Nilai-nilai pelajaran yang ingin diungkapkan guru kematian begitu
banyak, menarik, bahkan menenteramkan. Dapat disimak dalam Q.S
az-Zalzalah: 6-8, dalam ayat tersebut manusia kebingungan dan ketakutan
yang menyengat hati, bingung dan heran, terguncang dan pusing tak
karuan. Hampir tak bisa menarik nafas lagi dan menghadapi kejadian
pengumpulan manusia di Padang Msyar, dihisab dan dimintai pertanggungjawaban,
ditimbang amal perbuatannya, dan diberi balasan masing-masing yang
setimpal. Kelak kemana saja mata memandang, manusia akan melihat
bayang-bayang orang yang bangun dari kubur kemudian pergi dengan cepat.
Ia tidak melambaikan kepada sesuatupun. Benar-benar detik-detik yang
mencekam dan tak terlukiskan oleh aksara maupun bahasa manusia. Amat
dahsyat, menakutkan, mengerikan, dan mendebarkan. Beginilah kondisi
manusia setelah kematian. . .
Dengan mentadabburi Q.S.az-Zalzalah: 1-2 akan tercitra pemandangan yang
menggoyangkan kaki orang-orang yang mendengarkan surah ini. Juga
menggoncangkan segala sesuatu yang selama ini kukuh mantap di atasnya.
Sehingga terbayanglah olehnya seakan-akan mereka sedang terhuyung-huyung
dan sempoyongan, sedang bumi yang dipijaknya bergoncang dan
bergelombang. Sebuah visualisasi yang melepaskan hati dari segala
sesuatu yang dulu mempesonakannya di bumi, dan dikiranya akan lestari
dan abadi. “Ketika jiwa kita terhenyak oleh kenyataan kehidupan kedua setelah di dunia ini, lahirlah keimanan.”
Tak ubahnya seperti guru yang baik, kematian memberikan banyak
pelajaran, membingkai makna hidup, bahkan mengawasi alur kehidupan agar
tak lari menyimpang. unsur kematian dan hari akhirat sejatinya menggugah kesadaran kita tentang sempitnya waktu di dunia.
Kita tidak akan pernah bisa menghindari kematian bahkan kadang datang
'baghtatan', sekonyong-konyong, mendadak (QS Al An'am: 31). Kita tidak
pernah tahu kapan, di mana dan bagaimana cara kita mati. 'Mastuurun',
dirahasiakan Allah, kapan, di mana dan bagaimana? Kita tidak tahu. Yang
pasti, pasti mati.
Mengenang amal, mengingat kematian, manajemen bekal akhirat, menguatkan tekad, mempersungguh taubat.
Begitu banyak para penyair yang dengan terang-terangan mengingatkan diri pribadi, orang lain bahkan suatu bangsa agar selalu teringat yang namanya mati. Maut pasti akan datang menjemput dan hanya Allah SWT sajalah yang mengetahui kapan dan dimana kita ini akan dihampiri oleh Malaikat Maut untuk mencabut nyawa kita.
Tiada satu pun dari yang engkau lihat akan kekal keceriaan wajahnya.
Tuhan kekal, sedangkan harta dan manusia akan binasa.
Ketahuilah bahwa kita akan dimintai pertanggung-jawaban.
Jika engkau mengantar jenazah ke dalam kubur.
Ingatlah, sungguh engkaupun akan diusung.
Berbekallah dari dunia ini.
Karena sesungguhnya kita tak tahu bila malam telah tiba.
Apakah akan hidup sampai fajar?
Betapa banyak pengantin wanita yang dihiasi untuk suaminya
Padahal roh mereka telah digenggam pada malam Lailatul Qadar.
Betapa banyak anak kecil diharapkan panjang umur.
Tapi roh mereka dimasukkan ke kegelapan alam kubur.
Betapa banyak orang yang sehat mati tanpa sakit.
Betapa banyak orang yang sakit malah hidup lebih lama.
Betapa banyak pemuda bersantai ria setiap pagi dan sore.
Padahal kain kafannya telah ditenun tanpa diketahuinya.
Betapa banyak orang yang tinggal di istana pada pagi hari.
Di sore harinya ia menjadi penghuni kubur.
Maka jadilah orang yang ikhlas Dan lakukanlah selalu amal baik.
Semoga kita peroleh ganjaran dan pahala.
Tetaplah takwa kepada Tuhan.
Sebab takwa dapat memberi rasa aman dari kengerian di Padang Mahsyar.
Biarkan dunia menghampirimu dengan sia-sia.
Bukankah akhir perjalanannya adalah perpindahan?
Dunia tiada lain laksana bayangan.
Yang menaungi....lalu lenyap tak berbekas.
Setiap hari maut menebarkan kain kafan.
Sementara kita lali akan kewajiban.
Begitu banyak para penyair yang dengan terang-terangan mengingatkan diri pribadi, orang lain bahkan suatu bangsa agar selalu teringat yang namanya mati. Maut pasti akan datang menjemput dan hanya Allah SWT sajalah yang mengetahui kapan dan dimana kita ini akan dihampiri oleh Malaikat Maut untuk mencabut nyawa kita.
Tiada satu pun dari yang engkau lihat akan kekal keceriaan wajahnya.
Tuhan kekal, sedangkan harta dan manusia akan binasa.
Ketahuilah bahwa kita akan dimintai pertanggung-jawaban.
Jika engkau mengantar jenazah ke dalam kubur.
Ingatlah, sungguh engkaupun akan diusung.
Berbekallah dari dunia ini.
Karena sesungguhnya kita tak tahu bila malam telah tiba.
Apakah akan hidup sampai fajar?
Betapa banyak pengantin wanita yang dihiasi untuk suaminya
Padahal roh mereka telah digenggam pada malam Lailatul Qadar.
Betapa banyak anak kecil diharapkan panjang umur.
Tapi roh mereka dimasukkan ke kegelapan alam kubur.
Betapa banyak orang yang sehat mati tanpa sakit.
Betapa banyak orang yang sakit malah hidup lebih lama.
Betapa banyak pemuda bersantai ria setiap pagi dan sore.
Padahal kain kafannya telah ditenun tanpa diketahuinya.
Betapa banyak orang yang tinggal di istana pada pagi hari.
Di sore harinya ia menjadi penghuni kubur.
Maka jadilah orang yang ikhlas Dan lakukanlah selalu amal baik.
Semoga kita peroleh ganjaran dan pahala.
Tetaplah takwa kepada Tuhan.
Sebab takwa dapat memberi rasa aman dari kengerian di Padang Mahsyar.
Biarkan dunia menghampirimu dengan sia-sia.
Bukankah akhir perjalanannya adalah perpindahan?
Dunia tiada lain laksana bayangan.
Yang menaungi....lalu lenyap tak berbekas.
Setiap hari maut menebarkan kain kafan.
Sementara kita lali akan kewajiban.
Ketika Abdullah bin Mas’ud menemui kematiannya, ia memanggil puteranya:
“Ya Abdurrahman bin Abdullah bin Mas’ud, aku ingin berpesan padamu
tentang lima hal. Jagalah demi menjalankan pesanku ini.
Pertama: Hilangkanlah rasa putus asa dari hadapan orang banyak, sebab demikianlah kaya yang sesungguhnya.
Kedua: Tinggalkan mengemis (untuk kebutuhan hidupmu) dari orang lain, sebab yang demikian itu adalah kemiskinan yang kau datangkan sendiri.
Ketiga: Tinggalkan hal-hal yang kau anggap tak berguna. Jangan sekali-kali sengaja kau mendekatinya.
Keempat: Jika kau mampu, janganlah sampai terjadi padamu satu hari di mana hari itu lebih tidak lebih baik dari kemarin. Usahakanlah.
Kelima: Jika engkau shalat, lakukanlah dengan sungguh-sungguh. Resapi dan renungkan seakan engkau tak akan shalat lagi setelah itu.
Pertama: Hilangkanlah rasa putus asa dari hadapan orang banyak, sebab demikianlah kaya yang sesungguhnya.
Kedua: Tinggalkan mengemis (untuk kebutuhan hidupmu) dari orang lain, sebab yang demikian itu adalah kemiskinan yang kau datangkan sendiri.
Ketiga: Tinggalkan hal-hal yang kau anggap tak berguna. Jangan sekali-kali sengaja kau mendekatinya.
Keempat: Jika kau mampu, janganlah sampai terjadi padamu satu hari di mana hari itu lebih tidak lebih baik dari kemarin. Usahakanlah.
Kelima: Jika engkau shalat, lakukanlah dengan sungguh-sungguh. Resapi dan renungkan seakan engkau tak akan shalat lagi setelah itu.
Allah Ta'ala berfirman: "Setiap jiwa itu akan merasakan kematian,
Sesungguhnya engkau semua itu akan dicukupkan semua pahalamu nanti pada
hari kiamat. Maka barangsiapa yang dijauhkan dari neraka dan dimasukkan
dalam syurga, maka orang itu benar-benar memperoleh kemenangan. Dan
Tidaklah kehidupan dunia ini melainkan kehidupan yang menipu."
(Ali-Imran: 185)
Wahai manusia, ,,
jangan engkau tertipu daya oleh dunia yang fana,
sebagai tempat ujian bagi kita.
Dunia sementara....
akhirat selama-lamanya....
orang kaya mati, orang miskin mati, raja-raja mati, rakyat biasa mati.
semua akan pergi menghadap Ilahi.
dunia yang dicari, tak ada yang berarti.
Wahai manusia, ,,
jangan engkau tertipu daya oleh dunia yang fana,
sebagai tempat ujian bagi kita.
Dunia sementara....
akhirat selama-lamanya....
orang kaya mati, orang miskin mati, raja-raja mati, rakyat biasa mati.
semua akan pergi menghadap Ilahi.
dunia yang dicari, tak ada yang berarti.