allah yang akan meng'iya'kan atau membuatnya menjadi 'tidak'. Kadang memang semua itu tidak pernah berjalan linier setepat yang kita inginkan namun seirama dengan yang kita butuhkan.  Dalam ketidakpastian ini, rasa membutuhkan kita semakin kuat pada-Nya. Agar apapun yang menjadi pilihan-Nya kelak tidak akan membuat keimanan bergoncang, apalagi runtuh. 

Ittaqillah !




Hai Masa Depan

Hai masa depan, aku menyapa mu dengan rekah senyum yang tertulus dari hatiku.
Untuk ridho-Nya aku akan mengupayakanmu dalam tindakan yang benar dan hati-hati.
Terjaga dan teliti. 

Untuk hati yang telah seringan awan...
Pada mu diri yang telah di uji berkali-kali...
Lantunkan tahmid bertalu-talu, dan jagalah ketaatan selalu.
Jagalah Allah maka Allah akan setia menjagamu.

Ayo menulis cerita baru yang lebih seru dan mengharu biru.  Simpan semua cerita yang pernah ditulis pada kotak kenangan. Simpan rapi-rapi jangan dibuka kecuali hanya untuk mengambil hikmah.

Singsingkan lengan baju *ups jangan!, aurat soleha ^_^*
Pancangkan asa ! untuk menjalankan tiga pilar yang tidak ada tawar menawar lagi untuknya.
Ukirlah hari esok, tersenyum jumawa
Bersama Allah yang Maha Besar, kekuatan yang besar, tekad yang besar, dan impian  besar yang diwariskan.
Allahu akbar !